Aku menuliskannya sebab aku ingin mengabadikannya sebagai kenangan. Bukankah keindahan yang mengendap justru menjadi residu kenangan. Biarkan tetap indah, biarkan tetap terpatri dalam sebuah tulisan. Biarkan ku ingat untuk 30 hal tentangnya.
1. Ia tidak menyukai seafood terutama kepiting dan udang. Walaupun, tempat tinggalnya tidak jauh dari pantai.
2. Tidak akan makan jika tidak pedas, ia menyukai cabe asli. Bukan cabe buatan seperti cabe bubuk kering dalam kemasan instan. Menurutnya cabe tersebut tidak segar. Beda rasa.
3. Untuk urusan fastfood, nasinya akan tandas terlebih dahulu dan menyisakan potongan ayam crispy yang selalu tidak pernah ia habiskan. Baginya ayam tidak lebih menarik dari daging.
4. Penggemar masakan padang garis keras. Lebih memilih rendang tinimbang jenis masakan kekinian.
5. Coklat dan roti, dua hal yang sukar ia tolak.
6. Ia menyukai membaca romace tapi bukan yang menye-menye. Urusan romance klasik sudah menjadi bacaan favorit semenjak sekolah dasar dari perpustakaan kakeknya. Untuk urusan roman hanya sebatas bacaan yang ia gemari.
7. Merah, orange serta donker adalah warna yang menjadi pilihan utamanya.
8. Selalu mengenakan fashion yang sederhana. Begitu banyak memiliki baju polos dengan satu warna. Seperti dirinya yang tak menyukai hal-hal berlebihan.
9. Tidak pernah menyukai segala macam film kartun, juga film atau buku fiksi fantasy.
10. Sangat sopan bahkan terhadap siapapun. Tidak segan menolong tapi lebih menyukai menyelesaikan pekerjaan tanpa pertolongan orang lain selagi mampu, dengan alasan segan.
11. Tidak banyak bicara terhadap orang baru, jika sudah mengenal dia akan lebih banyak bercerita segala hal tanpa diminta.
12. Tidak begitu menyukai social media.
13. Memiliki kecerdasan diatas rata-rata dengan cumlaude dari Universitas ternama serta begitu pandai dalam bidang yang saat ini ia geluti (Saya selalu yakin ia akan memiliki karier yang bagus di usia muda. Sebab memiliki pemahaman yang cepat serta hardworker)
14. Kurang baik dalam hal management keuangannya sendiri.
15. Tidak pandai berenang. Juga tidak merokok.
16. Ada kalanya ia hanya ingin sendiri, tanpa siapapun. Sebab kedamaian miliknya adalah ketika ia hanya disibukan dengan hati serta logika.
17. Mood yang buruk bisa merusak aktivitasnya selama beberapa hari.
18. Ia akan melakukan apapun yang ia suka, selagi tidak memberatkan keluarga. Apapun itu tanpa peduli hal lain.
19. Untuknya adik-adiknya adalah hal terpenting selain keluarga. Sebab ia bisa merelakan hal yang ia sukai hanya untuk mengutamakan keluarga. Tidak pernah berkata “tidak” untuk seorang adik.
20. Menyukai musik, seleranya sukar ditebak. Terkadang kpop juga sesekali musik jazz. Raisa, fans berat.
21. Taat beribadah, juga tidak pernah lupa untuk mengingatkan orang-orang terdekatnya untuk menjalankan ibadah.
22. Waktu luangnya hanya habis untuk tidur, kurang menikmati suasana yang riuh.
23. Tidak bisa berada terlalu lama dalam ruangan yang tidak memiliki suhu dingin.
24. Katanya ia lebih menyukai hujan yang rapat dan deras, bukan gerimis romantis. Tapi percayalah jika hujan datang bersamaan dengan petir maka ia akan segera terbangun dari tidur. Petir yang ia tidak suka.
25. Sukar ditebak dan sangat pandai menyimpan isi hati. Bahkan ia introvert sejati. Mengenal dekat, belum tentu juga bisa mendengar tentang dirinya.
26. Lebih memilih untuk diam dari pada berdebat. Memilih diam dari pada harus menyampaikan hal yang tidak menyenangkan. Memilih diam saat ia dalam gundah. Memilih diam daripada berdusta.
27. Rendah diri dan tidak pernah menyombongan segala kelebihan yang sudah ia miliki.
28. Berada di garis terdepan bagi siapa saja yang berusaha menyakiti keluarga ataupun temannya. Ia sangat menjaga teman-temannya.
29. Memiliki cita-cita yang tinggi untuk melanjutkan sekolah lagi. Demi mimpi memiliki rumah yang mayoritas bangunannya terbuat dari kayu.
30. Pada suatu hari dicintai dengan sebegitu besarnya oleh seseorang yang menuliskan 30 hal tentangnya.
Monthly Archives: March 2016
Tulisan Rindu
Hujan, siang itu. Hectic di HO sebab harus menyambangi berbagai meeting di ruangan berbeda. Pindah antara satu gedung ke gedung yang lain. Tanpa ada ojek payung. Hujan yang turun begitu rapat. Seolah langit memuntahkan rasa rindunya kepada bumi dan memberikan cumbuan tiada henti melalui hujan.
Lelah, sore itu. Hanya bersandar menunggu di lobi sebelum memasuki ruang meeting berikutnya. Seingat saya itu adalah gedung ke tiga yang saya kunjungi. Tatapan saya nanar ke arah luar gedung yang hanya berbatas kaca bening. Beberapa orang teman mengajak ngobrol hal yang tak menarik, menurut saya. Terpaku seorang diri melihat hujan. Sebab dulu saya begitu menyukai hujan, hingga tag line blog tersemat kalimat “Mahakarya yang tercipta kala hujan”.
Bisa dibilang saya saat ini merasa tidak nyaman dengan hujan. Bukan karena hujannya namun hawa dingin yang mengiringi hujan. Tak ada sebab lain terkecuali alergi terhadap suhu dingin yang saya derita semakin memburuk. Terlebih jika perubahan cuaca menjadi dingin datang begitu extrim. Seketika pandangan saya tertuju pada benda kening yang hanyut terbawa arus air. Tanpa berpikir panjang saya berlari meninggalkan kerumunan obrolan menuju pinggiran median jalan. Ya, saya mengambil benda tersebut yang tak lain adalah mainan bebek plastik.
Bebek plastik kuning yang sering disertakan pada bak mandi anak kecil. Kontan saja semua pandnagan teman saya terpaku pada saya yang kebasahan. “Kamu lari keluar hanya untuk ambil mainan itu?” Tanya seorang teman keheranan. Seraya tersenyum saya jawab “Hehe… iya, kasian dia kehujanan”. Tanpa komando mereka serempak menggelengkan kepala. Saya masih disibukan dengan mengeringkan rambut dan baju menggunakan tisu.
Setelahnya saya mengeringkan bebek plastik itu. Ironis sekali, pada bagian bawah, tepatnya lubang suara milik bebek tersebut telah rusak. Hingga tidak dapat mengeluarkan bunyi seperti mainan bebek lainnya. Mungkin sebab itulah pemilik bebek membuangnya. Pada bagian kepala bebek terdapat noda hitam, sukar dihilangkan. Menjadi ciri khas unik untuk si bebek.
Sejak saat itu saya selalu membaw serta bebek tersebut dalam tas saya. Kemanapun saya berada. Bahkan ketika berlibur luar pulau, saya selalu membawanya serta. Tak jarang office boy kantor selalu menanyakan bebek plastik ini, “Biar saya mandikan mbak”. Memang karena saya tidak pernah memasukan bebek itu ke bak mandi saya.
Banyak kejadian seputaran saya dan bebek plastik. Foto berbagai tempat juga menyertakan bebek tersebut sebagai salah satu objek. Pernah suatu hari bebek tersebut hilang, kepanikan saya menyebabakan teman-teman kantor ikut serta mencari. Ternyata, tertinggal di rerumputan taman kantor setelah saya mengabadikan bebek tersebut dalam bentuk foto bersama bunga di taman. Pernah juga bebek tersebut hilang karena faktor kesengajaan dari atasan saya menyembunyikannya. Niatan bercanda yang berujung badmood bagi saya.
Suatu ketika saya berkunjung ke Pekanbaru. Entah kenapa saya meninggalkan bebek tersebut bersama seseorang. Dengan janji “Saya akan kembali lagi ke sini, dan saya akan mengambil bebek ini”. Benar, sebagai motifasi untuk saya agar bisa kembali menjejakan kaki di Pekanbaru. Sayangnya, semesta berkata lain. Saya tidak memiliki alasan yang cukup kuat untuk kembali menepaki Pekanbaru.
Jujur, saya sangat merindukan bebek plastik itu. Hampir dua tahun ia berada di dekat saya. Sudah berusaha mencari pengganti bebek-bebek plastik yang lain namun tidak memiliki kesan spesial. Hingga seorang anak teman memberikan bebek miliknya kepada saya. Awalnya saya begitu senang dan berjanji akan menjaganya. Tetap saja beda, bebeknya jauh lebih tipis dan berukuran kecil. Bibir bebek tersebut tidak semerah bebek yang pernah saya miliki. Saya simpan bebek baru itu. Tapi tidak pernah saya bawa serta kemana-mana.
Saya kehilangan bebek plastik itu, yang bukan sekedar mainan biasa. Aneh memang tapi benar adanya saya sangat merindukan bebek plastik milik saya. Menjaganya selama dua tahun tidak sekedar menjaga mainan biasa. Bisa dibilang bebek tersebuta dalah muse untuk saya. Untuk menanyakan keberadaan bebek itu kepada orang yang pernah saya titipkan sudah sangat tidak mungkin.
Saya bisa membeli, namun akan menjadi kesan yang tidak unik. Esensi yang berbeda menjadikan tidak sespesial sebelumnya. Atau barang kali ada yang mau member saya bebek mainan plastik? Saya akan menjaganya.
Sungguh, ini adalah tulisan rindu kepada mainan bebek plastik.
[36] PAHLAWAN KEKINIAN
Judul: Lima warna pahlawan masa kini
Terbit : Maret 2016
Buku ini berisi kumpulan Esai. Lomba yang diadakan penerbit Leutika pada ulang tahunnya yang ke-5. semua pemenang dan finalis diterbitkan dalam satu buku. Syukur Alhamdulillah esai pertama saya berhasil menjadi finalis. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya dari fiksi menjadi esai. Namun dengan waktu singkat mempelajari esai-esai para penulis senior. Walaupun, pemenang utama dalam lomba ini dimenangkan oleh banyak kawan-kawan media massa namun sebagai amatir saya merasa senang mampu menduduki posisi finalis.
Esai yang saya tuangkan banyak membahas mengenai social media. Bagaimana seseorang bisa menjadi “pahlawan” pada masa kini. Ide yang saya tuangkan begitu sederhana. Memang masih banyak harus belajar mengenai substansi sebuah esai. Semoga lain kali bisa menulis esai lebih baik dari ini.
Order buku dapat dilakukan pada penerbit LeutikaPrio. 🙂
35 Buku hingga 2015
Prestasi 2015, entah bisa dibilang prestasi atau tidak. Sedangkan sepanjang tahun 2014 justru jauh lebih baik dari 2015. Tahun 2015 energi terkuras untuk menyelesaikan Kamandrah. Bagaimana tidak jika ternyata cerpen yang pernah memenaNgkan di berbagai lomba tidak dapat dibukukan dalam satu kumcer solo.
Deadline menanti, alhasil mengejar sisa cerpen yang ada. Rekonstruksi cerpen tidak mudah, dan itu memang sangat melelehkan. Alhamdulillah lahirlah Kamandrah. Ternyata menerbitkan buku memang tidak mudah. Walaupun hanya sepele bisa masuk ke penerbit indi hasil dari memenangkan lomba.
35 buku yang sudah terbit hingga akhir 2015. Bukan jumlah yang sedikit, namun bisa diprediksikan di tahun 2016 justru jauh lebih sedikit. Banyak alasan, salah satunya memang mengurangi untuk mengikuti lomba menulis untuk sementara. Juga faktor external yang harus lebih focus ke pekerjaan utama.
Target untuk menulis novel yang walaupun baru sampe niat doang semoga terealisasi. Mungkin dimulai dari meminta ilmu dari para penulis novel atau bahkan mencari ilmu sendiri. Untuk kumcer tetap menjadi personal projek yang belum bisa dirampungkan. Semoga sebelum akhir tahun ini bisa berbentuk menjadi sebuah manuskrip lengkap. Amiinn.