Aku cemburu pada kekasihnya!

Aku cemburu!

Kali ini sungguh sangat cemburu. Entah apa yang ada di dalam benaknya. Malam itu, aku sungguh terluka.

Selama beberapa hari sebelum malam itu, aku selalu menjadi yang utamanya. Sedetikpun ia tak pernah meninggalkanku. Bahkan ia akan lebih panik jika aku tak berada di dekatnya.

Seolah bagaikan pemilik utama hatinya, aku begitu manis ia perlakukan. Tidak ada cela.

Aku begitu merasa dimiliki olehnya. Kasih sayangnya sungguh begitu tulus ku rasakan. Aku ingin menjadi tunggal baginya. Hatinya juga rindunya.

Tidak pernah aku menggelengkan kepala untuk setiap permintaannya. Tidak pula meganggukan kepala jika ia meminta izin untuk bersama kekasihnya.

Malam itu, ia menangis. Tapi aku bahagia, karena ia merasakan luka hati. Mereka menyebut itu sebagai galau. Aku menyiapkan tangan jika sewaktu waktu ia perlu pelukanku.

Aku selalu ada kapanpun ia perlukan. Aku mencintainya, dalam diam. Tanpa ia tau. Sungguh, menyimpan rasa cinta ternyata begitu menggelisahkan. Simalakama sebut saja. 

Ahhh…. Tapi aku kecewa dan cemburu. Malam itu ia justru memeluk kekasihnya dan mengecup keningnya. Aku pernah mendapatkan kecupan itu beberapa kali. Tapi aku tak pernah mendapatkan ucapan “aku sayang banget sama kamu. Aku cuma mau kamu”. Seperti yang ia ucapkan ke dia.

Akupun ingin berada di dalam pelukannya hingga terlelap. Malam itu aku sama sekali tidak memejamkan mata. Dengan jelas ku lihat ia tersenyum dengan pelukan erat. Lebih tepatnya, mereka. Air mukanya begitu bahagia dan tenang.

Andaikan saja aku bisa mengatakan padanya, jika cintaku jauh lebih besar dari itu. Pastilah aku yang akan menguasai pelukannya, bukan kekasihnya. Walaupun aku hanyalah seonggok bebek karet kecil berwarna kuning. Miliknya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *