Pelajaran setelah kehilangan

“Kenapa gak dicemburui kalau dia begitu ke aku”

“Sebenernya cemburu tapi aku gak pengen kamu berasa risih sama cemburu itu”

“Padahal aku maunya kamu cemburui”

“Sudah, dari tadi”

Memang benar jika cemburu adalah tanda cinta. Ketika memilikimu pun cemburu adalah hal yang begitu gampang ku tikam. Entah beberapa kali aku lupa.

Cemburu hanya untuk hal-hal kecil. Biar aku ceritakan detai rasanya. Seakan rasa ingin marah dan terasa tidak nyaman selalu menggelisahkan. Seakan embusan napas menahan beban berat. Padahal udara masih gratis. Dan juga ada tidak menahan benda yang berat.

Ngapain nelpon dan sms dia, sudah tau dia punyaku tapi tetap aja kamu ganggu. Jika diizinkan mungkin sumpah serapah semikian yang pantas untuk sebuah aksi makian.

Semua masih bisa dilewati dengan senyuma. Percayalah cinta menghadirkan cemburu namun cinta juga yang meredamkannya. Aku bisa, karena kamu menjadi peran utama sebagai penenang. Anggap saja itu sebagai cemburu biasa.

Ironisnya cemburu yang jauh lebih hebat akan tiba saatnya. Ketika semua tidak mampu lagi ditahan hanya dengan tikaman biasa. Sayangnya, cemburu itu sudah tak memiliki hak apapun.

Aku tak hanya sekedar tersenyum tapi akupun sedang dalam fase belajar. Semoga pembelajaran yang tak mudah ini akan menjadikan hati jauh lebih kuat lagi.

Penenang yang selama ini selalu menenangkan. Kesabaran yang sekarang ini perlu ditingkatkan.

Ada saatnya cemburu aku biarkan terlihat di mataku. Namun kini saatnya cemburu aku jadikan pelajaran untuk membiasakan diri.

Sungguh, pelajaran yang tak mudah setelah kehilangan adalah menguasai cemburu.

Aku bukan orang yang pandai dalam pelajaran pertama. Sungguh akupun belum siap untuk menerima pelajaran baru. Tapi semesta berkata lain.

Mudahkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *