Bacang

Sudah lama tidak bersua, bagaimana kabarmu saat ini? Masih enak kah?

Cang..
Aku ingin menyampaikan surat cinta kepada mu karena memang aku mencintaimu. Tidak pernah tau mengapa aku mampu jatuh cinta kepada mu, dirimu yang sederhana dan tidak juga mewah.

Cang…
Walaupun bentukmu segitiga, lengket dan hanya berlapis daun bambu. Namun sungguh begitu rumit hanya untuk menikmati bagian demi bagian tubuhmu. Terlebih untuk membungkus pasti akan jauh lebih sukar lagi.

Aku pikir kau terasa asem, aku tidak menyukai asam. Ternyata aku salah, jika perkenalan pertama kita justru aku mencicipi bacang yang basi. Ketidaktahuanku justru menjadikan aku rakus hingga menghabiskan satu bacang, iya bacang basi.

Lagi-lagi perkenalan kedua kita ketika aku menggigitmu untuk sebuah bacang dengan harga 35.000,- sungguh harga yang sangat tinggi hanya untuk sebuah bacang ketan. Jangan kawatir, semahal apapun aku akan tetap menikmati gigitan demi gigitan dengan rasa bahagia.

Sebegitu tergilanyakah aku akan dirimu?. Sayangnya bacang tak pernah ku temukan di kotaku. Hingga aku harus bertanya kepad seorang teman dan dia menjawab ‘karena kamu yang cinta bacang sedangkan bacang tidak cinta kamu, mangkanya dia ga ada di sana’ sungguh terdengar seperti jawaban yang logis.

Apa kau tau, tiap kali aku menjajakan kaki di salah satu kota hal pertama yang selalu aku cari di bandara adalah kamu, iya kamu bacang. Tidak terasa lengkap tanpa merasakan kenikmatanmu.

Bacang, semoga surat ini bisa mewakili rasa rinduku, sementara aku masih belum bisa menikmati dirimu.
Barang kali akan ada inovasi rasa keju ataupun coklat sebagai pendamping rasa daging.

I love you bacang.

Aufa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *