Aku bukan penulis, dan aku bukan juga anak-anak lagi tapi tidak diharamkan juga untuk aku memiliki cita-cita sebagai penulis. Aku menulis banyak hal dan banyak cerita yang kadang akupun tak mampu lebih lama menyembunyikannya.
Aneh memang jika dengan tulisanku yang tak beraturan kadang terlalu idealis masih bisa menjerat perhatianmu.
Kau bilang ” Tulislah sesukamu asal kau bahagia ” andaikan saja kau tau jika konteks bahagia teramatku bukan pada tulisan tapi pada mu. Walaupun dewasa ini mereka memperjual belikan kebahagian bahkan dengan diskon yang cukup besar di akhir tahun.
Aku banyak bertanya, yang kadang kaupun lebih suka mengembalikan pertanyaan dari pada menjawabnya.
Hidupku sederhana seperti tulisan yang selugas dan sesederhana mungkin terpapar, tapi cintaku rumit bahkan lebih rumit dari barisan aksara soneta hamlet.
Bukan aku yang menjadikannya rumit, itu hanya keluhan dari mereka yang tanpa kawatir berpaling dari labirinnya. Namun aku sengaja menjadikannya rumit saat ini karena aku ingin kamu saja yang menari-nari pada taman hati.
Aku bukan lagi penulis roman karena setiap lembar kisah romantis adalah kamu wujud nyatanya.
Elegi ujung pena meronta mengabadikan cerita, berpuing inspirasi mendekap manja lembaran karya.