Memilih diam


Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk menyikapi luka.

Kadang aku juga tidak mengerti bagaimana imun pada hatiku bisa bekerja.

Yang jelas, terkadang aku bisa merasakan sembuh dari luka tidak terpengaruh oleh waktu. Ya, walaupun kata mereka time heals all wound.
Aku juga sempat berfikir terbentuk dari apa diriku, ketika aku memiliki sifat mudah memaafkan.

Memang seharusnya begitu, tapi sikap pemaaf itu membuatku berkali-kali jatuh ke lubang yang sama.

Aku kerap lupa atas perlakuan buruk yang pernah orang lain lakukan kepadaku.

Orang yang berbeda, kejadian yang sama. Kerap menyapaku bak deja vu.

Patah hati?

Banyak membuatku diam dan menangis, itu saja.

Tidak menebar kata-kata buruk atau mencaci dia yang melukai dengan perkataan buruk.
Sedangkan untuk dia yang merebut kekasihku?

Ah, sudahlah. Sebab aku tak pernah membencinya. Hanya kesal, sedikit.

Karena bagiku perselingkuhan sekecil apapun takkan terjadi jika kekasihku memang bersetia tak hanya di mulut saja.

Akan ada banyak godaan di luar sana, terlebih 24 jam kita bukan semua tentangnya.

Sebab itu, semua kepercayaan, semua rasa sudah ku berikan kepadanya untuk dijaga.
Alhasil, memang menjaga diri sendiri jauh lebih sulit tinimbang menjaga orang lain. Dan terbukti mana yang mampu atau tidak mampu.

Jatuh cinta adalah cara terindah untuk melukai diri.

Cepat atau lambat, luka akan hadir.

Bahkan perjuangan untuk menaklukan hati ada batasnya.


Siapa yang tau batasan itu? Tentu saja diri kita.

Membatasi dengan mengontrol atau membatasi dengan menyudahi.

Caraku membatasi dengan mengontrol.

Sebab aku akan memilih diam jika sudah tak digubris.

Sebab aku akan memilih tenang jika sudah tak dianggap.

Sebab aku akan menjadikannya biasa ketika hadir orang lain di sisinya, walaupun ia tak pernah sekedar biasa di hatiku.

Sebab aku akan membiarkan cintaku pudar dan terkikis habis bahkan tanpa perlawanan.

Tiada nyali untuk kembali mengetuk pintu yang sudah tertutup rapat.

Tiada daya untuk bertahan dalam kepingan rasa yang semakin meresah.
Hanya diam, menulis barangkali menyembuhkan.

Ku tuliskan semua dalam bentuk surat, ku patrikan melalui pos cinta. Agar aku bisa membacanya selalu.
Masa recovery adalah kisah dimana ada tangis dan juga perjuangan untuk tetap berlari.

4 thoughts on “Memilih diam

  1. Tulisan yang indah untuk diri sendiri, tapi ini tidak termasuk dalam kategori surat, masuknya dalam kategori curhat.
    Ditunggu surat yang lain ya cantiikkk 😘

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *