*teriring lagu Almost lover dari fine frenzy*
Sudah bukan lagi texting pendek ‘sayaaang’ yang membangunkanku di antara suara adzan subuh. Matahari pagi masih saja terbit seperti biasa, sayangnya aku yang belum lagi merasa terbiasa.
Ada yang berkurang, herannya justru rongga dadaku terasa sesak seperti menahan berat. Aku tak menyentuh Decolgen seperti biasa. Sebab ku tau sesak bukanlah karena sumbatan sinus yang terbiasa menyerang.
Kepalaku penat, hatiku hampa. Seharusnya saat hati hampa kepalapun menjadi ringan. Mungkin ini satu bukti jika perihal perasaan dan logika terkadang tak sejalan.
Ku embuskan napas panjang. Jangan bilang ini adalah sakit hati, aku peka terhadap hal cinta. Jika pun sebagian orang pasti akan meledek dengan cah cintha, karna seingatku sakit hati tidak sesakit ini.
Masih ada dia yang tersenyum ketika ku gerimiskan dengan kata-kata rindu. Maaf, kali ini bukan hujan karena aku tak menjatuhkan sejadi-jadinya.
“Aku lebih cinta hujan dari pada gerimis yang hanya akan membuatku sakit kepala saja” ucapnya ketika perdebatan kecil kami antara hujan dan gerimis. Walaupun aku beralibi gerimis jauh lebih romantis. (Selalu ada perdebatan kecil yang menyenangkan dan berakhir dengan kecupan lembutku sembari berceloteh ‘dasar taurus’)
Bukan, bukan aku tak mampu menghadirkan hujan. Namun untuk apa jikapun kau menggunakan payung untuk melindungi dirimu. Jangan takut dengan gerimisku. Tak perlu menggunakan payung, sebab tanganku yang akan melindungi tetesan rintiknya agar kau tak pusing.
Aku menghadirkan gerimis dan aku yang melindungimu. Sesungguhnya aku tak mampu membendung cintaku menghujani mu, namun hujan tak lagi untuk kita. Sebab itu, biarkan gerimis saja yang menyentuhmu.
Suatu ketika akan ada rindu yang tak mampu lagi ku bawa melalui hujan ataupun gerimis. Cukup saja tersimpan rapat. Barang kali untuk hari ini bersediakah kamu menari bersamaku di bawah gerimis. Menari dengan senyum dan kebahagiaan karna tak ada lagi hari esok untuk cinta kita.
Akan ku ingat kisah cinta dengan senyuman walaupun luka. Akan ku ingat sesak pada rongga dada adalah sahabat sejati dari gelora getaran sayap kupu-kupu.
Apakah kau merindukan menulis ‘sayaaang’ untukku di subuh-subuh yang akan datang? walaupun tanpa hujan.
Gerimis, yang teriris. Walaupun harus menangis, biarkan tetap manis.