Bukit Batas part I (menuju Pulau Pinus II)


Bukit batas.

Banyak keindahan Kalimantan yang memang belum terexplore (eh wait, liat deh picnya nampak ga sih pulau kecil bentuk love gitu?). Bukit batas kalau dari Banjarbaru hanya perlu di tempuh dengan jalan darat 1 jam kemudian nyebrang melintasi danau 1,5 jam.

Banjarbarunya sendiri kalau dari bandara cuman 30 menit doang.
Ini pertama kalinya saya menuju ke Bukit Batas hingga puncak. Sebelum-sebelumnya hanya sampai pesisir pulaunya di bawah saja.
Sayangnya, traveling kali ini ga banyak foto yang bisa saya share karena kudu jadi joki vroohh… 😁. Menuju Bukit Batas dengan ngajak seseorang, eeemm supaya lebih punya identitas kita sebut saja dia “eL” dan 2 orang temen lainnya.
Tanpa sadar baru ngeh kalau saya membawa anak-anak emol. Alhasil selama perjalanan darat menuju Bukit Batas kudu singgah ke toko untuk membeli sandal jepit -__-. Seriusan udah dikasih tau bakal naik-naik bukit malah teup make heels.
Sepanjang perjalanan melewati perkampungan dengan kondisi jalan aspal bagus. Hanya beberapa titik yang memang jalannya rusak. Gimana ga nyenengin kalo jalannya bareng si cakep eL 😁, ok baper.

Perjalanan dari Banjarbaru menuju pelabuhan Riam Kanan. Konon pelabuhan sekaligus bendungan itu adalah 3 desa besar yang sengaja ditenggelamkan untuk membuat PLTA menghidupi beberapa wilayah Kabupaten.

Saya ambil sisi kiri pelabuhan, nampak sepi. Sayangnya untuk sisi kanan tidak terfoto. Oiya di pelabuhan ini banyak warung-warung makan yang menyediakan makanan khas.

“Kamu mau ga cobain daging khas sini” tanya saya pada eL

“Apa an?”

“Nasi bungkus doang ko, tapi lauknya unik. Daging kijang hutan, mereka sebut puyau”

“What?? Kijang? No… No… Noo..”

“Ih jangan bayangin kijang-kijang unyu gitulah. Ini kijang hutan dan memang khasnya nasi puyau di sini doang”

No! Pokoknya No!”

“Hahaha tau gitu disuruh makan aja tapi jangan kasih tau kalau itu daging kijang”

“Iya! Kalau gitu kan jadi ga akan nolak duluan”

“Lah?” :))))

Yup, begitulah eL πŸ™‚ selalu ada kejutan di dirinya.
Karena udah lama ga berkutat sama pelabuhan Riam Kanan jadi kudu nanya-nanya sewa kapal untuk nyebrang. Dan dapat harga 200k. Kata mamangnya sih kapalnya lebih kecil, dan kalo yang besar 350k. Karena kami cuma beberapa orang jadi saya putuskan memilih kapal yang kecil.
Baru inget, bagian naik kapal kecil aga menakutkan karena ketika liat penampilan fisik kapal ga banget. Apa lagi saya ga bisa berenang dong :(. Mau nunjukin rasa takut tapi gengsi ah di depen eL.

“Berani ga naik klotok?” Tanya saya

“Eh beranilah…”

Padahal saya yang emang ga banget kalo naik klotok-klotok kecil. Biasanya selalu naik kapal yang rada besar jadi kerasa aman aja. Kapal keciill make mesin suara bising gitu deh namanya klotok.

Mungkin karena bunyinya otok otok otok lalu mereka menyebut Klotok. IMHO aja sih 😁

Ketika mamang klotok dateng doi bawa bungkusan kwaci. Saya tanya ke mamang untuk apa, dijawab beliau “untuk dimakan di jukung” takjub sih dapet fasilitas cemilan walaupun cuma kwaci.

Tiba-tiba eL langsung nyamber ngomong “Itu sengaja dikasih supaya kamu ga tegang selama di klotok”. Padahal udah berusaha nunjukin tampang ga tegang. 
Lagi-lagi saya tidak ambil foto kapal kecil yang disebut klotok itu. Hanya terlihat bagian klotok ini saat selfie.


Bagian ini rada tegang-tegang gimana gitu karena klotoknya terombang ambing. Panas terik (kesiangan berangkat, dan kalau jukung emang tidak ada penutupnya).

Dan bagian ini juga rada-rada ngeselin karena eL minta DIFOTO POSISI BERDIRI DI KLOTOK. Seriusan ngeselin berasa pengen ceburin doi ke danau aja πŸ˜‚, eh jangan deh haha…

“Kek scene Titanic kan seru di tengah danau gini” ucapnya.

“Ga! Seriusan ga. Nanti klotoknya terbalik gimana coba”

“Kan ada mamangnya” jawabnya.

“Teup ga!” Saya pasang wajah serius sedikit senyum. “Eh tau ga, katanya kalau minum air sungai Banjar orang itu bakal balik ke Banjar loh” sambung saya kepada salah satu teman bernama Pink (dia make baju pink sih). Yang kebetulan membawa pasangan LDRnya.

Momen konyol setelah itu, tiba-tiba tangan pink masuk ke air sungai dan langsung usapin ke bibir pasangannya. πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚
Klotoknya goyang-goyang ga jelas dan itu ga banget. Apa lagi kalau eL berdiri ga makin horor tuh!. Ntahlah rasanya saya tidak pernah berhenti tertawa dengan segala tingkah polah eL. Tidak, saya rasa ini bukan cinta. Saya hanya mengagumi dia saja. Jauh dari yang saya bayangkan sebelumnya. Ternyata seorang eL begitu ‘hangat’. Dia penuh hal-hal baru yang membuat saya ingin terus mengenalnya. Hidupnya penuh warna, penuh kejutan.

Dia terus ngerengek minta berdiri dan saya teup larang sambil makan kwaci. Yoi vroohh bener kwaci sebagai penenang πŸ˜‚.

Sepanjang danau yang airnya kehijauan akan disuguhi pemandangan perbukitan hijau. Rumah-rumah penduduk lokal. Juga beberapa kapal yang lalulalang. Aroma sejuk air danau, pemandangan alam hijau. Benar-benar natural. Serta kwaci yang bikin bibir jontor 😁.
Teup saya biarin eL selfie-selfie ga jelas. Dan teup kalo urusan yang satu ini saya ga lupa buat foto.


Iyeeey jamban terapung! 😁

Perjalanan kami menuju pelabuhan berikutnya, Pulau Pinus II.

Ya, memang ada Pulau Pinus I. Biasanya dijadikan tempat wisata alam atau kegiatan kemping untuk anak-anak sekolah.

Riam Kanan tidak pernah sepi, sebab jalur ini merupakan akses jalur bagi para pecinta alam untuk menaklukan pegunungan meratus. Pegunungan yang membentang panjang di Kalimantan.

eL adalah inginku menyuguhkan keindahan Bukit Batas, agar kau memiliki satu memori luar biasa bersama ku.

Selamat ulang tahun sayang

Hai, apa kabarmu hari ini?

Sudah cukupkah kau menyibukan diri? Sudah ingatkah kau untuk pulang setelah jauh mengembara?. Dan sudahkah kau ingat perihal mencintai diri sendiri? Tentu saja tidak! Sebab aku tau kau melupakan ulangtahun mu sendiri. Miris.

Aku masih ingat jelas bagaimana caramu ingin membahagiakan orang sekitar. Caramu ingin menghadirkan bahagia untuk orang lain. Contohnya saja saat kau berusaha memberi kejutan birthday cake.

Aku tau walaupun tak kau beri tau. Saat itu kau tersesat hanya untuk mencari kue yang terbaik. Tanpa tau arah dan di kota yang baru kau tetap tak patah semangat. Sebegitu inginnya kau melihat orang lain bahagia di ulang tahunnya.

Atau pada saat kau berburu hadiah ulang tahun. Aku tau itu tidak mudah hingga harus berupaya keras untuk sebuah kejutan, untuk sebuah keinginan membahagiakannya. Kau lakukan itu dengan tulus dan tanpa ada paksaan.

Katamu semua yang kau berikan pantas untuknya. Aku tau kau mewujudkannya dengan tidak mudah. Sayangnya kau lupa satu hal, DIRIMU SENDIRI..!!
Apa ucapan yang kau berikan untuk dirimu sendiri? Tidak ada!
Apa hadiah yang kau berikan untuk dirimu sendiri? Tidak ada!
Dan apa yang kau upayakan untuk kebahagiaanmu sendiri di hari ulang tahun? Tidak ada!
Sebegitunyakah kau melupakan dirimu sendiri. Hingga kau lupa justru siapa-siapa yang pernah kau buat bahagia tidak jauh lebih penting dari dirimu sendiri.

Bukankah harusnya kau hadiahi jam tangan untuk dirimu sendiri. Setelah kau meninggalkan jam tangan kesayanganmu di Bandara. Bukankah seharusnya itu terpikir lebih utama agar kau tak lagi terburu-buru melihat jam di layar henpon hingga menyebabkannya jatuh ke lantai.

Kini seharusnya kau tau siapa yang ada dan tetap ada walaupun kau terjatuh dan siapa yang lebih pantas kau bahagiakan selain dirimu sendiri.

Kebahagiaanmu lebih utama, seharusnya kau tau itu. Usiamu bertambah dewasa, seharusnya kau lebih bijak membuat dirimu nyaman.

Tiup lilinmu, cintailah dirimu sendiri sayang. Tersenyumlah dan selamat ulang tahun Aufa.

Cerita Bukittinggi (part 3-habis)


Early morning, Kampar Tapung. Mendekati Pekanbaru.

“Aku kangen, kamu harus balik malam ini kalo ga besok ga bisa ketemu. Aku dinas malam lagi besok.”

“Ada gitu travel malam?”

“Ada, aku kirim nomernya nanti, lagian besok juga bakal macet.”

Tanpa mikir panjang langsung mengikuti instruksinya. Memasan travel keberangkatan selepas senja ternyata justru berangkat pada jam 11 malam. Sebelumnya driver travel memberikan informasi jika keterlbatan tersebut dikarenakan harus menjemput benerapa penumpang dari luar kota. Saya yakinkan kepada beliau jika tidak masalah menjadi masalah besar untuk saya. Lagi pula Bey juga dinas malam.

Bagaimana bisa seorang perempuan berani mengambil resiko untuk kembali dari Bukittinggi ke Pekanbaru di malam hari, menggunakan travel yang sama sekali tidak ia kenal, jika tidak ada pendorong kuat untuk melakukan hal itu. Bagian ini saya tidak perlu jelaskan detail bukan? πŸ™‚

“Jadi pesen seat depan?”

“Iya”

“Baguslah, hati-hati ya”

Sepanjang perjalanan dalam satu mobil travel berisi 6 orang dan 2 orang perempuan (saya salah satunya). Perjalanan tidak lancar, dimulai dari kemacetan di Bukittinggi adanya razia. Hingga kerusakan pada mobil (over heat) di jam 1 dini hari dengan terpaksa mobil harus dibongkar. Untung saja masih ada bengkel yang bersedia melayani di sekitar Payakumbuh.

Tidah henti-hentinya Bey selalu menanyakan kabar dan posisi saya. Sebegitu kawatirnya dia membiarkan saya seorang diri pulang di malam hari. Saya tidak merasa kesepian sebab berbincang dengan sesama penumpang travel begitu menyenangkan. Terlebih ketika mereka mengetahui saya datang dari Borneo. Bahkan ada salah satu penumpang yang bermaksud datang ke Borneo untuk mencari ilmu Hipnotis. Entahlah πŸ™‚ selama hidup di Borneo saya tidak pernah mendengar tempat yang ia maksud. Akan tetapi ia selalu berkeras jika Borneo terkenal dengan ilmu hipnotis.

Tak kurang dari dua jam kami menunggu perbaikan mobil. Sementara penumpang yang lain merasa resah dan emosi mulai nampak. Saya justru tetap anteng sembari chating bersama Bey dan bercanda bersama abang bengkel. Salah seorang penumpang memberi saya kue bernama pukis, rasanya unik tercampur dengan kelapa muda. Pukis di Borneo tidak pernah memiliki rasa seunik itu.

Da Khairul, nama pengemudi travel. Membawa mobil sangat nyaman dan tidak bau ketek (hal penting!). Da Khairul dulunya memiliki pertokoan di kawasan Sudirman Pekanbaru. Namun, semenjak toko tersebut terbakar Da Khairul memutuskan untuk beralih usaha. Da Khairul menawarkan jika suatu saat saya kembali ia bersedia mengantar kemanapun tujuan yang saya mau hanya dengan 450k selama 24 jam exclude BBM.

Saya memang jenis orang yang jarang bisa terlelap dalam perjalanan. Sepanjang perjalanan hanya saling bertukar cerita dengan Da Khairul. Ia juga mengajarkan saya bahasa Minang. Bercerita mengenai budaya Minang serta kehidupannya sebelum menjadi driver travel.

Melewati kelok 9 malam hari. Berjajar pondokan kecil menjual jagung bakar serta berderet mobil-mobil parkir. Da Khairul menawarkan kepada saya untuk berhenti sejenak namun saya menolak, sebab tidak memiliki kamera yang bagus untuk malam hari. Selain itu nampak hampir sebagian besar penumpang terlihat sangat lelah dan ingin bersegera tiba di Pekanbaru. Sayapun demikian, mengambil resiko untuk kembali malam hari.

Ketika dikawatirkan oleh seseorang menjadi menyenangkan,
Ketika merasa dimiliki adalah kebahagiaan besar,
Ketika dijadikan yang utama dari segalanya.

Adalah perjalanan yang menyenangkan, perjalanan penuh cinta. Kenangan yang tak akan pernah terganti walaupun menepaki tempat yang sama dikemudian hari.

Adalah Bukittinggi menjadi saksi atas akhir yang tak pernah ku ingikan.

Terimakasih Bukittinggi.

The True Sister


The 

True Sister..
Bukan novel biasa tapi karya dari Aoirisuka. Sensasi membaca karya milik sahabat seperjuangan dunia menulis. Konon novel ini adalah novel kedua yang di tulis ketika SMA.
Luar biasa, sedangkan SMA saya sama sekali belum mengenal dunia literasi.

Konten novel bersetting Taipei.

Menceritakan tentang Xin Yie anak gadis keluarga Wang yang kaya raya meninggal saat kecelakaan kereta. Kecintaan keluarga Wang terhadap Xin Yie membuat mereka jika gadis itu masih hidup.

Hadirnya Li Qian yang memiliki wajah sangat mirip dengan Xin Yie menyebabkan banyak cerita bahkan pengharapan baru bagi keluarga Wang. Terlebih Li Qian memiliki cincin spesial milik Xin Yie.

Konflik bermunculan, semakin kental ketika hadirnya Xin Er yang juga memiliki cincin dan wajah sangat mirip dengan Xin Yie. Latarbelakang keluarga Wang yang kaya raya tentunya menjadi gula bagi semut-semut yang ingin menikmati kemewahan.

Kakek Wang, adalah kunci dari cerita cincin dan kematian Xin Yie. Sayangnya sang kakek mengalami kelumpuhan. Membaca bagian akhir novel True Sister mumbuat saya berdecak kagum.

Banyak kejutan-kejutan disetiap bab cerita. Banyak pertanyaan yang muncul setiap membaca pargrafnya membuat kita semakin tenggelam dalam isi cerita. Karya yang menarik untuk ukuran anak SMA.

Saya tidak pandai membuat resensi sebuah novel, saya hanya bercerita mengenai novel tersebut. Terlihat khas dari Aoirisuka dalam bercerita. Manis dan hangat. Tidak salah lagi memang ia memiliki jiwa novelis yang handal bercerita.

Setelah ini saya tidak sabar ingin membaca novelnya yang lain. Semoga sukses teman. Masih banyak mimpi kita yang belum terwujud. Mari berjuang bersama πŸ™‚

Cerita Bukittinggi (part 2)

Penampakan jam gadang yang saya ambil senja hari beberapa menit setelah tiba di Bukittinggi. Hanya menggunakan kamera hp.

Melanjutkan kisah mengenai perjalanan ke Bukittinggi, masih dengen mendengar instruksi-instruksi yang Bey berikan untuk saya. Dimulai dengan posisi saya berdiri harus membelakangi hotel dan pandangan ke arah jalan utama. Secara detail Bey menyebutkan arah-arah jalan dengan clue yang jelas. Tanpa menggunakan video call. Jelas saja dari clue distro, percabangan jalan serta posisi ATM dia dapat menyebutkan dengan jelas.
Tanpa banyak berpikir saya memutuskan untuk mencari posisi jam gadang melalui arahan Bey. Salah satunya “jalan di trotoar samping kiri ujung nanti nyebrang ambil kanan, ada patung Bung Hatta. Jalan aja terus tapi jangan ke arah Novotel. Nanti keliatan udah jam gadangnya. Kalau udah bisa keliatan bilang ya, jalan deh”.

Benar, tak lama setelah itu saya bersorak karena bisa menemukan jam gadang. Tentu saja dengan ekspresi senang dan menceritakan gambaran lokasi saat itu.
Saya segera mengabadikan beberapa foto jam gadang dengan pencahayaan yang minim. Instruksi berikutnya Bey menjelaskan letak ATM detail dengan jumlah uang yang harus saya ambil “jangan bawa uang cash banyak-banyak” :).

Perut terasa lapar saya memilih menikmati kuliner sate padang yang terletak tidak jauh dari jam gadang.
Selama saya santap malam Bey mematikan percakapan kami untuk mandi. Setelahnya ia terkejut mendengar saya harus membayar 22k untuk sate yang harusnya hanya 7k. Lantas Bey mengatakan “lain kali kalo mau beli apa-apa tanya dulu harganya supaya ga ngerasa terlalu di up gitu. Kalo masih wajar ya beli aja”.

Setelah itu saya hanya memutuskan meninggalkan jam gadang dan memasuki beberapa distro untuk melihat koleksi mereka. Sembari googling paket tour saya menyampaikan kepada Bey supaya tidak tersesat mungkin saya lebih baik menggunakan ajsa tour travel 350k dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Beberapa lokasi tujuan saya infokan kepada Bey. Jawaban Bey “ga usah! Mahal itu, letaknya semua deket situ aja ko. Besok ku kasih tau jalan-jalannya”.

LOS LAMBUNG
Hari berikutnya masih dengan arahan Bey saya berhasil menemukan Los Lambung, kawasan kuliner yang menyediakan nasi kapau dan cindua langkok. Sempat beberapa kali tersesat karena untuk menuju Los Lambung harus melewati pasar. Tapi sebanding dengan kenikmatan nasi kapau panas yang disuguhkan bersama segelas air hangat. Terasa lebih nikmat disantap pada cuaca Bukittinggi yang dingin. Untuk cindua langkok, saya sangat menyukai.

KEBUN BINATANG
Clue yang diberikan Bey tidak lain adalah melewati pasar hingga habis, kemudian bertemu dengan mesjid di ujung pasar juga dengan
“Kalo udah ketemu banyak penjual kacang goreng pasti udah deket”
“Ko kacang goreng cluenya ya?”
“Itukan makanan monyet, udah gitu monyetnya pinter buka kulitnya.”
Untuk kalimat dia yang terakhir saya meragukannya. Tapi memang benar banyak berjajar penjual kacang goreng sebelum gerbang depan kebun binatang. Koleksi hewannya tidak begitu banyak tapi dengan kondisi lingkungan yang sejuk merupakan tempat yang nyaman untuk berwisata. Beberapa hewan sempat saya abadikan dalam kamera seperti tapir, rusa serta burung onta.

MUSEUM
Untuk bagian ini saya tidak banyak menjelajahi koleksinya karena memang luasannya kecil dan hanya seputaran berisi koleksi binatang yang diawetkan serta pelaminan minang. Museum ini terdapat di rumah adat baanjuang.
JEMBATAN LIMPAPEH

“Udah dimana?”
“Jembatan Limpapeh, aku mau ke benteng Bey”
“Ya udah hati-hati ya, aku tidur sebentar jangan lupa mampir di jenjang seribu deket sana.”
Jembatan Limpapeh bagaikan menghubungkan dua perbukitan yang di pisahkan oleh jalan umum. Pemandangan dari jembatan Limpapeh sungguh mengesankan. Nampak perbukitan dengan beberapa rumah gadang menjulang di dekat bukit.
BENTENG FORT DE KOCK
Kawasan benteng yang dikelilingi oleh pohon pinus. Kesegaran udaranya sangat menyejukan dengan ciutan burung terbang bebas. Benteng yang berukuran kecil dengan letaknya di ujung bukit. Saya tidak memasuki bagian dalam benteng dikarenekan kedatangan saya berbarengan dengan rombongan anak-anak TK lengkap dengan mahmud socialita Minang. Saya hanya mengambil beberapa foto pada bagian luar benteng saja.

JENJANG SERIBU

Keluar dari lingkungan kebun binatang tentu saja saya menyempatkan diri singgah ke janjang seribu. Memang terlihat curam dari bagian atas posisi saya berdiri. Mengingat kaki yang sudah lelah saya memutuskan tidak untuk menepaki satu semi satu jenjang seribu. Cukup terpuaskan dengan melihat dari atas lintasan jenjang serta pemukiman yang terletak di bawah jenjang. Tidak salah kota ini dinamakan Bukittinggi. Dikelilingi dengan banyak perbukitan.

LOBANG JEPANG DAN NGARAI SIANOK

Perjalanan saya lanjutkan dengan mengendarai bendi ke Ngarai Sianok. Hari sudah tak lagi terik, suasana semakin dingin. Justru membuat saya merawa kawatir karena terlalu sore menyambangi Ngarai Sianok. Alhasil saya tidak berhasil mencapai Lubang Jepang. Konon Lubang tersebut adalah penjara pada zaman penjajajan Jepang. Sedangkan Ngarai Sianok menyuguhkan pemandangan ngarai-ngarai yang terhampar luas. Tebing-tebing yang membentang terlihat jelas. Sungguh Bukittinggi memiliki keindahan alam yang indah, berada di pusat kota.
“Abis ini mau kemana lagi?”
“Makan Bey”
“Cari yang cepet aja makannya, jangan ngetem lama-lama di taman ya nanti ada pengamen kalo ga dikasih uang bisa ngamuk”
“Iya, aku bosan nasi padang ih”
Jelas saja karena sudah beberapa hari santapan utama saya seputaran nasi padang dengan mencoba berbagai macam lauknya.

Cerita saya part 2, lain kali akan saya sambung dengan bagian akhir perjalanan pulang dari Bukittinggi. Informasi mengenai carter mobil murah, travel malam yang aman serta sanjay yang tersedia.

Sedikit cerita di Bukittinggi (part 1)

Mengutip kata-kata Rangga di film AADC2 “Traveling is not about the destination, but it is about the journey”. Traveling kadang datangnya spontan tanpa perencanaan.
Bisa dibilang saya memang dari jauh hari ingin ke Bukittingi. Tapi kepergian saya di tanggal 4 Mei 2016 kemarin tanpa perencanaan sebelumnya. Beberapa hari sebelumnya saya memang sudah berada di Pekanbaru. Di pagi hari tanggal 4 Mei spontan saja saya terpikir ingin menjejakan kaki di bukit tinggi. Walaupun, sempat dicegah oleh–sebut saja–Bey. Alasan utamanya jelas karena ia begitu paham dengan kondisi Bukittinggi (sebagai orang asli Bukittinggi yang merantau ke Pekanbaru). Dan, saya tetap nekat nelpon travel untuk dijemput pagi itu. Bey, terkejut ketika saya mengabarkan sudah di travel.
Pemesanan hotelpun saya lakukan spontan di perjalanan melalui applikasi traveling. Sempat berdecak melihat harga kamar hotel dengan kualitas hotel yang diberikan. Saya memilih hotel yang berada di dalam kota. Itupun dengan arahan Bey untuk tidak memilih hotel yang konon katanya memiliki banyak aura mistik. 357k/malam, saya memilih hotel standar karena tujuan utama saya ke Bukittingi bukan untuk wisata hotel.

Sepanjang perjalanan dia selalu menelpon saya dan memberikan banyak petuah. Semacam anak playgroup yang akan berwisata saja. Banyak sekali pesan dari Bey untuk hal-hal yang tidak boleh saya lakukan selama di Bukittinggi.

Selama di perjalanan saya banyak disuguhkan pemandangan alam, perbukitan, danau serta barisan tebing yang dipenuhi pepohonan. Banyak kelokan dan jalanan yang curam. Sungguh saya tidak memejamkan mata untuk tidur barang sejenak. Asik menikmati suguhan alam. Sayangnya, saya berada dalam travel dan tidak bisa berhenti di titik-titik lokasi yang bagus.

Saya menceritakan kepada Bey mengenal seorang teman yang juga akan ke Bukittinggi seorang diri. Kontan saja Bey langsung memberi petuah untuk tidak mudah percaya kepada orang. Tentunya hal itu ia lakukan karena ia sangat paham mengenai saya yang selalu ceroboh meletakan henpon ataupun dompet di sembarang tempat hingga lupa.

Kelok 9, ya sayang hanya sebatas itu kemampuan saya mengambil foto. Keterbatasan ruang karena di dalam mobil travel. Saya hanya terkagum-kagum menikmati kelok 9.

Mengisi perut kosong di Kuraya resto. Sayangnya saya lupa menanyakan lokasi resto ini. Tentu saja menghidangkan sajian utama masakan khas Minang. 
Pemandangan di belakang resto nampak pegunungan. Resto yang disekelilingnya dipenuhi dengan persawahan. Nampak hijau dan menyejukan. Sisi bagian belakang resto juga terdapat kolam ikan serta pondokan-pondokan kecil dengan beberapa satwa yang semacam dikandang menjadi kebun binatang mini. Resto yang menarik untuk persinggahan terutama jika membawa serta anak-anak kecil.

Selama perjalanan sang driver yang saya tak sempat bertanya namanya membagi cerita untuk saya. Beliau berdarah Minang asli, namun beliau juga mengingatkan untuk hati-hati selama berada di Bukittinggi terutama untuk membeli sesuatu. Sebab jika penjual mengetahui saya pendatang maka mereka akan meninggikan harga jual berkali lipat. Dan berhati-hati memilih armada transport menuju objek wisata.

Perjalanan kembali di lanjutkan dan kembali pengemudi mobil travel memberhentikan kami di toko oleh-oleh. Tentu saja saya tidak membeli apapun sebab menurut Bey nanti pada saat kembali saya akan melewati toko oleh-oleh serupa.

Sampailah senja saya di hotel yang memang berada di pusat kota. Driver travel mengeluarkan karcis yang harus aaya bayar dengan 170k. Kontan saya protes sebab menurut info dr agen travel saya harus membayar 150k saja. Ternyata driver travel memang mempraktekan secara langsung apa yang sudah beliau infokan kepada saya mengenai menaikan harga :).

Belum lagi saat Bey telpon dan mengatakan harga sewajarnya hanya 120k saja dari Pekanbaru ke Bukittinggi. :)))

Berikut foto kamar hotel saya.


Sedikit mengeluh dengan budget serupa di kota lain bisa mendapat kualitas yang jauh lebih baik, banyak bersyukur karena sampai juga di Bukittinggi.
Sampai di sini dulu, nanti akan saya lanjutkan mengenai cara saya solo traveling selama di Bukittinggi. Ada banyak info yang akan saya share barangkali ada yang berminat untuk berkunjung ke Bukittinggi bisa dijadikan bahan acuan.

Iyahoouuw naik kereta


Huooohh mampir ke Jakarta diajakin naik kereta. Terdengar lucu sih buat semua orang yang udah terbiasa dengan transportasi jenis ini.
Tapi jadi asik banget jika yang mencoba transportasi ini adalah anak Kalimantan yang ga pernah ada kereta di pulaunya.

Yah walaupun jarak yang saya naik tidak begitu jauh (Poris-Duri) tapi lumayan bisa dapet pengalaman desak-desakan juga goyang-goyang gitu di kereta. Parahnya lagi selalu dikerjain sama temen-temen yang ngajak naik kereta.
Mulai dipermalukan dengan ngantri di loket sampe duduk dalem kereta juga dibully sampe ketulang-tulang. Seriusan untuk hal ini pengalaman yang menyenangkan. Melewati peron demi peron. Memperhatikan keunikan setiap pengguna kereta.

Dari lelaki yang egois tidak ingin menggantikan posisi duduknya dengan ibu-ibu tua bahkan sampai jejeritan balita merasa kurang nyaman di kereta.
Lain kali ajakin saya naik kereta dengan rute lebih jauh ya πŸ™‚

Mengabadikan bersama 30 hal

Aku menuliskannya sebab aku ingin mengabadikannya sebagai kenangan. Bukankah keindahan yang mengendap justru menjadi residu kenangan. Biarkan tetap indah, biarkan tetap terpatri dalam sebuah tulisan. Biarkan ku ingat untuk 30 hal tentangnya.
1. Ia tidak menyukai seafood terutama kepiting dan udang. Walaupun, tempat tinggalnya tidak jauh dari pantai.
2. Tidak akan makan jika tidak pedas, ia menyukai cabe asli. Bukan cabe buatan seperti cabe bubuk kering dalam kemasan instan. Menurutnya cabe tersebut tidak segar. Beda rasa.
3. Untuk urusan fastfood, nasinya akan tandas terlebih dahulu dan menyisakan potongan ayam crispy yang selalu tidak pernah ia habiskan. Baginya ayam tidak lebih menarik dari daging.
4. Penggemar masakan padang garis keras. Lebih memilih rendang tinimbang jenis masakan kekinian.
5. Coklat dan roti, dua hal yang sukar ia tolak.
6. Ia menyukai membaca romace tapi bukan yang menye-menye. Urusan romance klasik sudah menjadi bacaan favorit semenjak sekolah dasar dari perpustakaan kakeknya. Untuk urusan roman hanya sebatas bacaan yang ia gemari.
7. Merah, orange serta donker adalah warna yang menjadi pilihan utamanya.
8. Selalu mengenakan fashion yang sederhana. Begitu banyak memiliki baju polos dengan satu warna. Seperti dirinya yang tak menyukai hal-hal berlebihan.
9. Tidak pernah menyukai segala macam film kartun, juga film atau buku fiksi fantasy.
10. Sangat sopan bahkan terhadap siapapun. Tidak segan menolong tapi lebih menyukai menyelesaikan pekerjaan tanpa pertolongan orang lain selagi mampu, dengan alasan segan.
11. Tidak banyak bicara terhadap orang baru, jika sudah mengenal dia akan lebih banyak bercerita segala hal tanpa diminta.
12. Tidak begitu menyukai social media.
13. Memiliki kecerdasan diatas rata-rata dengan cumlaude dari Universitas ternama serta begitu pandai dalam bidang yang saat ini ia geluti (Saya selalu yakin ia akan memiliki karier yang bagus di usia muda. Sebab memiliki pemahaman yang cepat serta hardworker)
14. Kurang baik dalam hal management keuangannya sendiri.
15. Tidak pandai berenang. Juga tidak merokok.
16. Ada kalanya ia hanya ingin sendiri, tanpa siapapun. Sebab kedamaian miliknya adalah ketika ia hanya disibukan dengan hati serta logika.
17. Mood yang buruk bisa merusak aktivitasnya selama beberapa hari.
18. Ia akan melakukan apapun yang ia suka, selagi tidak memberatkan keluarga. Apapun itu tanpa peduli hal lain.
19. Untuknya adik-adiknya adalah hal terpenting selain keluarga. Sebab ia bisa merelakan hal yang ia sukai hanya untuk mengutamakan keluarga. Tidak pernah berkata β€œtidak” untuk seorang adik.
20. Menyukai musik, seleranya sukar ditebak. Terkadang kpop juga sesekali musik jazz. Raisa, fans berat.
21. Taat beribadah, juga tidak pernah lupa untuk mengingatkan orang-orang terdekatnya untuk menjalankan ibadah.
22. Waktu luangnya hanya habis untuk tidur, kurang menikmati suasana yang riuh.
23. Tidak bisa berada terlalu lama dalam ruangan yang tidak memiliki suhu dingin.
24. Katanya ia lebih menyukai hujan yang rapat dan deras, bukan gerimis romantis. Tapi percayalah jika hujan datang bersamaan dengan petir maka ia akan segera terbangun dari tidur. Petir yang ia tidak suka.
25. Sukar ditebak dan sangat pandai menyimpan isi hati. Bahkan ia introvert sejati. Mengenal dekat, belum tentu juga bisa mendengar tentang dirinya.
26. Lebih memilih untuk diam dari pada berdebat. Memilih diam dari pada harus menyampaikan hal yang tidak menyenangkan. Memilih diam saat ia dalam gundah. Memilih diam daripada berdusta.
27. Rendah diri dan tidak pernah menyombongan segala kelebihan yang sudah ia miliki.
28. Berada di garis terdepan bagi siapa saja yang berusaha menyakiti keluarga ataupun temannya. Ia sangat menjaga teman-temannya.
29. Memiliki cita-cita yang tinggi untuk melanjutkan sekolah lagi. Demi mimpi memiliki rumah yang mayoritas bangunannya terbuat dari kayu.
30. Pada suatu hari dicintai dengan sebegitu besarnya oleh seseorang yang menuliskan 30 hal tentangnya.

Tulisan Rindu

IMG_2541

Hujan, siang itu. Hectic di HO sebab harus menyambangi berbagai meeting di ruangan berbeda. Pindah antara satu gedung ke gedung yang lain. Tanpa ada ojek payung. Hujan yang turun begitu rapat. Seolah langit memuntahkan rasa rindunya kepada bumi dan memberikan cumbuan tiada henti melalui hujan.

 

Lelah, sore itu. Hanya bersandar menunggu di lobi sebelum memasuki ruang meeting berikutnya. Seingat saya itu adalah gedung ke tiga yang saya kunjungi. Tatapan saya nanar ke arah luar gedung yang hanya berbatas kaca bening. Beberapa orang teman mengajak ngobrol hal yang tak menarik, menurut saya. Terpaku seorang diri melihat hujan. Sebab dulu saya begitu menyukai hujan, hingga tag line blog tersemat kalimat β€œMahakarya yang tercipta kala hujan”.

 

Bisa dibilang saya saat ini merasa tidak nyaman dengan hujan. Bukan karena hujannya namun hawa dingin yang mengiringi hujan. Tak ada sebab lain terkecuali alergi terhadap suhu dingin yang saya derita semakin memburuk. Terlebih jika perubahan cuaca menjadi dingin datang begitu extrim. Seketika pandangan saya tertuju pada benda kening yang hanyut terbawa arus air. Tanpa berpikir panjang saya berlari meninggalkan kerumunan obrolan menuju pinggiran median jalan. Ya, saya mengambil benda tersebut yang tak lain adalah mainan bebek plastik.

 

Bebek plastik kuning yang sering disertakan pada bak mandi anak kecil. Kontan saja semua pandnagan teman saya terpaku pada saya yang kebasahan. β€œKamu lari keluar hanya untuk ambil mainan itu?” Tanya seorang teman keheranan. Seraya tersenyum saya jawab β€œHehe… iya, kasian dia kehujanan”. Tanpa komando mereka serempak menggelengkan kepala. Saya masih disibukan dengan mengeringkan rambut dan baju menggunakan tisu.

 

Setelahnya saya mengeringkan bebek plastik itu. Ironis sekali, pada bagian bawah, tepatnya lubang suara milik bebek tersebut telah rusak. Hingga tidak dapat mengeluarkan bunyi seperti mainan bebek lainnya. Mungkin sebab itulah pemilik bebek membuangnya. Pada bagian kepala bebek terdapat noda hitam, sukar dihilangkan. Menjadi ciri khas unik untuk si bebek.

 

Sejak saat itu saya selalu membaw serta bebek tersebut dalam tas saya. Kemanapun saya berada. Bahkan ketika berlibur luar pulau, saya selalu membawanya serta. Tak jarang office boy kantor selalu menanyakan bebek plastik ini, β€œBiar saya mandikan mbak”. Memang karena saya tidak pernah memasukan bebek itu ke bak mandi saya.

 

Banyak kejadian seputaran saya dan bebek plastik. Foto berbagai tempat juga menyertakan bebek tersebut sebagai salah satu objek. Pernah suatu hari bebek tersebut hilang, kepanikan saya menyebabakan teman-teman kantor ikut serta mencari. Ternyata, tertinggal di rerumputan taman kantor setelah saya mengabadikan bebek tersebut dalam bentuk foto bersama bunga di taman. Pernah juga bebek tersebut hilang karena faktor kesengajaan dari atasan saya menyembunyikannya. Niatan bercanda yang berujung badmood bagi saya.

 

Suatu ketika saya berkunjung ke Pekanbaru. Entah kenapa saya meninggalkan bebek tersebut bersama seseorang. Dengan janji β€œSaya akan kembali lagi ke sini, dan saya akan mengambil bebek ini”. Benar, sebagai motifasi untuk saya agar bisa kembali menjejakan kaki di Pekanbaru. Sayangnya, semesta berkata lain. Saya tidak memiliki alasan yang cukup kuat untuk kembali menepaki Pekanbaru.

 

Jujur, saya sangat merindukan bebek plastik itu. Hampir dua tahun ia berada di dekat saya. Sudah berusaha mencari pengganti bebek-bebek plastik yang lain namun tidak memiliki kesan spesial. Hingga seorang anak teman memberikan bebek miliknya kepada saya. Awalnya saya begitu senang dan berjanji akan menjaganya. Tetap saja beda, bebeknya jauh lebih tipis dan berukuran kecil. Bibir bebek tersebut tidak semerah bebek yang pernah saya miliki. Saya simpan bebek baru itu. Tapi tidak pernah saya bawa serta kemana-mana.

 

Saya kehilangan bebek plastik itu, yang bukan sekedar mainan biasa. Aneh memang tapi benar adanya saya sangat merindukan bebek plastik milik saya. Menjaganya selama dua tahun tidak sekedar menjaga mainan biasa. Bisa dibilang bebek tersebuta dalah muse untuk saya. Untuk menanyakan keberadaan bebek itu kepada orang yang pernah saya titipkan sudah sangat tidak mungkin.

 

Saya bisa membeli, namun akan menjadi kesan yang tidak unik. Esensi yang berbeda menjadikan tidak sespesial sebelumnya. Atau barang kali ada yang mau member saya bebek mainan plastik? Saya akan menjaganya.

 

Sungguh, ini adalah tulisan rindu kepada mainan bebek plastik.

35 Buku hingga 2015

Prestasi 2015, entah bisa dibilang prestasi atau tidak. Sedangkan sepanjang tahun 2014 justru jauh lebih baik dari 2015. Tahun 2015 energi terkuras untuk menyelesaikan Kamandrah. Bagaimana tidak jika ternyata cerpen yang pernah memenaNgkan di berbagai lomba tidak dapat dibukukan dalam satu kumcer solo.

Deadline menanti, alhasil mengejar sisa cerpen yang ada. Rekonstruksi cerpen tidak mudah, dan itu memang sangat melelehkan. Alhamdulillah lahirlah Kamandrah. Ternyata menerbitkan buku memang tidak mudah. Walaupun hanya sepele bisa masuk ke penerbit indi hasil dari memenangkan lomba.
35 buku yang sudah terbit hingga akhir 2015. Bukan jumlah yang sedikit, namun bisa diprediksikan di tahun 2016 justru jauh lebih sedikit. Banyak alasan, salah satunya memang mengurangi untuk mengikuti lomba menulis untuk sementara. Juga faktor external yang harus lebih focus ke pekerjaan utama.

Target untuk menulis novel yang walaupun baru sampe niat doang semoga terealisasi. Mungkin dimulai dari meminta ilmu dari para penulis novel atau bahkan mencari ilmu sendiri. Untuk kumcer tetap menjadi personal projek yang belum bisa dirampungkan. Semoga sebelum akhir tahun ini bisa berbentuk menjadi sebuah manuskrip lengkap. Amiinn.