[45] Desember Stars


Judul: Domba Tersesat

Terbit: Desember 2016
Tema besar yang diusung adalah Desember. Tulisan yang saya kirim untuk mengikuti lomba Ellunar kali ini berjul Domba tersesat.


Saya memadukan antara Desember tentunya pada tanggal 1 Desember yang diperingati sebagai hari AIDS sedunia, dengan 25 Desember sebagai hari Natal.
Tidak ada twist yang unik sepeti yang lain. Hanya mengalir sebagai cerita pendek. Cerpen ini terpilih sebagai kontributor yang dibukukan dengan penulis-penulis lainnya. Masih di Ellunar Publisher.

[44] Renjana


Alhamdulillah, buku ke 44 yang merupakan buku kumcer solo ke 2. Buku yang dalam prosesnya memakan banyak energi karena saya selalu ingin memiliki buku yang tidak sekeder berisi roman, tidak sekedar sebuah cerita namun juga memiliki isi yang berbobot.


So far, seperti inilah buku ini hadir. Dengan menyuguhkan judul-judul yang unik, serta memberi info-info kecil mengenai peristiwa, tempat ataupun istilah-istilah yang tidak semua orang tau.

Buku ini pernah menjadi pemenang favorit lomba yang diadakan Ellunar Publisher kategori novel bertema bebas di November 2016. Di bulan yang sama juga saya menerbitkan buku ini dengan voucer penerbitan gratis.

Tentu saja saya merasa bangga karena untuk kelasan penerbit Indi saya bisa menerbitkan gratis dan mendapatkan beberapa keuntungan seperti kover, layouting dan editing.

Sebagai seorang penulis saya sangat mengetahui kekurangan buku ini. Sering kali berandai-andai bagaimana jadinya jika saya mendapatkan seorang editor pendamping yang sekaligus mengkoreksi logika penulisan. Sebab, sampai sejauh ini saya tidak pernah mendapatkan fasilitas itu, dan memang tidak ada fasilitas tersebut di penerbit indi ini.

Ada beberapa nama yang saya masukan karena saya mengenal dengan baik nama itu. Ada beberapa peristiwa yang saya tulis karena saya mendengar, saya menerima juga saya tuangkan dalam sepotong kecil cerpennya.

Saya menyuguhkan nuansa berbeda dari kumcer sebelumnya. Semoga buku ini bisa menyampaikan kesan baik kepada setiap pembacanya. Semoga dengan adanya buku ini bisa menjadi rindu untuk karya-karya selanjutnya.

Terimakasih sudah membeli bahkan membaca #Renjana . Terimakasih sudah membantu saya dalam menyelesaikan buku kumcer ini.

Singkat cerita #Renjana (1)

SERENDIPITY

Saya menulis cerita ini dengan latar sungai Seine Paris. Tentu saja banyak yang mengetahui mitos menggantungkan gembok di jembatan port de akan mengekalkan cinta mereka.

Namun, beberapa kisah lain jika membuang kunci di dasar sungai Seine adalah bentuk dari perlambang mengunci rapat rahasia hati.
Kisah yang saya tulis adalah pertemuan tak terduga yang melahirkan cinta di antara mereka. Cinta yang harus diuraikan dari perempuan yang rumit.
Menyambangi Paris entah untuk melanjutkan atau bahkan memutuskan cinta yang tumbuh benih-benih cemburu.
FICTOPHILIA

The fault in our stars karya Jhon Green, jika pernah membaca ataupun melihat filmnya tentu tidak asing dengan Augustus Waters (Gus), tokoh fiksi dalam novel tersebut.

Diceritakan jika Gus adalah pemuda yang romantis. Dia selalu mampu memberi support kepada setiap orang yang berada dalam kondisi kehilangan kepercayaan diri. Perlakuan Gus kepada Hazel kekasihnya membuat banyak perempuan terpana.

Tapi, bagaimana jika ada seorang gadis remaja yang mencintai Gus. Sebut saja gadis itu jatuh cinta pada Gus.

Bagaimana kekawatiran dari orang tuanya mendapati anak gadis mereka jatuh cinta pada tokoh fiksi?

Bagaimana cara mereka menarik keluar si gadis dari dunia khayalnya?

Saya menulis cerpen dengan nuansa kasih sayang seorang ibu kepada anak gadisnya yang mereka menduga sebagai fictophilia.

NAE SAIAN LUUME

Bukankah cinta itu hadir tanpa diminta, cinta juga bukan hal yang dipaksakan. Ia bisa saja diam-diam kemudian menguasai akal sehat atau juga karena cinta justru mampu menghancurkan akal sehat.

Murakami, Tolkien, cherry blossoms, elf, wine, ataupun hal-hal lain yang menjadi saksi atas nama cinta.

Mereka jatuh cinta, memperjuangkan, kalah, juga ada yang tetap bertahan untuk mengejar ketidakmungkinan.

Lanne, cintanya sekuat karang. Ia adalah pecinta dengan segala keinginan untuk tetap mempertahankan apa yang ia inginkan.

Mary, bukankah terkadang cinta harus kalah dengan keadaan? Sebab cinta yang sudah ia mulai bukan cerita yang wajar.

Darel, kepercayaan sepenuhnya adalah untuk orang yang ia cintai. Sebab dengan begitu membuatnya merasa memberi kebebasan yang bertanggungjawab.

Bagas, bagaimana jika ketulusan yang ia miliki adalah senjatanya untuk menaklukan hati kekasih. Apapun itu, yang jelas ia hanya ingin melindungi seseorang yang ia cintai.

Ada airmata, ada pengorbanan dan ada cerita yang tak terduga. It’s been too long hanya untuk menunggu “aku mencintaimu”.

BAJAPUIK

Sumbar memiliki 19 kota/kabupaten namun hanya satu yang menjalani adat Bajapuik.

Aku mencintai Benny pemuda yang berasal dari Pariaman. Mengiringi Benny hingga lulus kuliah.

Seketika hubungan kami menjadi berjarak, sebab aku harus kembali ke kota asal.

Tak pernah sedikitpun aku mencoba berpaling dari hubungan kami. Bahkan aku selalu memperbaiki diri agar nampak lebih cantik.

Agar menjadi seorang yang pantas mendampingi Benny menua bersama. Namun, bagaimana bisa aku terima jika Benny secara tiba-tiba mengucapkan “Ryan, aku sudah menjalani ritual adat Bajapuik dengan perempuan lain.”

Doa yang baik, penawar luka.

Bagaimana cara manusia melindungi hatinya ketika ia pernah hancur oleh kepercayaan yang disia-siakan?

Tidak lain lagi dengan cara membangun benteng yang cukup tinggi dan kokoh.

Seolah itulah cara teraman untuk menjaga hatinya agar tidak terluka kembali.

Menjauh sejauh-jauhnya dari hal sama yang bisa membuat kenangan tentang rasa perih dan pahit kembali lahir.

Begitulah dan wajar adanya.
Yang dia lakukan hanya menunggu, yang dia inginkan hanya mencari seseorang yang bisa membuat keyakinanya kembali hadir untuk bisa seperti sedia kala.
Walaupun ternyata, kejujuran dan kesetiaan itu mahal harganya.

Jika membuka sedikit celah untuk kepercayaan namun kembali terhempas oleh kepalsuan, kebohongan yang entah untuk apa sengaja diberikan.
Tidak harus menjerit, tidak harus merintih. Sebab kembali terdustai cukup membuatnya mengerti mana yang pantas dijaga dan mana yang kembali harus dibentangkan benteng yang kokoh juga tinggi.
Menyimpan rapat dan melangkah pergi.

Semoga kebahagian-kebahagiaan bisa abadi bersama kebohongan-kebohongan yang sudah diberikan. Sebab doa baik adalah penawar luka.

Aku dan penerbit indi

Karir menulis…

Emmm... saya akui saya belum bisa dikategorikan seorang penulis. Sebab saya memulai menulis baru di tahun 2013 dan benar-benar menulis fiksi dalam bentuk cerpen di tahun 2014.

Saya termasuk orang yang mudah bosan dan bisa dibilang tidak terlalu fokus dalam menulis. Itu sebabnya saya tidak pernah menulis novel.

Saya sempat sering mengikuti beberapa lomba menulis. Hal tersebut semata saya lakukan hanya karena ingin melihat kualitas karya yang saya bikin jika dibandingkan dengan tulisan lain.
Pengalaman saya masih terlalu sedikit dan saya hanya seperti newbie yang masih terlalu hijau dalam menguasai teknik menulis.
Saya juga sangat menyadari jika tulisan saya banyak sekali kekurangan. Namun, entah kenapa beberapa tulisan saya justru menjadi juara utama. Saya rasa juri memiliki penilaian sendiri. Dan lomba tersebut diselenggarakan secara nasional.

Baik #Kamandrah ataupun #Renjana memang diterbitkan dari penulis indi yang keduanya merupakan hadiah dari memenangkan lomba.
Iya, tidak semua mengenal penerbit indi tapi untuk para penulis yang mengawali karir malang melintang di dunia lomba nulis seperti saya pasti akan mengenal kedua penerbit tersebut.
Kalah lomba? Sering! Bahkan sering sekali.

Namun, hal tersebut membuat saya selalu ingin tau apa yang membuat tulisan saya tidak terpilih bahkan untuk menjadi kontributor sekalipun.
Lain lagi cerita saat #Renjana terpilih menjadi salah satu novel (saya masukan kategori novel walaupun sebenarnya kumcer) favorit. Sedangkan cerpennya menjadi juara 1 dari ratusan cerpen lain. Lagi-lagi saya merasa minder sekaligus bangga. Sebab saya tau banyak tulisan lain yang jauh lebih pantas untuk dimenangkan.

Yah.., kembali lagi pada juri yang memang mempunyai penilain lain. Yang jelas saya menciptakan #Renjana dengan cara yang berbeda. Agar nampak tak seperti kumcer biasa.
Saya selalu terbuka dengan banyak masukan, jika saya anggap itu sesuai ya akan saya terapkan namun jika tidak ya saya hanya akan mendengar. Barangkali nantinya memang bagus untuk saya gunakan.

Ketika banyak yang bertanya “Kenapa tidak ada di Gramedia?”

Sayapun tersenyum dan meminta doa agar nantinya ada karya saya yang bisa diterbitkan oleh Gramedia :). Amiiin…
Untuk saat ini saya sangat bersyukur karya saya bisa mendapatkan fasilitas penerbitan gratis. Sangat-sangat berterimakasih karena orang sehijau saya sudah bisa berada pada level ini.

Terimakasih banyak untuk doa, dukungan serta sudah membeli karya-karya saya.
Terimakasih banyak.
Aufa.