Banyak keindahan Kalimantan yang memang belum terexplore (eh wait, liat deh picnya nampak ga sih pulau kecil bentuk love gitu?). Bukit batas kalau dari Banjarbaru hanya perlu di tempuh dengan jalan darat 1 jam kemudian nyebrang melintasi danau 1,5 jam.
Banjarbarunya sendiri kalau dari bandara cuman 30 menit doang.
Ini pertama kalinya saya menuju ke Bukit Batas hingga puncak. Sebelum-sebelumnya hanya sampai pesisir pulaunya di bawah saja.
Sayangnya, traveling kali ini ga banyak foto yang bisa saya share karena kudu jadi joki vroohh… 😁. Menuju Bukit Batas dengan ngajak seseorang, eeemm supaya lebih punya identitas kita sebut saja dia “eL” dan 2 orang temen lainnya.
Tanpa sadar baru ngeh kalau saya membawa anak-anak emol. Alhasil selama perjalanan darat menuju Bukit Batas kudu singgah ke toko untuk membeli sandal jepit -__-. Seriusan udah dikasih tau bakal naik-naik bukit malah teup make heels.
Sepanjang perjalanan melewati perkampungan dengan kondisi jalan aspal bagus. Hanya beberapa titik yang memang jalannya rusak. Gimana ga nyenengin kalo jalannya bareng si cakep eL 😁, ok baper.
Perjalanan dari Banjarbaru menuju pelabuhan Riam Kanan. Konon pelabuhan sekaligus bendungan itu adalah 3 desa besar yang sengaja ditenggelamkan untuk membuat PLTA menghidupi beberapa wilayah Kabupaten.
Saya ambil sisi kiri pelabuhan, nampak sepi. Sayangnya untuk sisi kanan tidak terfoto. Oiya di pelabuhan ini banyak warung-warung makan yang menyediakan makanan khas.
“Kamu mau ga cobain daging khas sini” tanya saya pada eL
“Apa an?”
“Nasi bungkus doang ko, tapi lauknya unik. Daging kijang hutan, mereka sebut puyau”
“What?? Kijang? No… No… Noo..”
“Ih jangan bayangin kijang-kijang unyu gitulah. Ini kijang hutan dan memang khasnya nasi puyau di sini doang”
“No! Pokoknya No!”
“Hahaha tau gitu disuruh makan aja tapi jangan kasih tau kalau itu daging kijang”
“Iya! Kalau gitu kan jadi ga akan nolak duluan”
“Lah?” :))))
Yup, begitulah eL 🙂 selalu ada kejutan di dirinya.
Karena udah lama ga berkutat sama pelabuhan Riam Kanan jadi kudu nanya-nanya sewa kapal untuk nyebrang. Dan dapat harga 200k. Kata mamangnya sih kapalnya lebih kecil, dan kalo yang besar 350k. Karena kami cuma beberapa orang jadi saya putuskan memilih kapal yang kecil.
Baru inget, bagian naik kapal kecil aga menakutkan karena ketika liat penampilan fisik kapal ga banget. Apa lagi saya ga bisa berenang dong :(. Mau nunjukin rasa takut tapi gengsi ah di depen eL.
“Berani ga naik klotok?” Tanya saya
“Eh beranilah…”
Padahal saya yang emang ga banget kalo naik klotok-klotok kecil. Biasanya selalu naik kapal yang rada besar jadi kerasa aman aja. Kapal keciill make mesin suara bising gitu deh namanya klotok.
Mungkin karena bunyinya otok otok otok lalu mereka menyebut Klotok. IMHO aja sih 😁
Ketika mamang klotok dateng doi bawa bungkusan kwaci. Saya tanya ke mamang untuk apa, dijawab beliau “untuk dimakan di jukung” takjub sih dapet fasilitas cemilan walaupun cuma kwaci.
Tiba-tiba eL langsung nyamber ngomong “Itu sengaja dikasih supaya kamu ga tegang selama di klotok”. Padahal udah berusaha nunjukin tampang ga tegang.
Lagi-lagi saya tidak ambil foto kapal kecil yang disebut klotok itu. Hanya terlihat bagian klotok ini saat selfie.
Bagian ini rada tegang-tegang gimana gitu karena klotoknya terombang ambing. Panas terik (kesiangan berangkat, dan kalau jukung emang tidak ada penutupnya).
Dan bagian ini juga rada-rada ngeselin karena eL minta DIFOTO POSISI BERDIRI DI KLOTOK. Seriusan ngeselin berasa pengen ceburin doi ke danau aja 😂, eh jangan deh haha…
“Kek scene Titanic kan seru di tengah danau gini” ucapnya.
“Ga! Seriusan ga. Nanti klotoknya terbalik gimana coba”
“Kan ada mamangnya” jawabnya.
“Teup ga!” Saya pasang wajah serius sedikit senyum. “Eh tau ga, katanya kalau minum air sungai Banjar orang itu bakal balik ke Banjar loh” sambung saya kepada salah satu teman bernama Pink (dia make baju pink sih). Yang kebetulan membawa pasangan LDRnya.
Momen konyol setelah itu, tiba-tiba tangan pink masuk ke air sungai dan langsung usapin ke bibir pasangannya. 😂😂😂
Klotoknya goyang-goyang ga jelas dan itu ga banget. Apa lagi kalau eL berdiri ga makin horor tuh!. Ntahlah rasanya saya tidak pernah berhenti tertawa dengan segala tingkah polah eL. Tidak, saya rasa ini bukan cinta. Saya hanya mengagumi dia saja. Jauh dari yang saya bayangkan sebelumnya. Ternyata seorang eL begitu ‘hangat’. Dia penuh hal-hal baru yang membuat saya ingin terus mengenalnya. Hidupnya penuh warna, penuh kejutan.
Dia terus ngerengek minta berdiri dan saya teup larang sambil makan kwaci. Yoi vroohh bener kwaci sebagai penenang 😂.
Sepanjang danau yang airnya kehijauan akan disuguhi pemandangan perbukitan hijau. Rumah-rumah penduduk lokal. Juga beberapa kapal yang lalulalang. Aroma sejuk air danau, pemandangan alam hijau. Benar-benar natural. Serta kwaci yang bikin bibir jontor 😁.
Teup saya biarin eL selfie-selfie ga jelas. Dan teup kalo urusan yang satu ini saya ga lupa buat foto.
Perjalanan kami menuju pelabuhan berikutnya, Pulau Pinus II.
Ya, memang ada Pulau Pinus I. Biasanya dijadikan tempat wisata alam atau kegiatan kemping untuk anak-anak sekolah.
Riam Kanan tidak pernah sepi, sebab jalur ini merupakan akses jalur bagi para pecinta alam untuk menaklukan pegunungan meratus. Pegunungan yang membentang panjang di Kalimantan.
eL adalah inginku menyuguhkan keindahan Bukit Batas, agar kau memiliki satu memori luar biasa bersama ku.