kereta cinta (part 2)

“ Dia bukan Andi mu lagi lo….”

Pesan singkat terakhir yang ku terima dari sahabat ketika ku pandangi LCD Blackberry, terkagetkan dengan kata-kata yang selama beberapa hari tidak pernah aku bayangkan, tapi yaahh…. itulah pukulan pelan untuk meloncat dari zona nyaman. Hati yang terkoyak sangat tidak aku harapkan, tapi ini adalah kenyataan pahit yang harus mau aku telan hingga dasar. Mulai membiasakan diri tanpa sapaannya di pagi hari adalah semangat yang terkubur dan seolah enggan berlomba dengan matahari, aaaahh aku mulai membenci pagi. Pagi yang tak lagi ada semangat ketika menghidupkan Blackberry hanya untuk menunggu sapaan mu, atau pagi dengan suara mu dari seberang sana yang hanya untuk ciuman manis penyambut kumpulan nyawa ku.

Pagi yang sangat berbeda dengan kesamaan menepakkan kaki menuju sudut 6 x 7 meter dan menyandarkan tubuh ku pada dinding dengan melipat kedua kaki dan melingkarkan tangan ku pada lutut, sementara jamari ku masih menggenggam Blackberry tanpa pesan singkatnya lagi. Tiada yang salah dengan hati, karna hatipun tidak memilih untuk jatuh pada siapa, dan tiada yang patut dipertanyakan dengan kesedihan karna keikhlasan justru diajarkan pada kesabaran. Selalu saja ingat pada perjuangan terakhir untuk menggapai hati, aneh saja jika terjatuh cukup keras dengan sisa nafas jiwa yang masih tersisa apakah untuk bangkit berlari atau justru bangkit untuk terus mencoba.

Benar adanya bahwa suatu hubungan tidaklah ada yang mengetahui seberapa kuat dan rapuh hati pasangan mu selain dirimu sendiri. Ada banyak hal tentang dia yang hanya akan aku simpan sendiri, tentunya dialah pelangi mata yang akan selalu meluap ketika aku menceritakannya, menceritakan tentang keindahannya tentu saja. Karna Kristal air mata seharusnya sudah habis tadi malam menempel pada piyama biru bergaris kuning motif bunga yang aku suka serta pada bantal yang masih lembab pagi ini.

Continue reading »

Kereta cinta ( Part 1 )

“ Ko, ga mau lihat ke arah aku sih “

sore itu, suara Andi memecah kesunyian dalam ketegangan ketika aku baru saja menapakkan kaki ku di Adi Sucipto, sejak tiga tahun lalu kepindahan keluarga ku menuju kota tambang,  baru kali ini aku kembali ke Jogja. Lelah setelah dari subuh aku mengejar penerbangan dan menyelesaikan beberapa urusan kantor dan berakhir di sini, satu mobil bersama Andi, teman semasa kecil yang kini menjadi kekasih ku, perjumpaan kami tengah tahun lalu melalui jejaring Facebook menjadi awal dari cerita.

Andi, tampil dengan kesederhanaannya yang selalu tak pernah lepas dari pandanganku senyumnya yang manis dan selalu terkesan wangi khas parfum yang selalu dia pakai, itu membuatku merasa tenang dengan kharismanya untuk berada di dekatnya dalam waktu yang cukup lama seperti saat ini.

Aku tidak begitu yakin dengan cinta, karna beberapa kali menjatuhkan hati dan berakhir dengan situasi yang tidak menyenangkan bagi ku tidak memiliki kesan yang mendalam, biasa saja seperti film romance india setelah menangis dan kembali tersenyum tanpa harus ku ceritakan kebanggaan ku memiliki cinta tersebut. Namun pengalaman kegagalan tersebut yang menjadikan aku memilih untuk menjalin hubungan dengan Andi .  ini kali pertama perjumpaan ku dengan Andi setelah beberapa bulan kami menjalin hubungan Long Distance Relatioship dan mengandalkan social media. Namun selama itu pula Andi dan aku selalu menjaga komunikasi bahkan melebihi dosis karena asupan rindu berhalang jarak menjadikan Andi terasa begitu dekat.

Continue reading »