Rahasia tahun baru

Pagi yang tak lagi pagi masih saja terasa pilu setelah semalaman dia menangis tanpa henti. Pemakaman istrinya kemarin adalah luka yang begitu dalam untuknya. Seorang istri yang selalu ada untuknya, seorang istri yang telah menemani biduk perkawinan selama dua tahun terakhir. Malam tahun baru yang dihabiskannya mengabdi untuk negara memimpin pasukan mengamankan kota kembang bumi parahyangan ternyata justru meninggalkan kisah pilu bagi dirinya. Kepala yang terasa penat serta dada yang sesak bukan karena tertimpa benda puluhan kilogram tapi kejadian yang sangat berat sudah menyapanya tanpa permisi. Begitu terhormatnya tugas seorang pimpinan aparat keamanan terlebih lagi saat menjaga kestabilan lalu lintas pada malam pergantian tahun namun ternyata tidak mampu mengobati luka karna ketidak mampuannya menjaga seorang istri tercinta. Tugasnya sering kali menyita banyak waktu, pulang larut malam setelah menangani beberapa kasus di kantor ataupun setelah menguras banyak emosi menghadapi sampah masyarakat yang memang di balik terali besilah mereka harus mendekam. Seberat apapun itu, selalu ada pelukan hangat istrinya dan kelembutannya yang selalu mampu meredamkan ego yang tak jarang sering terbawa hingga ke rumah.
Bagaimana tidak kehilangan itu begitu dalam, seorang istri yang anggun dan selalu bersikap ramah kepada siapapun juga bahkan banyak tetangga yang memujinya bukan karena tugas negaranya tapi justru karena mendapatkan istri yang begitu istimewa. Masih mudah diingat alunan lembut suara istrinya setiap pagi yang selalu membangunkannya dan member kecupan lembut di kening, ataupun segelas kopi panas serta sarapan pagi yang tak pernah ketinggalan.

Senin pagi tanggal 1 januari 2014, peristiwa yang di awali kejadian tragis tepat di bahu jalan istrinya tersungkur dengan kondisi pelipis terbentur keras pada ujung paving drainase, ketika sebelumnya taksi melaju dan menghantam tubuhnya. Jingga mentari mulai tampak demi kamboja yang berguguran pada tanah basah pemakaman, tak lagi dia ingat siapa saja yang mengucapkan bela sungkawa dan tak lagi dia tau seperti apa tampang para pelayat yang hadir hari itu. Dia hanya mengingat begitu cantik bidadari hatinya bahkan ketika kafan menutup wajahnya untuk terakhir kali. Tak luput pula dia berandai rasa penyesalan andaikan dia tidak harus menghabiskan waktu pagi itu dengan tidur setelah terjaga semalaman mungkin dia akan menemani istrinya yang hendak bepergian.
***
Pagi ini tidak ada lagi secangkir kopi dan sarapan pagi yang selalu disuguhkan istrinya, pagi ini ia terbangun dengan langkah gontai menyambar gelas dan mengisinya dengan air mineral dari dalam kulkas. Air yang begitu dinginpun masih tak mampu meredamkan bara duka, perlahan air matanya menetes kambali ketika padangan matanya tertuju pada foto pernikahan mereka menggunakan kebaya putih terpajang pada frame hitam pada dinding tembok bercat biru muda. Istrinya yang memilih warna biru muda karna dia sangat menyukai warna biru, dia pernah mengatakan jika biru adalah ketenangan, kekuatan tersembunyi seperti halnya lautan yang menyimpan berjuta keindahan dibalik permukaan birunya.
Segelas air mineral dingin pada genggaman tangan kanannya, menuju meja kecil di sudut ruangan, tempat biasa istrinya menghabiskan waktu menyelesaikan pembukuan keuangan bisnis butik di jalan dago yang sudah beberapa bulan ini mengisi kesibukan istrinya bersama teman sejawat. Meja yang tertata rapi dengan bingkai foto istrinya dengan latar belakang wahana tornado di dunia fantasi Jakarta, ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali mengajak istrinya berwisata, tapi terlihat foto tersebut seperti kejadian baru beberapa minggu saja, karna tidak ada perbedaan mencolok dari wajah istrinya sebelum kecelakaan kemarin terjadi. Air matanya tak kuasa terbendung lagi, hingga tetesannya membasahi permukaan kaca bingkai foto yang ia usap perlahan di bagian wajah istrinya, senyum indah dan rambut hitam lurus yang selalu tergerai, betapa dia merasakan beruntung sekali pernah memiliki seorang istri seanggun itu.
Membuka laci meja, mencoba menggali kenangan atas beberapa barang yang ada dalam tas tangan berwarna biru yang dia bawa ketika kecelakaan itu terjadi, ada pulpen berwarna biru serta tiket travel ke Jakarta di sela buku catatan sampul hitam, tulisan tangan begitu rapi berbaris. Terpapar beberapa detail kegiatan yang akan di lakukan istrinya seperti membeli anggrek, mengambil jahitan baju serta beberapa list hotel berbintang di utara Jakarta. selama menjalankan bisnis butik istrinya memang sering ke Ibu kota untuk menemui rekan bisnis. Dia usap lagi air mata yang menetes ketika membaca tulisan pada lembar sebelumnya, puisi – puisi indah dari istrinya, bahkan dia tidak tau jika selama ini seromantis itu istrinya menuliskan pada lembaran putih,

“ Untukmu yang ku cinta dari jauh, jika rindu adalah busur maka izinkan aku menjadi anak panah yang akan selalu menuju untuk menghampiri kesendirian mu, jika hari bukanlah kepunyaan kita maka izinkan aku mencurinya sedikit dari mu untuk kita, kelembutan dan kehangatan mu adalah ku damba “

Lirih dia berucap “terimakasih puisinya sayang, ternyata kamu romantis” iya, selama kesibukannya bertambah akibat kenaikan pangkat, dia jadi jarang menghabiskan waktu bersama istrinya, seperti rumah hanyalah tempatnya singgah untuk memejamkan mata beberapa jam yang kemudian di pagi hari harus kembali bertugas, hingga banyak hal yang terlewati. Betapa semakin dalamnya rasa bersalahnya, menyiakan banyak waktu untuk mereka. Lembar demi lembar buku catatan penuh akan puisi cinta saja.

Meletakkan buku catatan dan menekan tombol power pada handphone milik istrinya, smart phone keluaran terbaru yang dia hadiahkan sebagai kado pernikahan bulan lalu, meraih gelas air di tangan kiri dan menelannya perlahan sambil matanya tetap tertuju pada layar handphone di tangan kanan, tampak beberapa pesan singkat darinya yang mengabarkan jika ia harus bertugas hingga pagi serta beberapa pesan lainnya dari keluarga yang mengucapkan euphoria pergantian tahun. Tiba-tiba air berhenti membasahi tenggorokannya dan tersedak hingga mengeluarkannya lagi membasahi meja, jantungnya seakan terhenti seketika, bagaikan petir di siang hari, segera dia gulir ulang kotak pesan masuk hingga kerutan pada kening kening membiarkan mata menjelajah lebih jelas, nampak tertulis

Dari: blue ​
07:15 ​
Sayang jam berapa ke sininya? (01 januari 2014)

Dari: blue
03:43
Kabarin aku besok pagi ya sayang, sekarang tidur saja dulu sebelum suami mu pulang. Love u (01 januari 2014)

Dari: blue
00:01 (01 januari 2014)
Selamat tahun baru sayang, selalu mencintai mu, semoga tahun depan hubungan kita akan semakin indah. Mmmuuuuuaaccchhh… cinta kamu

Bahkan dirinya pun tidak pernah memberi perhatian ataupun menulis pesan seromantis itu, bahkan dirinya pun tidak pernah mengucapkan doa untuk pergantian tahun untuk hubungan mereka, seraya mengusap wajah dan helaan nafas panjang yang terberat pernah ada, dia menekan tombol call pada nomer blue.terdengar nada tunggu yang kemudian berganti dengan suara
“Hallo sayang, kenapa hp kamu mati, jam berapa ke jakarta? Suami kamu sudah tidur kan? Sayang…. Halo… halo sayaangg….”

Berjuta tanya menggelayut, siapa dia? Ada hubungan apa dengan istrinya? Jakarta? Foto di dufan? Puisi romantis di lembaran buku catatan? Dan juga nama blue yang memanggil istrinya dengan “sayang”, siapa blue yang ternyata bersuara wanita, mungkinkah istrinya….
Menyilangkan tangan di atas meja dan menaruh kepalanya di atas lipatan tangan, ia menangis sangat keras tanpa ampun, di hari setelah pemakaman istrinya kemarin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *