
Seorang teman pernah bertanya, saya mendapatkan inspirasi menulis dari mana. Saya bingung menjawab pertanyaannya, sebab inspirasi itu terkadang datang begitu saja. Kerap untuk hal-hal tertentu yang saya temui ataupun saya lihat menumbuhkan banyak pertanyaan di kepala saya, itu membuat isi kepala saya terlalu riuh hingga memerlukan media untuk mengalihkannya. Saya menyukai mendengar cerita banyak orang. Dari belajar menulis juga saya selalu mencoba menempatkan diri saya di posisi orang yang sedang curhat. Sebab seorang penulis tidak boleh memiliki keangkuhan untuk menuangkan suatu kisah. Ia harus mampu merasakan menjadi tokoh-tokoh lain, selain tokoh utama yang ia bangun.
PEMBERI
Kemarin, saya mendengar kisah dari seorang teman jika ia sudah tidak lagi bersama kekasihnya. Singkatnya ia merasa begitu terpukul dengan kekasihnya yang pergi bersama lelaki lain. Kehidupan teman saya (kita sebut saja Tawon) diberi banyak keisitimewaan perihal rezeki yang melimpah, hingga ia selalu menghadiahkan barang apapun yang kekasihnya inginkan. Bahkan, sebelum kekasihnya meminta, Tawon sudah membelikan barang-barang mewah tersebut. Tidak ada yang salah dengan alibi Tawon yang mengatakan jika ia melakukan itu karena ia menyayangi kekasihnya. Tawon ingin membahagiakan kekasihnya, salah satunya dengan cara mencukupi kebutuhan dari kekasihnya yang seorang pekerja medis di rumah sakit swasta.
Setiap manusia memiliki keunikan, antara satu dan yang lainnya bisa menilai hal yang sama dengan berbeda persepsi. Cara manusia mencintai juga terluka pastinya memiliki kadar rasa berbeda. Beginilah cara Tawon untuk merebut hati kekasih yang sangat ia cintai. Tawon terluka, dan ia masih tidak bisa menerima kenyataan jika kekasihnya memilih lelaki lain yang bahkan tak akan pernah bisa memberi barang-barang yang bisa Tawon berikan kepada kekasihnya.
Saya tidak pernah menanyakan apakah dia ikhlas atau tidak, sebab sebaik apapun ketulusan yang pernah kita berikan jika hati mengalami luka pastilah secara tidak sengaja (mungkin untuk beberapa orang) akan menceritakan kepada orang lain. Tentu saja bukan dengan maksud mengungkit kembali pemberian, pasti hanya sekedar ingin bercerita sampai sejauh itu ia membuktikan pengorbanan cinta.
Satu hal yang masih saya ingat ketika Tawon berkata “Aku bahkan ga punya satupun benda yang dikasih dia, saat ini aku bingung mau mengingat dia dari apa. Banyak pasangan yang ingat mantan karena diberi tas atau sebagainya, aku ga punya itu. Selain itu juga aku menjadi cepet move on karena selama ini aku terus yang selalu kasih-kasih, dianya ga pernah.”
Sampai sebatas itu saja saya menceritakan Tawon dan luka hatinya. Lalu isi kepala saya menjadi riuh dan ingin bertanya kepada Tawon apakah selama ini ia mendekati seluruh perempuan dengan memberikan harta? Bagaimana jika ternnyata kekasihnya hanya mencintai hartanya saja. Pertanyaan yang tak pernah saya utarakan kepada Tawon.
PENERIMA
Kisah lain yang tiba-tiba saya pernah ingat adalah cerita tentang (sebut saja Kenanga). Kenanga memiliki banyak potensi untuk mampu menaklukan hati lelaki. Selain wajahnya yang cantik, ia juga memiliki sifat lembut serta selalu menjadi kekasih yang baik, hingga ia juga menyandang gelar seorang istri di usianya yang baru memasuki kepala dua, awal. Cerita tentang Kenanga lebih dahulu ada sebelum cerita Tawon. Antara Kenanga dan Tawon tidak ada hubungan apapun. Saya hanya mencoba menuangkan benang merahnya saja pada tulisan ini.
Kenanga selama menjadi seorang istri ia tidak bekerja karena tidak sampai menamatkan kuliahnya. Kenanga menjadi istri yang selalu berusaha memenuhi apa-apa saja kebutuhan suami. Kenanga merasa tercukupi hidupnya sebab suaminya selalu memberikan apapun yang ia kehendaki. Perhiasan, baju-baju mahal juga tentengan elektronik berharga mahal. Kenanga bangga bisa memiliki itu semua. Tak peduli beberapa orang sering mengejeknya jika ia tak pantas memiliki suami yang tidak tampan. Urusan fisik bagi beberapa orang sangat penting memang, begitu juga dengan urusan materi.
Kenanga tidak pernah merasa risih dnegan suaminya yang bak langit dan bumi ketika bersanding dengan dirinya. Kenanga merasa nyaman tas kemanjaan harta yang kemudian justru merasa terperalat oleh harta. Kenanga menjadi sangat tergantung akan kucuran materi untuk hidupnya juga sebagian kecil yang kerap ia kirimkan kepada orang tuanya.
Dibalik kebanggaan akan kekayaannya, Kenanga justru merasa tidak bahagia. Kebahagiaan yang ia duga mampu ia dapatkan dengan harta yang berlimpah. Kenanga ternyata kerap mendapati suaminya bersama perempuan lain dan tetap menerima atas perlakuan-perlakuan kasar suaminya. Kenanga ingin pergi meninggalkan pernikahan mereka. Namun, lagi-lagi ia terpaksa bertahan mengingaat selama ini yang mencukupi kebutuhan Kenanga dan orangtuanya adalah suaminya.
Atas Kenanga, banyak pertanyaan berawalan ‘kenapa’ ingin saya utarakan. Salah satunya adalah kenapa ia memilih menikah dengan suaminya dari semula, apakah semata karena harta atau benar-benar cinta. Serta kenapa-kenapa yang lain dan tak juga saya utarakan.
PENGAMAT
Bagian ini sempet saya tuliskan di what app stories pembicaraan yang terjadi dengan salah satu perempuan yang bisa kita sebut dengan Lalat. Pembicaraan yang bahkan sudah terjadi berbulan-bulan lamanya. Saya tidak ingat jelas atas apa yang pernah menjadi bahasan kami sebelumnya. Saya hanya mengingat bagian Lalat berkata “Kaa.. banyak orang selalu lihat dari apa yang kita terima tanpa peduli bagaimana caranya sesuatu itu bisa sampai ke kita.
“Misalnya ya ka, ada yang kasih berlian karena ia anak seorang pengusaha. Itu biasa saja ko, mudah aja dia dapetin tinggal minta ortunya, atau Cuma bagian kecil banget dari salarynya. Tapi beda sama orang yang kasih barang murah ratusan ribu aja tapi untuk dapetin itu dia kudu nabung. Dia kudu nahan-nahan bahkan untuk keperluan dia sendiri. Perjuangan untuk bisa kasih itu ga mudah loh”.
Ini adalah salah satu cara saya mendapatkan ide tulisan yang kadang saya gabungkan dari tiga unsur. Cara saya untuk memperkaya warna cerpen-cerpen saya. Jika dari contoh tersebut maka tema besar yang akan saya ambil adalah mengenai “hadiah untuk seorang kekasih”.
Beberapa kalimat yang muncul dari isi kepala biasanya saya tulis di twitter hingga untuk proses penulisan cerpen, saya akan membuka kembali twit tersebut. Begitulah salah satu cara saya menemukan ide tulisan. Banyaknya cerpen yang saya tulis, sebisa mungkin tidak mengulang cerita yang pernah saya tulis sebelumnya.
Ribet? Bisa jadi sebab saya sangat mengutamakan kualitas dari observasi.