MENGUBAH RASA


Satu helaan nafas panjang,

Setelah beberapa hari disibukan dengan kerjaan, projek nulis yang bahkan belum 50% juga perkara riuh-riuh lainnya.

Terkadang aku ingin menuliskan semua di sini, agar karyaku tak rancu dengan sekedar isi curahan hati.

Begitu riuh, isi kepalaku.

Entah benar atau tidak cara yang ku gunakan selama ini tapi yang jelas aku sudah berlari cukup jauh dan sangat jauh.

Dia datang menyapa dengan luka dan lebam yang akupun tak tau jauh lebih buruk atau tidak daripada aku yang kala itu terluka olehnya.

Aku sudah berlari jauh dan sangat jauh. Bahkan untuk sekedar mendengar perihnyapun seolah enggan melakukan.

Bukan, bukan berhenti untuk peduli. Bukan juga bersikap terlalu membentengi diri.

Hanya saja aku merasa semua tak adil, dia tak pernah ada ketika aku menangis terisak untuk caranya meninggalkanku. Hanya untuk masa lalu. Itu yang pertama.

Dan bahkan iapun tak pernah ada ketika aku menjerit perih atas pernikahannya yang begitu sempurna menusuk tepat pada hati juga jiwaku.

Aku melepas dan bangkit tertatih tanpa dia, tanpa dia yang pernah ku cintai dengan begitu hebatnya.
Aku terluka dan sangat amat terluka tanpa pernah lagi sedikitpun ia peduli.

Kini, ia datang bersimbah luka.

Maaf, aku hanya akan ada untuk semua kerumitan yang tak berbicara tentang hati.

Aku sudah pernah ada dua kali di hatimu. Dan takkan pernah ku biarkan hatiku kembali memasuki luka untuk ketiga kalinya.

Maaf, peduliku hanyalah sebatas teman, biasa. Tak lebih, dan takkan pernah lebih.

Walaupun dulu pernah sebegitu dalamnya rasaku.

Semua sudah ku hapus. Pun dengan amarah serta tiada penyesalan atas apa yang sudah terjadi.

“Aku tak punya siapa-siapa lagi selain kamu”

“Aku ada untuk mendengarkanmu, tapi tidak untuk perkara hati.”

Pos Cinta, terimakasih.


Teruntuk Pos Cinta
Kerap bertanya siapa pencetus program menulis surat cinta yang mampu menyedot banyak perhatian massa.

Untuk Pos Cinta,

Begitu banyak rasa terimakasih yang ingin ku sampaikan.

Berkatmu juga setidaknya dalam 1 tahun aku memiliki kekonsistenan untuk menulis dan mengisi blog.

Walaupun bisa dikatakan kualitas tulisanku jauh dari kata bagus.

Untuk Pos Cinta

Terimakasih sudah mengenalkan kami banyak Bosse. Yang rela meluangkan waktu untuk membaca satu demi satu surat dan bahkan mengirimkan kepada tujuan.

Untuk Pos Cinta

Sayangnya, tahun ini hanya 7 hari waktu menulisnya. Berbeda dengan biasanya yang hingga 30 hari banyak cinta-cinta tersebar merah jambu di timeline.
Terimakasih untuk Pos Cinta,
Semoga tidak hanya berhenti hingga tahun ke-7 saja. Nanti dan nanti akan banyak sekali para pecinta yang ingin menyampaikan kisah-kisah mereka.

Surat untuk mu yang tak pernah cela di mataku


Untuk mu yang tak pernah cela di mataku.



Seharusnya surat ini aku tulis besok tepat di tanggal 14 ketika banyak cinta menyeruak.
Namun, pada program spesial #PosCintaTribu7e besok adalah tema khusus, hingga aku menuangkannya hari ini.

Benar, kata mereka jika cinta tak harus hanya di tanggal 14 Februari. Dan juga benar jika perayaan semacam ini tidak perlu dengan hal yg glamour. Tapi bukankah benar juga jika aku hanya memberi apa yang ku ingin sampaikan.

Aku tidak lagi memiliki hak apapun untuk langsung menyampaikan kepadamu. Sebab tiada kepantasan dari seorang sepertiku.

Melalui surat terbuka ini aku hanya ingin menyampaikan apa-apa yang ada di hati adalah kebenaran dari rasa cinta.

Aku tak pernah menyesali apapun, dan tak pernah mengutuk apapun selain kebodohanku sendiri untuk tak mampu menumbuhkan cinta di matamu.
Penyesalanku hanya karena tak lagi memiliki kesempatan untuk memperbaiki ini semua.
Semua begitu cepat, semua begitu perih ketika ku sadari kita telah usai.

Segala yang sudah kita lewati tetap akan menjadi memori yang tersimpan dalam hati.

Terimakasih sudah banyak melakukan hal asik, untuk segala kepedulian juga rasa yang pernah hadir walaupun hanya singgah sementara.

Terimakasih untuk membagi kisah sebagian hidup dan sempat memasukan aku menjadi bagian terindah di dalamnya.

Aku mengerti batasan, akupun tau perihal perjuangan.

Aku melepaskan apa yang tak lagi mungkin bisa ku gapai. Ku ikhlaskan hingga aku tak ingin menemukan hal lain terkecuali kebahagiaanku sendiri.

Kamu yang sudah berada di pelukan orang yang tepat. Sebab kesabarannya yang selalu kau agungkan memang bukan bagian dari ketulusanku yang bahkan belum sempat teruji.

Aku percaya, kau akan selalu mendapatkan orang yang baik, sebab kau pun sungguh baik.

Aku juga percaya semesta akan mendengarkan doa-doaku untuk kebahagiaanmu.

Tersenyumlah, senyum itu yang pernah aku lihat pertamakali ketika kita bertemu.

Senyum yang mampu mengguncang riak hatiku.
Valentine untukmu, selalu banyak cinta dan harapan-harapan baik. Semoga selalu bahagia dengannya.

Dari aku yang pernah menjadi bagian hidupmu, walau hanya sementara.
Dari aku yang hanya mampu mengucapkan happy valentine hanya melalui surat saja.
Dari aku yang selalu merindukanmu dengan sesak setiap malam.

Aufa.


Memilih diam


Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk menyikapi luka.

Kadang aku juga tidak mengerti bagaimana imun pada hatiku bisa bekerja.

Yang jelas, terkadang aku bisa merasakan sembuh dari luka tidak terpengaruh oleh waktu. Ya, walaupun kata mereka time heals all wound.
Aku juga sempat berfikir terbentuk dari apa diriku, ketika aku memiliki sifat mudah memaafkan.

Memang seharusnya begitu, tapi sikap pemaaf itu membuatku berkali-kali jatuh ke lubang yang sama.

Aku kerap lupa atas perlakuan buruk yang pernah orang lain lakukan kepadaku.

Orang yang berbeda, kejadian yang sama. Kerap menyapaku bak deja vu.

Patah hati?

Banyak membuatku diam dan menangis, itu saja.

Tidak menebar kata-kata buruk atau mencaci dia yang melukai dengan perkataan buruk.
Sedangkan untuk dia yang merebut kekasihku?

Ah, sudahlah. Sebab aku tak pernah membencinya. Hanya kesal, sedikit.

Karena bagiku perselingkuhan sekecil apapun takkan terjadi jika kekasihku memang bersetia tak hanya di mulut saja.

Akan ada banyak godaan di luar sana, terlebih 24 jam kita bukan semua tentangnya.

Sebab itu, semua kepercayaan, semua rasa sudah ku berikan kepadanya untuk dijaga.
Alhasil, memang menjaga diri sendiri jauh lebih sulit tinimbang menjaga orang lain. Dan terbukti mana yang mampu atau tidak mampu.

Jatuh cinta adalah cara terindah untuk melukai diri.

Cepat atau lambat, luka akan hadir.

Bahkan perjuangan untuk menaklukan hati ada batasnya.


Siapa yang tau batasan itu? Tentu saja diri kita.

Membatasi dengan mengontrol atau membatasi dengan menyudahi.

Caraku membatasi dengan mengontrol.

Sebab aku akan memilih diam jika sudah tak digubris.

Sebab aku akan memilih tenang jika sudah tak dianggap.

Sebab aku akan menjadikannya biasa ketika hadir orang lain di sisinya, walaupun ia tak pernah sekedar biasa di hatiku.

Sebab aku akan membiarkan cintaku pudar dan terkikis habis bahkan tanpa perlawanan.

Tiada nyali untuk kembali mengetuk pintu yang sudah tertutup rapat.

Tiada daya untuk bertahan dalam kepingan rasa yang semakin meresah.
Hanya diam, menulis barangkali menyembuhkan.

Ku tuliskan semua dalam bentuk surat, ku patrikan melalui pos cinta. Agar aku bisa membacanya selalu.
Masa recovery adalah kisah dimana ada tangis dan juga perjuangan untuk tetap berlari.

Cupid dan kebodohanku

Gemerisik kepingan hati melebur dalam noktah luka.
Aku diam, hanya dengan itu aku mampu menyembunyikan setumpuk resah di dalam lemari ego.

Tempat yang sudah ku tata dan dengan berbagai kenyamanan ternyata tak jua membuatmu berlama-lama tertahan.
Sayangnya aku membenahi semua dengan hati, tepat seperti ketika jatuh cinta denganmu menyertakan hati. Hingga aku hanya diam atas pertanyaan ‘masih sayang?’.
Terpikir kadang kala akan beda cerita jika aku jatuh cinta menggunakan batu, bukan hati.

Kosong, aku meradang.

Hampa, aku luka.

Sekelebat cupid terkekeh, ia menertawakanku dengan kebodohan yang lekat bak karat menggerogoti turbin-turbin.

Antara luka dan cinta, antara logika dan keinginanku untuk merengkuh kembali sosok yang semu.

Jika aku tertatih dan menyeru pada semesta, akankah kembali kau campakkan dengan goresan belati-belati?

Ntah berapa banyak mimpi yang tak sempat ku ceritakan,

Ntah berapa besar rasa cinta yang tak pernah ku wujudkan.

Sebab berakhir terlalu cepat.
Bahkan kau pergi jauh lebih cepat dari jarak nestapa senja menyapa cakrawala.
Aku tak ingin membuktikan apapun sebab rapuh semakin menyelimuti langkah.

Aku tak ingin menulis tentang lara, lagi.

Biarkan esok adalah hari dimana aku mencintai senja dengan manis aksaraku

Inilah aku

Biar aku yang bawa belanjaannya

Gak usah biar aku aja

Kenapa loh?

Karna supaya tangan kamu punya banyak ruang untuk genggam jemariku.

—-•••—-
Ada tempat yang selalu mengingatkan kita pada kejadian masa lalu.
Namun, di sanalah aku ada. Aku melewati banyak tempat dan bahkan mungkin banyak hal yang sempat memaku kenangan bersama masa lalu.

Aku tak pernah sedikitpun melepaskan genggaman tangannya, selagi memungkinkan. Karna aku ingin dia tau, inilah aku yang ada sekarang. Inilah aku dengan segala baik dan buruknya hadir untuk dia.

Inilah aku yang akan membuat ‘kami’ menjadi jauh lebih baik sebab saling mengisi.

Inilah aku yang harusnya ada dan hidup pada kedua matanya, pada pikirannya dan pada debar jantungnya.

Inilah aku yang berlarian dibawah hujan dengannya. Yang menahan tangannya ketika ia terpleset. Yang memberi bahu ketika ia terlelap di dalam busway walaupun sempat tertawa karena berhasil mengabadikan dalam bentuk foto.

Inilah aku yang sangat sering menginjak bagian belakang sepatunya, tidak sengaja. Namun, aku tertawa.

Inilah aku yang lebih sepi tinimbang linimasaku.

Inilah aku yang selalu membutuhkan hangat tangannya untuk membuat suhu tubuhku lebih stabil. Sebab tak pernah aku bersahabat dengan hawa dingin yang hanya akan membangunkan sinus.

Inilah aku yang menulis dan berusaha mengusap resahnya.

Aku yang dengan bangga menyerahkan jaketku untuk kenakan olehnya saat kami berada dalam bioskop, dan berakhir dengan merasakan gigil sebab dingin menyerang lebih brutal kepadaku.

Aku yang histeris menemukan gula-gula manis dan selalu menggenggam kantong plastik berisi yupi dari pagi hingga malam. Dari BSD hingga Jakarta. Sederhana, untuk pikiranku yang ingin melihatmu tersenyum.

Aku juga yang mencari surprise namun tak juga singgah di kantornya.

Aku yang hadir dengan apa adanya aku. Yang sangat aku tau jika akan banyak hal berbeda dengan masa lalunya.

Tapi, inilah aku yang kau minta hadir dan dengan keyakinan menepaki apa yang mereka sebut dengan ‘kita’.

Aku akan banyak hadir dengan sekeranjang rindu. Aku yang akan mengusiknya dengan berbagai cara untuk membayar lunas rindu itu.

Dan inilah aku yang harus belajar banyak hal untuk membahagiakannya dan melawan segala keterbatasan.

Inilah aku, yang jatuh cinta padanya.

Inilah aku sayang, aku yang ingin selalu meyakinkanmu jika sudah ada aku sekarang yang akan menjaga hatimu.

Malam itu

Pesisir sungai Martapura dalam lamunanku perihal rindu, padanya.


‪Aku pernah merindukannya hingga sangat dalam,‬‪Aku kerap menahan dan tak ku sampaikan rasa rinduku.‬

‪Hanya karena aku tak ingin terlihat rapuh‬.

Pada satu titik, aku menyadari jika aku begitu menggilainya. Aku tak ingin menyampaikannya juga. Sebab aku hanya bisa membiarkannya tumbuh begitu saja.

Hingga malam pada batas puncaknya, aku hanya mampu bercerita pada sepi jika hatiku yang sudah memilih pemiliknya, tanpa ku minta. Tanpa ku ajak bicara terlebih dahulu.

Sembunyi dalam pelukan malam, setiap doa baik selalu ku titipkan pada semesta, semoga bahagia selalu bersamanya, selalu.

Aku menyukai malam, seperti aku menyukai segala hal tentangnya.

Dialah Renjanaku

Pic from google


“Cinta bukan hadiah, cinta bukan pula barang yang ditemukan. Namun, cinta adalah rasa yang lahir dari hati”
Begitu! Wacana yang pernah saya tulis dalam linimasa.

Terkadang memang lebih gampang menulisnya daripada menjalani. Namun, terkadang kita tidak akan pernah tau jika tidak membaca dari tulisan seseorang.
Ada yang mudah jatuh cinta, bagai membalik telapak tangan.

Ada yang mudah mengucap cinta, bagai gombalan basi yang kerap diberikan kepada dia, dia dan dia yang lain.
Sayangnya, untuk satu ini saya tidak mudah melakukannya.

Bagaimana bisa saya berusaha untuk tidak jatuh cinta sebab ketakutan atas luka lama kerap membayangi, lagi dan lagi.

Untuk yang satu itu, saya sudah pernah berada di sana. Caranya adalah kebodohan saya untuk mengenalkannya dengan orang lain yang memang “pantas” untuknya.

Bahagia? Eeemm…. ntahlah. Sebab satu bagian dari saya merasa begitu sesak akan tetapi sisi lain saya tersenyum melihanya begitu antusias untuk mencoba.

Kedua kalinya saya meragu. Sebab saya tak ingin membiarkan cinta terjatuh pada hati yang tak utuh. Saya hanya menginginkan ia tersenyum, ia bahagia dengan orang yang lagi-lagi memang “pantas”.

Dan, saat itu dia hadir dengan satu pertanyaan “Kenapa aku harus dengan orang lain jika aku maunya sama kamu”, saya hanya tersenyum.

Masih seperti hal yang terdengar sebagai suatu kalimat saja. Tidak ada isi sama sekali.

Saya hanya mengutarakan bagaimana luka pernah menghancurkan rasa percaya diri saya, bagaimana luka pernah mencabik saya hingga buas. Luka hadir tidak hany dengan pengkhianatan namun juga dusta serta kemasan janji manis seolah ia memang diciptakan untuk mempermainkan tulusnya cinta.

Lagi, dia hadir tidak hanya dengan kalimat kosong, tapi dia “Aku tuh sayangnya sama kamu, aku tau bahkan kamu gak pernah bilang sayang jika tidak aku yang mulai. Aku tidak memaksa jika harus dengan cara yang pelan ya kita jalani dan aku akan tunjukan itu”.


Runtuh, tembok tinggi yang selama ini saya bangun.

Hangat, caranya mendekap untuk  gigil nyeriku.

Lembut, menutup lubang-lubang hati.

Riuh, tawanya mengisi kekosongan yang selama ini hanya terbelenggu ego untuk tidak mengakui sebuah rasa.

Ia hadir tepat di tengah keraguan saya. Ia berdiri di sana merentangkan tangan dan menyebut nama Tuhan untuk mensyukuri pertemuan.


Untuk pertanyaan “kenapa dia?”
Karena

Dia menunjukkan, tidak hanya mengatakan.
Dia berjuang, dia meyakinkan, dia penuh kesabaran dan semoga dia 

Dialah Renjanaku

Kado untukku dihari ulang tahunnya


Wohooo ternyata hari ini tanggal 12, kirain 11 masih.
Ada kesalahan di almanak pasti, harusnya memang 11 ko.
Tapi… ehe ehe ehe…

Tetap saja hari yang spesial, dia ulangtahun.
Dia yang membuat segalanya berubah. Dia yang hadir dan memberi ruang nyaman.
Tidak, dia tidak mencuri yang namanya hati. Tapi dia membawa pengobatan untuk hati. Dia yang memberi keyakinan untuk tetap bernafas hingga merasakan lega.
Benar, himpitan trauma terlalu berat dan menyesakan. Tapi dia berhasil menyapu bersih.

Dia tidak datang dengan memberi hal manis dan menceritakan jika dia adalah sebuah keindahan.

Dia hadir justru dengan segala hal yang penuh dengan kecamuk. Tak ada yang abu-abu bahkan hingga dasar rahasia terdalam ia tak segan untuk membagi.

Takut? Tentu tidak.
Justru aku mulai merasakan nyaman ketika tak ada lagi yang harus ku takutkan dari sebuah kemunafikan. Sebab ia berbeda, ia telah utuh dan membuka semua kepadaku.

Aku telah menjatuhkan hati padanya. Kepada dia yang terus menunjukan bahwa seluruh dirinya sudah tertambat padaku.
Kedewasaan serta caranya meredamkan gejolak emosiku adalah sebaik-baiknya kelembutan yang membuatku bertekuk lutut.

Caranya menghawatirkan aku melebihi dirinya sendiri bahkan sebelum aku terbesit niat untuk mengenalnya jauh lebih dari itu.

Dia datang dengan tidak tergesa, baginya adalah kenyamananku yang utama.

Dia tidak pernah berhenti membuatku tertawa, membuatku merindukannya.
Dia yang tak pernah ingin ada batasan untuk saling mencintai. Dia yang lebih tenang dalam melewati banyak riuh. Dia yang bahkan jauh lebih dewasa dari yang ku bayangkan.
Dia yang selalu “Sepertinya sudah ada teknologi yang namanya google deh bae”
Dia juga yang selalu memintaku untuk berhenti posting hal berbau mesum di twiter 🙂

Hari ini adalah hari spesialnya. Bukan dia, tapi justru aku yang mendapatkan kado dari semesta. Mendapatkan hatinya juga segala tentangnya.

Hari ini, ku ucap banyak doa ketika  wajahku menyentuh sajadah. Kebaikan dan perlindungan dari pencipta agar selalu mengiringi setiap langkahnya.

Selamat ulang tahun bee…

Dari kekasihmu yang selalu jatuh cinta lagi dan lagi setiap hari, setiap detik hanya kepadamu.

Singkat cerita #Renjana (1)

SERENDIPITY

Saya menulis cerita ini dengan latar sungai Seine Paris. Tentu saja banyak yang mengetahui mitos menggantungkan gembok di jembatan port de akan mengekalkan cinta mereka.

Namun, beberapa kisah lain jika membuang kunci di dasar sungai Seine adalah bentuk dari perlambang mengunci rapat rahasia hati.
Kisah yang saya tulis adalah pertemuan tak terduga yang melahirkan cinta di antara mereka. Cinta yang harus diuraikan dari perempuan yang rumit.
Menyambangi Paris entah untuk melanjutkan atau bahkan memutuskan cinta yang tumbuh benih-benih cemburu.
FICTOPHILIA

The fault in our stars karya Jhon Green, jika pernah membaca ataupun melihat filmnya tentu tidak asing dengan Augustus Waters (Gus), tokoh fiksi dalam novel tersebut.

Diceritakan jika Gus adalah pemuda yang romantis. Dia selalu mampu memberi support kepada setiap orang yang berada dalam kondisi kehilangan kepercayaan diri. Perlakuan Gus kepada Hazel kekasihnya membuat banyak perempuan terpana.

Tapi, bagaimana jika ada seorang gadis remaja yang mencintai Gus. Sebut saja gadis itu jatuh cinta pada Gus.

Bagaimana kekawatiran dari orang tuanya mendapati anak gadis mereka jatuh cinta pada tokoh fiksi?

Bagaimana cara mereka menarik keluar si gadis dari dunia khayalnya?

Saya menulis cerpen dengan nuansa kasih sayang seorang ibu kepada anak gadisnya yang mereka menduga sebagai fictophilia.

NAE SAIAN LUUME

Bukankah cinta itu hadir tanpa diminta, cinta juga bukan hal yang dipaksakan. Ia bisa saja diam-diam kemudian menguasai akal sehat atau juga karena cinta justru mampu menghancurkan akal sehat.

Murakami, Tolkien, cherry blossoms, elf, wine, ataupun hal-hal lain yang menjadi saksi atas nama cinta.

Mereka jatuh cinta, memperjuangkan, kalah, juga ada yang tetap bertahan untuk mengejar ketidakmungkinan.

Lanne, cintanya sekuat karang. Ia adalah pecinta dengan segala keinginan untuk tetap mempertahankan apa yang ia inginkan.

Mary, bukankah terkadang cinta harus kalah dengan keadaan? Sebab cinta yang sudah ia mulai bukan cerita yang wajar.

Darel, kepercayaan sepenuhnya adalah untuk orang yang ia cintai. Sebab dengan begitu membuatnya merasa memberi kebebasan yang bertanggungjawab.

Bagas, bagaimana jika ketulusan yang ia miliki adalah senjatanya untuk menaklukan hati kekasih. Apapun itu, yang jelas ia hanya ingin melindungi seseorang yang ia cintai.

Ada airmata, ada pengorbanan dan ada cerita yang tak terduga. It’s been too long hanya untuk menunggu “aku mencintaimu”.

BAJAPUIK

Sumbar memiliki 19 kota/kabupaten namun hanya satu yang menjalani adat Bajapuik.

Aku mencintai Benny pemuda yang berasal dari Pariaman. Mengiringi Benny hingga lulus kuliah.

Seketika hubungan kami menjadi berjarak, sebab aku harus kembali ke kota asal.

Tak pernah sedikitpun aku mencoba berpaling dari hubungan kami. Bahkan aku selalu memperbaiki diri agar nampak lebih cantik.

Agar menjadi seorang yang pantas mendampingi Benny menua bersama. Namun, bagaimana bisa aku terima jika Benny secara tiba-tiba mengucapkan “Ryan, aku sudah menjalani ritual adat Bajapuik dengan perempuan lain.”