Tentang Sampul


Sebelumnya, saya tulis ini dengan kondisi sampul buku yang masih belum final.
Kenapa merah jambu?

Kenapa sakura?

Kenapa fontnya itu?

Kenapa putih?

Kenapa kenapa dan kenapa…
Jawaban paling singkat hanya karna saya ingin buku ini terbit dalam keadaan seperti itu.

Ya, seperti itu.
Bukan hanya judul, tapi untuk urusan sampul memang kali ini saya sangat idealis. Saya tidak menerima masukan untuk mengkritisi hal besar dari rancangan sampul. Sebab kali ini saya ingin sebagian dari hati saya yang berperan.
Saya tidak pernah melihat sakura secara langsung sekalipun. Namun, sepintas saya memang menyukai bunga sakura. Terlihat lembut dan menenangkan.
Kerap untuk mengisi biodata narasi di buku, saya akan menulis

Mencintai aksara seperti embun pagi yang mencintai kelopak sakura.

Sampai seseorang berkomentar Tidakkah kau tau jika sakura hanya mekar dalam dua pekan. Selebihnya harus menunggu tahun berikutnya. Sesingkat itukah cintamu terhadap aksara?

Dan saya tersenyum. Bukan perihal singkat atau tidak. Hanya saja ketulusan untuk sakura selalu hadir dan bermekaran. Sakura tidak meminta hanya bertahan dalam dua pekan. Sebab itu semua di luar batas kemampuannya.
Sedangkan embun, ia lah yang bersedia mengorbankan raganya hanya untuk melihat sakura agar nampak indah. Membasuh kelopaknya dengan bulir kesegaran embun pagi.
Buku inipun saya kemas dengan cara yang berbeda. Mewakili raga dari semua cerita, adalah kepantasan untuk menggambarkan merah jambu dengan cinta-cinta yang tertulis.
Jika suatu ketika Sayang sekali saya tidak menyukai warna merah jambu,

Maka; beruntung sekali untuk segala hal yang masih menghormati perbedaan.
Suka atau tidak suka adalah hak setiap orang,

Dan saya tidak memiliki kemampuan untuk memuaskan setiap keinginan orang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *