Aku memilihmu satu, diantara beberapa. Bukan lagi perkara mudah menambatakan hati namun memang karena kau terbaik diantara semua.
Aku pernah terluka pun terpuruk. Satu peluru telah habis ku gunakan untuk menghancurkan diriku sendiri. Aku tak ingin tertatih dan mengelepar antara hidup dan mati. Maka ku padamkan saja lentera kehidupan dengan tembakan terakhir. Peluru terakhir.
Jika kini aku bangkit dan mencintaimu, bukan sebagai obat dari luka hati. Namun kaulah yang mampu menjinakkan liarku, meredamkan gemuruhku dan menghangatkan beku dari cintaku.
Aku tak ingin begitu saja melepasmu. Aku hanya ingin selalu merasakan jatuh cinta hanya pada hatimu.
Katamu “aku meringkuk menahan rindu hanya kepadamu”. Tepat setelah kuucap kata cemburu. Iya, aku melontarkan cemburu atas ego cinta hanya ingin memilikimu sepenuhnya.
Aku menuliskan segala hal, perkara rindu yang menggebu. Perkara cinta yang haus cerita.
Tetaplah di sini sebagai janji selamanya. “Kita bikin kisah yang lebih indah”. Terkabulah pintamu untuk kisah baru, kisah kita. Jauh lebih indah.
Tetaplah menjadi milikku. Kisah kita tak selamanya mudah namun janjiku untuk memudahkan semuanya semampu ku. Agar aku tak pernah kehilangan kamu dari tempat tenyamannya. Sebut saja hatiku.