Tentang #Kamandrah

  
Alhamdulillah, mimpi yang selama ini diukir bisa jadi nyata. Bisa melahirkan buku sendiri. Walaupun jujur isinya sedikit prematur.

#Kamandrah, saya ambil judul buku dari salah satu judul cerpen di dalamnya. Beberapa orang bertanya apa arti #Kamandrah. Sesuai penampakan cover buku, terdapat tanaman jarak (Jatropha curcas) yang sering disebut dengan #Kamandrah oleh orang dayak di bagian Kalimantan Tengah.

Iya, tanaman jarak pagar yang bijinya bisa dijadikan bio solar. Tapi memiliki fungsi lain untuk sebagian kecil warga dayak.

Saya orang yang lemah dalam penentuan judul juga nama tokoh, tapi karena isi kumcer ini terdapat beberapa cerpen yang menceritakan mengenai adat kalimantan, itu sebabnya saya ambil judul #Kamandrah.

Beberapa cerpen yang menjadi favorit saya adalah Carlos, Ian Jo dan Arctophile. Dengan total 15 cerpen.

Sesuai yang saya sampaikan di awal memanh sedikit prematur karena saya mengejar batas deadline voucer penerbitan dari @Leutikaprio . Voucer tersebut saya dapatkan karena memenangkan lomba menulis dalam event ultah @Leutikaprio yang ke empat.

Banyak naskah cerpen tergolong lumayan bagus (menurut saya hehe..) tapi sudah saya ikutkan lomba dan terpilih jadi kontributor di penerbit lain, dan saya mengandalkan itu untuk isi #Kamandrah ini (rencana awal).

Niatan tersebut gagal total menjelang deadline karena ternyata saya tidak memiliki hak terbit dalam kumcer solo atas cerpen yang sudah menang lomba di penerbit lain. Kecewa? Banget! Tapi ini pelajaran penting buat saya.

Akhirnya dengan waktu terbatas saya buatlah cerpen-cerpen lain yang sifatnya dadakan. Ada banyak kekurangan dari isinya. Kumcer #Kamandrah dari seorang Aufa yang sedang belajar menulis.

Semoga ada penulis yang bersedia membeli dan memberi masukan atas karya saya. Apa lagi kalo bisa ajarin saya nulis.

Walaupun penerbit indi tapi sepeserpun saya tidak mengeluarkan dana untuk penerbitannya karena saya mendapatkan ini atas prestasi. Untuk editing dan design cover semua dari penerbit. 

Semoga untuk selanjutnya ada buku-buku lain yang bisa saya terbitkan dengan kualitas lebih mumpuni dan jebolan penerbit major.

Terimakasih untuk selalu setia memberi support kepada saya, seseorang yang hidup di kota kecil miskin wifi, tidak ada toko buku, tidak pernah ikut workshop kepenulisan tapi berkat teman-teman semua saya punya cita-cita yang tinggi.

Terimakasih kepada yang sudah memberi buku (agar saya membaca) link tulisan (agar lebih pandai), info nulis (mengasah pena), maintenance blog (khusus buat aa) juga hal-hal baik lainnya.

Terimakasih juga untuk kk yang sudah menjadi pembaca pertama bagian penting dari #Kamandrah, terimakasih untuk segala kritikannya. Berbahagialah ka 🙂

Salam sastra,
Aufa.
Eh ketinggalan 1 hal, beli loh ya. Jangan minta! Cuman online di @Leutikaprio Itung-itung bantu perekonomian anak yatim supaya semangat nulis :p

‘Hari burung’ ku

Alhamdulillah, terlewati lagi satu tahun. Umur makin bertambah, masa hidup berkurang.

Banyak harapan, banyak mimpi yang harus dikejar. Semoga mulai hari ini dan detik ini semakin meningkat keimanan, kesabaran juga kesehatan yang harus lebih baik. Beberapa hal yang tertinggal harus juga dikejar.

Terimakasih untuk segala doa dan ucapannya, semoga apa yang baik-baik juga kembali ke temans, kakaks, oms, tantes dan dede-dede unyu 🙂

Semoga jauh lebih sabar lagi menghadapi semua rintangan, lebih dewasa memutuskan mana yang harus dijalani dan ditinggal.

Makasih banyak ya Rabb, tercapainya resolusi tahun ini bikin kumcer solo, walaupun masih dalam standar bawah bangey tp Alhamdulillah semua berkat prestasi. Makasih banyak atas semua yang Engkau berikan kepada hamba.

Udah ah ini aja dulu biar ga kebanyakan tulisan hehe.., buat pengunjung setia blog, love you.

[29] Mendua

  

Judul : menikah lagi

Terbit : juni 2015

FF menikah lagi tentang seorang suami yang meminta izin untuk menikahi perempuan lain. Terjadi konflik bathin dan juga air mata. Twist di ujung cerita saya bubuhkan

Terbuat dari apa hatinya?

Aku tau, dia lelah…

Mengejar jarak yang tak dekat hanya untuk memburu cheese cake dan red roses. Lengan kemejanya sudah terlipat hingga siku bahkan pada pola yang tak jelas. Tidak seperti biasanya ia mengenakan kemeja sepeti itu. Dia lelah namun tetap tersenyum memberikan hadiah manis itu.

Aku tak begitu menggubris roses dan cake. Aku hanya tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Sesingkat itu dan tanpa bertanya apapun lagi. Sikapku ini bukan yang pertama.

Dia hanya ingin menunjukan ketulusan, aku tau dia tak bermaksud untuk menyakiti atau memaksakan kehendak padaku. Pernah kali itu sebelum ini aku patahkan hatinya, dan melepasnya pergi begitu saja dikala cintanya pada batas tertinggi, dia hanya diam dan lirih

sakit hati itu seperti ini ya? Seingatku ga sesakit ini. Tapi kenapa kali ini jauh lebih sakit.

Kau tau, setelahnya aku selalu mencoba untuk tetap ada ketika ia perlukan, aku tidak memberikannya harapan palsu karena ia pun tau jika aku tak untuk dia miliki. Dia tak mampu memberikan apa yang aku mau dan akupun tak mampu memberikan apa yang dia mau. Berkali-kali aku mengajarinya untuk sadar akan hal itu.

Dia selalu datang dengan senyuman, dengan kehangatan yang sama walaupun aku berkali-kali memintanya untuk pergi. Dia tetap ada, tanpa mengusikku, walaupun terkadang ia masih tak mampu mengontrol rasa cemburu untuk hal yang tak hak dia miliki.

Aku kerap mengabaikannya, aku bahkan menutup mata untuk luka dan telinga untuk pintanya. Karna aku hanya ingin dia baik-baik saja. Berkali-kali aku selalu memintanya untuk mencari kekasih agar ada yang menjaga hatinya.

Ga perlu suruh aku cari pacar, buat apa kalo cuma untuk pelarianku saja.

Aku tak bermaksud memaksanya jatuh cinta dengan yang lain, aku hanya tak ingin orang sebaik dia terus terluka walaupun dia selalu tersenyum dan mengatakan

Ga usah kawatir aku akan selalu baik-baik saja.

Entahlah, baik macam mana yang dia maksud. Apakah kebodohannya terlalu tinggi hingga bertahan pada jarak yang tak pernah ku gubris sekalipun atau itukah caranya menunjukan ketulusan. Bahkan diapun menyadari jika kami tak akan pernah mungkin menyatu, lebih tepatnya aku tak mencintainya.

Tapi dia yang akan selalu ada jika aku dalam keadaan yang tidak baik, tanpa ku minta. Caranya mengkhawatirkan ku dan juga sikapnya yang selalu ingin tau kadang justru membuatku risih. Tak ku sadari seperti itulah cinta yang selalu ingin tau keberadaan orang yang dicintainya.

Aku pengen kamu bahagia, dengan siapapun itu. Aku nyeri kalau dengar kamu terluka dan ga bahagia.

Seperti itulah dia, bahkan tak ku dengar kata-katanya ‘kamu akan jauh lebih bahagia jika sama aku’ karena diapun pasti tau keterbatasannya.

Entah hati macam apa sebegitu cintanya namun meminta untuk mendapatkan hati lain yang dapat menjaga jauh lebih baik.

Titik terparah ketika aku mengabaikan kehadirannya, aku berusaha membuatnya menjauh dan mematahkan hatinya jauh lebih dari sebelumnya.

Dia menangis di depan mataku, dia memohon kepadaku agar aku menjauhinya secara perlahan, namun kali ini aku tak bisa. Aku ingin dia pergi dariku, aku tak ingin lagi dia selalu ada untukku. Aku memintanya untuk ikhlas melepasku. Aku melihatnya melemah dengan air mata.

Aku tau aku harus pergi dari hadapanmu, tapi bukankah kau berjanji jika akan memberiku waktu sejenak. Setelah ini aku janji tidak akan pernah menyentuh hidupmu sedikitpun. Caramu kali ini terlalu menyakitkan, tak perlu setega itu. Aku ga pernah mengusikmu sedikitpun.

Aku… Entahlah, aku tak tau apa lagi yang harus aku ceritakan tapi malam itu dia begitu hancur. Itulah cara terbaik dariku agar ia bangkit dan mengejar cinta lain. Aku bukan untuknya.

Ku biarkan dia menangis hingga terisak tanpa sedikitpun ku pedulikan. Aku hanya ingin bahagia dan jelas aku tak bisa bahagia jika dia terus bersikap seperti itu. Alangkah lebih baik jika dia berikan itu semua kepada orang lain. Aku tau dia terluka, jauh lebih baik andaikan luka dalam kali ini mampu menyudahi cintanya untukku.

Sudah ku yakini jika ia akan membenciku dan mencaciku layaknya seorang pujangga yang kehilangan karya termanisnya. Sudah bisa ku tebak diapun akan menjerit membebaskan ego untuk memasang tameng tertinggi agar tak lagi mengenalku.

Kamu ingin bahagia? Baiklah. Sini kasih aku pelukan terakhir.

Aku menggelengkan kepala, aku tak ingin itu.

Kali ini aja, terakhir dan aku akan melepasmu dengan ikhlas tanpa beban.

Akupun memeluknya erat. Memeluk seseorang yang selalu baik untukku namun aku merasakan risih atas segalanya itu. Bahkan seseorang ini yang juga pernah ku miliki hatinya, walaupun hanya sekilat hati. Dia tak pernah membenciku, dia tak pernah membalas segala perlakuanku yang tak menyenangkan untuknya.

Pelukan terakhir, benar-benar terakhir karena aku tau setelah ini aku akan sukar mendapatinya lagi. Bagaimanapun juga dia pernah baik dan dia hanya ingin menunjukan ketulusan namun hatiku yang menolak itu.

Ternyata tebakan dan keyakinanku salah besar, dia tak menunjukkan ego dan dia tak mencaciku. Sungguh aku tak menyangka hatinya yang terluka olehku namun tak ada caci sedikitpun untukku darinya.

Dia mulai membuka hati untuk yang lain, sykurlah semoga kelak dia memang menemukan kekasih yang benar dia cintai bukan karena aku tapi karena hatinya inginkan itu.

Hati yang baik, dia yang tau segala luka, dia yang mengecap pahitnya perlakuan namun dia tetap tersenyum kepadaku.

Tuhan, jaga dia. Jaga hatinya yang entah kau ciptakan dari apa, hingga ketulusannya melebihi seorang Romeo. Jatuhkan lagi hatinya kepada perempuan yang bisa menjaganya, perempuan yang tak ingin menyia-nyiakan ketulusan seperti itu.

Tuhan, kuatkan dia karna aku tau dia begitu rapuh. Walaupun dia selalu tersenyum di hadapanku dan mengatakan dia bisa mengatasi dengan jalan dewasa tapi aku tau dia terluka dan menangis.

Tuhan, berikan pelukan untuknya ketika ia kehilangan percaya diri karena aku tak ingin memeluknya lagi. Cukup kali itu untuk pertama dan terakhir. Aku tak mampu memilikinya.

Tuhan aku tau dia membutuhkanku namun kaulah sebaik-baiknya penjaga untuknya. Aku tak sanggup lagi melihatnya kerap terluka.

Terimakasih untuk ketulusan itu dan hatimu yang entah terbuat dari apa.

[28] cinta melumpuhkan mimpi

    

Judul : Guntung payung

Terbit : mei 2015

Cerpen berjudul Guntung payung adalah saya ambil dari nama daerah di kota Banjarbaru. Nuansa kehidupan Guntung payung yang terkenal dengan olahan tahunya. Saya padukan dengan tema pada lomba kali ini. 

Jauh lebih bodoh

“Kau tau?”

“Tentu saja :)”

“Berarti kau tidak bodoh, maksudku kau jauh lebih dari bodoh. Kau tau namun kau tetap diam”

“Itulah caraku mempertahankan hubungan”

“Apa kau terluka? Hubungan macam apa yang kau maksud”

“Aku mampu mengabaikan luka kecil dan selalu memaafkannya”

“Itu bodoh”

“Tidak! Itu cinta”

“Tapi kau terluka”

“Setiap orang memiliki batas kemampuan masing-masing, layaknya aku. Aku takut terluka lebih dari ini. Jika setiap kebusukan kecil kupermasalahkan maka aku akan kehilangan dia dan luka yang lebih besar ku dapati”

“Apa itu cinta? Seolah kau bukan memiliki cintanya tapi kau takut kehilangan kehadirannya”

“Aku yang mencintai jadi aku lebih tau apa yang ku ingini”

“Tapi kau terluka”

“Aku bosan mendengar pradugamu atas lukaku”

“Dan kau pura-pura bahagia dengan menyakiti diri sendiri seperti itu”

“Tak perlu menilai terlalu banyak, mempertahankan hubungan tidak semudah ucapanmu”

“Tentu saja itu benar! Hubungan yang membuatmu buta walaupun berkali-kali kecurangan dia lakukan namun kau tetap tersenyum untuknya”

“Ah… Begitulah cinta”

“Dan begitulah caramu mencintai secara bodoh”.