Pekanbaru, 16 Oktober 2015.
Sebuah lobi hotel di kawasan jl. Soedirman.
Peluru terakhir meletup dari ujung senjata. Sudah habis perjuangan. Peluru terakhir yang ku gunakan justru untuk membunuh rasa cintaku sendiri.
Siang ini aku pulang, berkemas. Membawa serta hati yang menjadi puing. Tak apa, agar aku lebih mudah menyatukannya kembali .
Aku menangis, sudah tadi malam. Terisak dan menumpahkan semua luka. Aku menangis dalam hangat dekapannya. Dan aku tak ingin menangis lagi sampai detik ini.
Aku melihatnya tersenyum, pagi ini. Dan ia berlalu sebelumnya melihat ke arahku yang tertegun sendiri. Sungguh banyak hal yang ingin ku sampaikan kepadanya dan sudah tuntas.
Aku beruntung pernah memilikinya. Walaupun kini kami memilih untuk saling menjaga, dari jauh. Aku beruntung pernah dekat dengannya bahkan sangat dekat, di dalam hati.
Seminggu yang sempurna, seminggu yang tak kurang satu apapun. Walaupun akan kembali dengan rutinitas kosong.
Seminggu yang akan bertahan sebagai kenangan yang tak pernah kusam. Aku terluka, menangis. Tapi akupun tersenyum melihatnya begitu ku cintai bisa berbahagia.
Semoga pemilik semesta selalu menjagamu. Semoga kita bisa saling jatuh cinta lagi, mungkin nanti atau bahkan di kehidupan yang lain.
Aku telah usai.