Kepada semangatku,
Sudah 30 hari berlalu program menulis surat, tak satupun surat yang kutujukan benar untuk mu.
Aku ingin kau tetap ada walaupun kau sering tiada. Seberapa besar aku mencoba masih saja terkadang kau lesap tanpa kata. Aku menginginkan kau selalau dan menjadi milikku.
Kaulah yang menjadikan setiap goresan karya berupa manuskrip. Kaulah yang menjadikan segalanya jauh lebih berharga.
Terimakasih untuk membaca semua surat-surat ku
Terimakasih untuk memberiku kesempatan menuliskan semua peruhal kebisingan isi kepala
Terimakasih untuk inspirasi terhebat yang kadang justru hadir dikala yang tak tepat
Kalian semua semangatku, kalian adalah kesatuan universe yang memberi ruang untukku berkisah.
Untuk waktu yang diluangkan adalah keistimewaan tersendiri atas harga sebuah tulisan.
Kesabaran mengantarkan surat adalah seindah-indahnya rasa peduli yang tersirat lewat kesabaran menanti bahkan mengingatkan hal yang sama berulang kali.
Terimakasih juga untuk cacian dari sebuah tulisan, karenanya saya menjadi ingin semakin memperindah sebuah tulisan.
Kalian adalah rantai nadi menulis dan kalian tetap semangatku.
Semoga akan selalu ada hari-hari lain untuk bercerita tentang cinta.
Terimakasih dariku
Aufa.