Hatiku hatiku…
Tak perlu lagi aku tanya tentang kabarmu. Setelah beberapa lompatan lembar kalender tidak pernah lagi ku dengar ratapan luka yang menganga.
Ada kehangatan yang menjaga dan dekapan yang selalu melindungi sepenuh jiwanya. Aku tau kau semakin sehat dan enggan kembali di sini bersama ku.
Akan selalu ada duri pada bayang mawar, kerikil pada lintasan jalan tapi selama masih ada cinta yang tulus tak akan mengurangi rasa bahagianya sedikitpun.
Hatiku hatiku…
Berbahagialah, buang jauh semua ketakutan akan kehilangan. Karena cinta mengajari bukan hanya ketika berusaha mendapatkan tempat yang nyaman tapi juga penghapusan air mata, kelak.
Akan ada masanya dimana bukan lagi tentang kalian tapi tentang kenangan yang bisa kau ceritakan padaku ketika (mungkin) nanti kau terseok penuh luka kembali sendiri bersamaku.
Saat ini kau melupakan banyak logika dan mendominasi rasa, menembus batas kewajaran dan menikmati buaian. Biarkan saja arusnya membawa ke muara pelukan, karena yang sejati tidak akan pernah hilang dengan mudah.
Hatiku hatiku…
Semerah warna cinta semuda simbol kasih sayang, bukankah itu dia yang menghiasi dindingmu dengan aksara bernoktah namanya. Tak pernah sebelumnya aku melihat betapa tenangnya gejolak ego mu selain ketika berada dalam dekapannya.
Hatiku hatiku…
Ssssttt… Biarkan kisah ini hanya aku kau dan dia tercinta yang tau.