Masih banyak yang lebih baik dari aku

“Masih banyak yang lebih baik dari aku”

Kerap mendengar kalimat itu untuk sebuah senjata akhir dari hubungan. Sementara tidakkah menyadari jika di awal hubungan ingin mencari orang yang bisa menerima kekurangan dan kelebihan.

Bukankah cinta itu tulus ketika ia bisa menerima dengan segala kekurangan dan bertahan semampunya dalam kondisi tak baik sekalipun. Walaupun, masih banyak yang lebih baik daripada aku.

Cinta tak semata mencari yang sempurna, jika itu menjadi takaran tentunya sedari semula ia akan berkelana ketika menemukan kesempurnaan lain. Tentunya memang benar akan ada selalu orang lain yang jauh lebih baik daripada dia.

Tapi, cinta perkara cukup dan nyaman. Ketika hatinya merasa cukup serta memiliki tempat yang nyaman itulah rumah terbaik untuk ia miliki. Untuk pulang dan melepas penat.

Cinta mengisi sekat-sekat yang kosong. Cinta adalah perihal melengkapi hal yang kurang tepat.

Jika begitu, masihkah kau melepas orang yang mencintaimu apa adanya?

Hanya saja, seseorang yang lebih bisa mengisi kekurangan-kekurangan darimu adalah seseorang yang juga menjadi idaman mereka.
Berpikirlah ulang sebelum menyebut masih banyak yang lebih baik dari aku.

Janji tetaplah janji

Bagaimana bisa hati yang merona merah jambu berubah menjadi lebam luka penuh sayatan tak terperi. Bagaimana bisa ketulusan yang tak berkesudahan terbalas dengan sedu sedan.

Jangan pernah meminta hati jika hanya untuk membuatnya terluka. Jikapun sebagai suatu hal yang tidak bisa dihindari, setidaknya masih mampu memilih untuk melakukannya dengan cara yang lebih pelan.

Membuatnya jatuh cinta jauh lebih mudah dari caranya mengobati luka. Tiada dendam tak juga menyampaikan gemuruh pertikaian batin. Senyumnya, ia masih bisa tersenyum dibalik rona mata yang remuk redam.

Kepandaiannya menyimpan luka justru memenjarakan penat yang tak tersampaikan. Sebab janjinya untuk membuatmu bahagia sama seperti janjimu untuk tetap menjaga hatinya. Dan kau tak pernah tau itu. janji tetaplah janji, terlepas perihal terpatahkan atau tidak.

Apa yang kamu tau tentang obrolannya bersama sang Pencipta. Apa yang kamu tau sepertiga malam bibirnya terjaga hanya untuk memanjatkan sebuah doa. Bukan untuk mengutuk dengan menyebut karma. Melainkan mendoakanmu agar selalu bahagia.

Tidakkah kamu tau bagaimana ia mengobati luka?
Tidak, pasti kamu tak akan pernah mau tau.

Segenggam Resah

Jika suatu saat aku berhenti mencintaimu, bukan karena niat yang bahkan tak pernah terbesit seujung kukupun. Bukan pula karena cinta yang mudah habis walaupun terabaikan. Namun, karena sikapmu yang membungkam cintaku hingga tak bernyawa.

Merindukamu bukan lagi kuasaku sebab untuk memikirkan sebuah rindu untukmu sudah bukan lagi perkara yang pantas.

Sejatinya kita jatuh cinta di bawah kolong langit. Tanpa ada tuntutan ataupun sebagai hal yang patut dikorbankan. Setidaknya menutup kisah cinta bukan dengan cara membuka lubang pertikaian.

Ada yang habis memang harus diakhiri begitu saja, dibiarkan tanpa obat hingga mengering sendiri. Tapi, luka bukanlah sebatas luka. Tidakkah terlihat ada hati yang jauh lebih terluka namun tak pernah kasat mata.

Percayalah tidak akan pernah ada cinta yang nyata dari seorang pecinta ketulusan jika hanya untuk melukai. Sebab baginya menjaga hati yang ia cintai jauh lebih penting dari sekedar ego memiliki hanya untuk bermain sementara.

Selalu ada pertikaian dengan malam kelam, sebab ia tak pernah lagi mampu menikam gemuruh kepalaku dengan rasa kantuk. Setelah tiada lagi kau di sini.

140516


Pendar nyala lilin kecil, tamaram menuju satu jenjang. Nyala dengan hati, tiup sajalah sebagai pertanda kita pernah ada.
Lihatlah kepulan asap kecil yang lesap. Menyimpan harap atas harapan.
Gubahan doa terapal jelas. Bukan mantra yang terpatri. Ada napas ketulusan, ada aroma wangi cinta.
Biarkan lidah api padam sebelum mengecap manisnya sepotong roti.
Katamu tak perlu mengucapkan selamat ulang tahun, sebab satu usia ditambahkan.
Jawabku hanya tersenyum, adalah cara menenangkan gemuruh.
Sudah habis pendar lilin tak begitu dengan cinta. Sebab hangat yang tertinggal pada ruangan adalah debar jiwa.
Nyanyikan sajak kebahagian hingga tik tok akhir batas.
140516
Adalah kamu sumber cerita yang tak ingin ku lewatkan begitu saja.
Kali kedua bukan ukuran pantas untuk sebuah kecukupan.
Semesta memiliki caranya sendiri, mengaminkan doa yang dalam diam ku sebut “semoga bahagia”

Kidung Sendiri

Aku pernah mencuri senyummu walau ternyata jutaan senyum baru mudah sekali merekah tanpa mengurangi keindahannya. Adalah balada kehilangan yang justru membuatmu merona.

Aku pernah berada dalam rumah yang selalu memanggil ketika aku tersesat. Rumah yang begitu nyaman seperti pelukan seorang yang jatuh cinta.

Tak ku sangka di rembang senja harus meninggalkan rumah dan mengembalikan senyum itu. Pengembara yang terampas haknya, tidak lagi gemerisik angin membisik untuk bertahan.

Aku tak ingin bicara pada siapapun sebab menyerahkan rahasia luka hanya untuk dikontrol sebagai alih membantu menjaga. Jika tidak serapah menghujam laiknya tak mengenal budi. Seolah budi ingin digdaya setelah karma.

Hingga menulis tanpa arah, seperti menggoreskan sandi-sandi perihal kehilangan. Membongkar paksa rumusan bahagia.

Bukankah percuma menelusup kerumunan hari jika hanya untuk memburu yang tersudahi. Bukan inginku, ranggas sudah naluri untuk berjuang.

Kidung tak lagi menarik ketika sendiri. Perih mengental seiring pudarnya guratan senyum. Bukan kalah dalam medan laga hanya saja sudah berada di garis akhir.

Cerita Bukittinggi (part 3-habis)


Early morning, Kampar Tapung. Mendekati Pekanbaru.

“Aku kangen, kamu harus balik malam ini kalo ga besok ga bisa ketemu. Aku dinas malam lagi besok.”

“Ada gitu travel malam?”

“Ada, aku kirim nomernya nanti, lagian besok juga bakal macet.”

Tanpa mikir panjang langsung mengikuti instruksinya. Memasan travel keberangkatan selepas senja ternyata justru berangkat pada jam 11 malam. Sebelumnya driver travel memberikan informasi jika keterlbatan tersebut dikarenakan harus menjemput benerapa penumpang dari luar kota. Saya yakinkan kepada beliau jika tidak masalah menjadi masalah besar untuk saya. Lagi pula Bey juga dinas malam.

Bagaimana bisa seorang perempuan berani mengambil resiko untuk kembali dari Bukittinggi ke Pekanbaru di malam hari, menggunakan travel yang sama sekali tidak ia kenal, jika tidak ada pendorong kuat untuk melakukan hal itu. Bagian ini saya tidak perlu jelaskan detail bukan? 🙂

“Jadi pesen seat depan?”

“Iya”

“Baguslah, hati-hati ya”

Sepanjang perjalanan dalam satu mobil travel berisi 6 orang dan 2 orang perempuan (saya salah satunya). Perjalanan tidak lancar, dimulai dari kemacetan di Bukittinggi adanya razia. Hingga kerusakan pada mobil (over heat) di jam 1 dini hari dengan terpaksa mobil harus dibongkar. Untung saja masih ada bengkel yang bersedia melayani di sekitar Payakumbuh.

Tidah henti-hentinya Bey selalu menanyakan kabar dan posisi saya. Sebegitu kawatirnya dia membiarkan saya seorang diri pulang di malam hari. Saya tidak merasa kesepian sebab berbincang dengan sesama penumpang travel begitu menyenangkan. Terlebih ketika mereka mengetahui saya datang dari Borneo. Bahkan ada salah satu penumpang yang bermaksud datang ke Borneo untuk mencari ilmu Hipnotis. Entahlah 🙂 selama hidup di Borneo saya tidak pernah mendengar tempat yang ia maksud. Akan tetapi ia selalu berkeras jika Borneo terkenal dengan ilmu hipnotis.

Tak kurang dari dua jam kami menunggu perbaikan mobil. Sementara penumpang yang lain merasa resah dan emosi mulai nampak. Saya justru tetap anteng sembari chating bersama Bey dan bercanda bersama abang bengkel. Salah seorang penumpang memberi saya kue bernama pukis, rasanya unik tercampur dengan kelapa muda. Pukis di Borneo tidak pernah memiliki rasa seunik itu.

Da Khairul, nama pengemudi travel. Membawa mobil sangat nyaman dan tidak bau ketek (hal penting!). Da Khairul dulunya memiliki pertokoan di kawasan Sudirman Pekanbaru. Namun, semenjak toko tersebut terbakar Da Khairul memutuskan untuk beralih usaha. Da Khairul menawarkan jika suatu saat saya kembali ia bersedia mengantar kemanapun tujuan yang saya mau hanya dengan 450k selama 24 jam exclude BBM.

Saya memang jenis orang yang jarang bisa terlelap dalam perjalanan. Sepanjang perjalanan hanya saling bertukar cerita dengan Da Khairul. Ia juga mengajarkan saya bahasa Minang. Bercerita mengenai budaya Minang serta kehidupannya sebelum menjadi driver travel.

Melewati kelok 9 malam hari. Berjajar pondokan kecil menjual jagung bakar serta berderet mobil-mobil parkir. Da Khairul menawarkan kepada saya untuk berhenti sejenak namun saya menolak, sebab tidak memiliki kamera yang bagus untuk malam hari. Selain itu nampak hampir sebagian besar penumpang terlihat sangat lelah dan ingin bersegera tiba di Pekanbaru. Sayapun demikian, mengambil resiko untuk kembali malam hari.

Ketika dikawatirkan oleh seseorang menjadi menyenangkan,
Ketika merasa dimiliki adalah kebahagiaan besar,
Ketika dijadikan yang utama dari segalanya.

Adalah perjalanan yang menyenangkan, perjalanan penuh cinta. Kenangan yang tak akan pernah terganti walaupun menepaki tempat yang sama dikemudian hari.

Adalah Bukittinggi menjadi saksi atas akhir yang tak pernah ku ingikan.

Terimakasih Bukittinggi.

The True Sister


The 

True Sister..
Bukan novel biasa tapi karya dari Aoirisuka. Sensasi membaca karya milik sahabat seperjuangan dunia menulis. Konon novel ini adalah novel kedua yang di tulis ketika SMA.
Luar biasa, sedangkan SMA saya sama sekali belum mengenal dunia literasi.

Konten novel bersetting Taipei.

Menceritakan tentang Xin Yie anak gadis keluarga Wang yang kaya raya meninggal saat kecelakaan kereta. Kecintaan keluarga Wang terhadap Xin Yie membuat mereka jika gadis itu masih hidup.

Hadirnya Li Qian yang memiliki wajah sangat mirip dengan Xin Yie menyebabkan banyak cerita bahkan pengharapan baru bagi keluarga Wang. Terlebih Li Qian memiliki cincin spesial milik Xin Yie.

Konflik bermunculan, semakin kental ketika hadirnya Xin Er yang juga memiliki cincin dan wajah sangat mirip dengan Xin Yie. Latarbelakang keluarga Wang yang kaya raya tentunya menjadi gula bagi semut-semut yang ingin menikmati kemewahan.

Kakek Wang, adalah kunci dari cerita cincin dan kematian Xin Yie. Sayangnya sang kakek mengalami kelumpuhan. Membaca bagian akhir novel True Sister mumbuat saya berdecak kagum.

Banyak kejutan-kejutan disetiap bab cerita. Banyak pertanyaan yang muncul setiap membaca pargrafnya membuat kita semakin tenggelam dalam isi cerita. Karya yang menarik untuk ukuran anak SMA.

Saya tidak pandai membuat resensi sebuah novel, saya hanya bercerita mengenai novel tersebut. Terlihat khas dari Aoirisuka dalam bercerita. Manis dan hangat. Tidak salah lagi memang ia memiliki jiwa novelis yang handal bercerita.

Setelah ini saya tidak sabar ingin membaca novelnya yang lain. Semoga sukses teman. Masih banyak mimpi kita yang belum terwujud. Mari berjuang bersama 🙂

Cerita Bukittinggi (part 2)

Penampakan jam gadang yang saya ambil senja hari beberapa menit setelah tiba di Bukittinggi. Hanya menggunakan kamera hp.

Melanjutkan kisah mengenai perjalanan ke Bukittinggi, masih dengen mendengar instruksi-instruksi yang Bey berikan untuk saya. Dimulai dengan posisi saya berdiri harus membelakangi hotel dan pandangan ke arah jalan utama. Secara detail Bey menyebutkan arah-arah jalan dengan clue yang jelas. Tanpa menggunakan video call. Jelas saja dari clue distro, percabangan jalan serta posisi ATM dia dapat menyebutkan dengan jelas.
Tanpa banyak berpikir saya memutuskan untuk mencari posisi jam gadang melalui arahan Bey. Salah satunya “jalan di trotoar samping kiri ujung nanti nyebrang ambil kanan, ada patung Bung Hatta. Jalan aja terus tapi jangan ke arah Novotel. Nanti keliatan udah jam gadangnya. Kalau udah bisa keliatan bilang ya, jalan deh”.

Benar, tak lama setelah itu saya bersorak karena bisa menemukan jam gadang. Tentu saja dengan ekspresi senang dan menceritakan gambaran lokasi saat itu.
Saya segera mengabadikan beberapa foto jam gadang dengan pencahayaan yang minim. Instruksi berikutnya Bey menjelaskan letak ATM detail dengan jumlah uang yang harus saya ambil “jangan bawa uang cash banyak-banyak” :).

Perut terasa lapar saya memilih menikmati kuliner sate padang yang terletak tidak jauh dari jam gadang.
Selama saya santap malam Bey mematikan percakapan kami untuk mandi. Setelahnya ia terkejut mendengar saya harus membayar 22k untuk sate yang harusnya hanya 7k. Lantas Bey mengatakan “lain kali kalo mau beli apa-apa tanya dulu harganya supaya ga ngerasa terlalu di up gitu. Kalo masih wajar ya beli aja”.

Setelah itu saya hanya memutuskan meninggalkan jam gadang dan memasuki beberapa distro untuk melihat koleksi mereka. Sembari googling paket tour saya menyampaikan kepada Bey supaya tidak tersesat mungkin saya lebih baik menggunakan ajsa tour travel 350k dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Beberapa lokasi tujuan saya infokan kepada Bey. Jawaban Bey “ga usah! Mahal itu, letaknya semua deket situ aja ko. Besok ku kasih tau jalan-jalannya”.

LOS LAMBUNG
Hari berikutnya masih dengan arahan Bey saya berhasil menemukan Los Lambung, kawasan kuliner yang menyediakan nasi kapau dan cindua langkok. Sempat beberapa kali tersesat karena untuk menuju Los Lambung harus melewati pasar. Tapi sebanding dengan kenikmatan nasi kapau panas yang disuguhkan bersama segelas air hangat. Terasa lebih nikmat disantap pada cuaca Bukittinggi yang dingin. Untuk cindua langkok, saya sangat menyukai.

KEBUN BINATANG
Clue yang diberikan Bey tidak lain adalah melewati pasar hingga habis, kemudian bertemu dengan mesjid di ujung pasar juga dengan
“Kalo udah ketemu banyak penjual kacang goreng pasti udah deket”
“Ko kacang goreng cluenya ya?”
“Itukan makanan monyet, udah gitu monyetnya pinter buka kulitnya.”
Untuk kalimat dia yang terakhir saya meragukannya. Tapi memang benar banyak berjajar penjual kacang goreng sebelum gerbang depan kebun binatang. Koleksi hewannya tidak begitu banyak tapi dengan kondisi lingkungan yang sejuk merupakan tempat yang nyaman untuk berwisata. Beberapa hewan sempat saya abadikan dalam kamera seperti tapir, rusa serta burung onta.

MUSEUM
Untuk bagian ini saya tidak banyak menjelajahi koleksinya karena memang luasannya kecil dan hanya seputaran berisi koleksi binatang yang diawetkan serta pelaminan minang. Museum ini terdapat di rumah adat baanjuang.
JEMBATAN LIMPAPEH

“Udah dimana?”
“Jembatan Limpapeh, aku mau ke benteng Bey”
“Ya udah hati-hati ya, aku tidur sebentar jangan lupa mampir di jenjang seribu deket sana.”
Jembatan Limpapeh bagaikan menghubungkan dua perbukitan yang di pisahkan oleh jalan umum. Pemandangan dari jembatan Limpapeh sungguh mengesankan. Nampak perbukitan dengan beberapa rumah gadang menjulang di dekat bukit.
BENTENG FORT DE KOCK
Kawasan benteng yang dikelilingi oleh pohon pinus. Kesegaran udaranya sangat menyejukan dengan ciutan burung terbang bebas. Benteng yang berukuran kecil dengan letaknya di ujung bukit. Saya tidak memasuki bagian dalam benteng dikarenekan kedatangan saya berbarengan dengan rombongan anak-anak TK lengkap dengan mahmud socialita Minang. Saya hanya mengambil beberapa foto pada bagian luar benteng saja.

JENJANG SERIBU

Keluar dari lingkungan kebun binatang tentu saja saya menyempatkan diri singgah ke janjang seribu. Memang terlihat curam dari bagian atas posisi saya berdiri. Mengingat kaki yang sudah lelah saya memutuskan tidak untuk menepaki satu semi satu jenjang seribu. Cukup terpuaskan dengan melihat dari atas lintasan jenjang serta pemukiman yang terletak di bawah jenjang. Tidak salah kota ini dinamakan Bukittinggi. Dikelilingi dengan banyak perbukitan.

LOBANG JEPANG DAN NGARAI SIANOK

Perjalanan saya lanjutkan dengan mengendarai bendi ke Ngarai Sianok. Hari sudah tak lagi terik, suasana semakin dingin. Justru membuat saya merawa kawatir karena terlalu sore menyambangi Ngarai Sianok. Alhasil saya tidak berhasil mencapai Lubang Jepang. Konon Lubang tersebut adalah penjara pada zaman penjajajan Jepang. Sedangkan Ngarai Sianok menyuguhkan pemandangan ngarai-ngarai yang terhampar luas. Tebing-tebing yang membentang terlihat jelas. Sungguh Bukittinggi memiliki keindahan alam yang indah, berada di pusat kota.
“Abis ini mau kemana lagi?”
“Makan Bey”
“Cari yang cepet aja makannya, jangan ngetem lama-lama di taman ya nanti ada pengamen kalo ga dikasih uang bisa ngamuk”
“Iya, aku bosan nasi padang ih”
Jelas saja karena sudah beberapa hari santapan utama saya seputaran nasi padang dengan mencoba berbagai macam lauknya.

Cerita saya part 2, lain kali akan saya sambung dengan bagian akhir perjalanan pulang dari Bukittinggi. Informasi mengenai carter mobil murah, travel malam yang aman serta sanjay yang tersedia.

Sedikit cerita di Bukittinggi (part 1)

Mengutip kata-kata Rangga di film AADC2 “Traveling is not about the destination, but it is about the journey”. Traveling kadang datangnya spontan tanpa perencanaan.
Bisa dibilang saya memang dari jauh hari ingin ke Bukittingi. Tapi kepergian saya di tanggal 4 Mei 2016 kemarin tanpa perencanaan sebelumnya. Beberapa hari sebelumnya saya memang sudah berada di Pekanbaru. Di pagi hari tanggal 4 Mei spontan saja saya terpikir ingin menjejakan kaki di bukit tinggi. Walaupun, sempat dicegah oleh–sebut saja–Bey. Alasan utamanya jelas karena ia begitu paham dengan kondisi Bukittinggi (sebagai orang asli Bukittinggi yang merantau ke Pekanbaru). Dan, saya tetap nekat nelpon travel untuk dijemput pagi itu. Bey, terkejut ketika saya mengabarkan sudah di travel.
Pemesanan hotelpun saya lakukan spontan di perjalanan melalui applikasi traveling. Sempat berdecak melihat harga kamar hotel dengan kualitas hotel yang diberikan. Saya memilih hotel yang berada di dalam kota. Itupun dengan arahan Bey untuk tidak memilih hotel yang konon katanya memiliki banyak aura mistik. 357k/malam, saya memilih hotel standar karena tujuan utama saya ke Bukittingi bukan untuk wisata hotel.

Sepanjang perjalanan dia selalu menelpon saya dan memberikan banyak petuah. Semacam anak playgroup yang akan berwisata saja. Banyak sekali pesan dari Bey untuk hal-hal yang tidak boleh saya lakukan selama di Bukittinggi.

Selama di perjalanan saya banyak disuguhkan pemandangan alam, perbukitan, danau serta barisan tebing yang dipenuhi pepohonan. Banyak kelokan dan jalanan yang curam. Sungguh saya tidak memejamkan mata untuk tidur barang sejenak. Asik menikmati suguhan alam. Sayangnya, saya berada dalam travel dan tidak bisa berhenti di titik-titik lokasi yang bagus.

Saya menceritakan kepada Bey mengenal seorang teman yang juga akan ke Bukittinggi seorang diri. Kontan saja Bey langsung memberi petuah untuk tidak mudah percaya kepada orang. Tentunya hal itu ia lakukan karena ia sangat paham mengenai saya yang selalu ceroboh meletakan henpon ataupun dompet di sembarang tempat hingga lupa.

Kelok 9, ya sayang hanya sebatas itu kemampuan saya mengambil foto. Keterbatasan ruang karena di dalam mobil travel. Saya hanya terkagum-kagum menikmati kelok 9.

Mengisi perut kosong di Kuraya resto. Sayangnya saya lupa menanyakan lokasi resto ini. Tentu saja menghidangkan sajian utama masakan khas Minang. 
Pemandangan di belakang resto nampak pegunungan. Resto yang disekelilingnya dipenuhi dengan persawahan. Nampak hijau dan menyejukan. Sisi bagian belakang resto juga terdapat kolam ikan serta pondokan-pondokan kecil dengan beberapa satwa yang semacam dikandang menjadi kebun binatang mini. Resto yang menarik untuk persinggahan terutama jika membawa serta anak-anak kecil.

Selama perjalanan sang driver yang saya tak sempat bertanya namanya membagi cerita untuk saya. Beliau berdarah Minang asli, namun beliau juga mengingatkan untuk hati-hati selama berada di Bukittinggi terutama untuk membeli sesuatu. Sebab jika penjual mengetahui saya pendatang maka mereka akan meninggikan harga jual berkali lipat. Dan berhati-hati memilih armada transport menuju objek wisata.

Perjalanan kembali di lanjutkan dan kembali pengemudi mobil travel memberhentikan kami di toko oleh-oleh. Tentu saja saya tidak membeli apapun sebab menurut Bey nanti pada saat kembali saya akan melewati toko oleh-oleh serupa.

Sampailah senja saya di hotel yang memang berada di pusat kota. Driver travel mengeluarkan karcis yang harus aaya bayar dengan 170k. Kontan saya protes sebab menurut info dr agen travel saya harus membayar 150k saja. Ternyata driver travel memang mempraktekan secara langsung apa yang sudah beliau infokan kepada saya mengenai menaikan harga :).

Belum lagi saat Bey telpon dan mengatakan harga sewajarnya hanya 120k saja dari Pekanbaru ke Bukittinggi. :)))

Berikut foto kamar hotel saya.


Sedikit mengeluh dengan budget serupa di kota lain bisa mendapat kualitas yang jauh lebih baik, banyak bersyukur karena sampai juga di Bukittinggi.
Sampai di sini dulu, nanti akan saya lanjutkan mengenai cara saya solo traveling selama di Bukittinggi. Ada banyak info yang akan saya share barangkali ada yang berminat untuk berkunjung ke Bukittinggi bisa dijadikan bahan acuan.

Setidaknya

Setidaknya ia tidak berdusta

Setidaknya ia tidak menjerat

Setidaknya ia tak bermaksud buruk

Setidaknya ia mengakui apa-apa yang tidak benar.
Barangkali ia tidak mempunyai pilihan lain selain harus membuatmu terluka, tapi setidaknya ia memiliki pilihan untuk melakukan itu dengan cara keras atau perlahan.
Ketika dua orang hanya memiliki kemampuan untuk saling cinta tapi tak untuk saling memiliki.
Tidak mudah.
Sama halnya ketika harus saling melepas bukan karena sudah tak cinta lagi. Barangkali itu semua yang menjadikan kita sebagai manusia. Memiliki segala keterbatasan.
Sebab sekedar cinta saja tidak cukup.
Jatuh cinta dan kemudian terluka, bukan hal yang langka. Setiap orang pernah mengalami bahkan lebih dari satu kali tapi tetap saja rasa sakitnya seolah belum pernah terkecap.
Tidak mudah, tapi harus.
Proses yang pelan tidak apa setidaknya tidak diam. Keterbiasaan yang terisi dengan rindu akan berubah menjadi membiasakan yang terisi dengan sepi.
Setidaknya masih ada dia di dunia ini

Setidaknya melihatnya bahagia

Setidaknya sudah memiliki kenangan manis.