Kau anggap aku seperti mainan

Lagi,

Kamu kenalkan aku kepada teman-temanmu. Satu demi satu kau ceritakan betapa bangganya kamu memiliki aku.

Seolah aku masuk dalam lingkungan dan menyatu dalam bagian terkecil kehidupanmu.

Aku tak kenal mereka, aku tak tau cara berinteraksi dengan mereka selain hanya berada dalam dekapan dan senyum seadanya. Aku lebih banyak diam. Bukan! Aku bukan tak memiliki etika berkenalan, hanya saja aku bingung bagaimana cara mengeluarkan suara.

Sungguh, aku mencandu pada belaian lembut tanganmu. Usapan hangat dari jemarimu begitu membuatku nyaman. Segala tentangmu, ku suka.

Aku tak ingin kehilangan semua tentangmu. Mungkin ini yang mereka sebut dengan cinta.
Aku tak ingin sendiri tanpa ada kamu.

Namun, waktu ternyata mampu merubah semua. Tanpa hati kau begitu tega mempermainkanmu. Persis seperti mainan boneka. Kau mencampakkanku begitu saja, setelah kau mengenal dia bersuara lembut.

Tak pernah lagi kau mengajakku kemana-mana. Tak ada lagi kebanggaan yang pernah kau lontarkan di hadapan mereka. Sunggu sakit, nyeri betapa sangat menusuk.

Aku kehilangan segala, aku tak memiliki arah. Kau anggap aku hanya sebagai mainan, walaupun aku memang hanya boneka Stitch biru yang pernah kau dekap di Bandara.

Kau mencampakkanku begitu saja.

2 thoughts on “Kau anggap aku seperti mainan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *