— tulisan yang saya rangkai sembari mendengarkan lagu Ed Sheeran, DIVE —
Banyak yang bilang ketika hati patah harusnya bersyukur, karna dengan begitu ada banyak pelajaran baru yang bisa didapat.
Banyak yang bilang seorang perempuan akan menemukan tambatan hatinya yang terakhir setelah ia benar-benar merasakan luka dalam.
Banyak yang bilang berkali-kali jatuh dan terluka justru akan menguatkan hati itu sendiri.
Ya, banyak yang bilang.
Perkara jatuh hati ataupun jatuh terluka setiap orang memiliki pandangan berbeda. Terkadang apa yang disebut dalam motivasi-motivasi hanya berupa saran basi belaka.
Yang jelas beberapa orang hanya mendapatkan hasil (setelah terluka dan mampu bangkit lagi) jika sudah cukup malas untuk memulai cinta baru yang penuh kerumitan. Malas memulai hubungan dengan pengharapan yang tak pasti. Juga malas jika diiringi dengan drama-drama tidak jelas.
Salah satu teman baik saya pernah berujar (sebut saja dia LC, seorang penulis): gw sudah cukup tua Fa, gw gak mau memulai cinta dengan menghabiskan banyak energi tanpa kepastian. Tapi sekali gw memiliki dia maka gw akan benar-benar pegang komitmen untuk membahagiakannya dan menjaga hatinya baik-baik.
Menjaga hati, tidak akan menjadi sebuah usaha yang berat jika ia adalah orang yang kau cintai. Sedangkan menjaga hati sendiri jauh lebih penting, juga tidak akan menjadi urusan sulit jika benar hatimu sudah kau serahkan pada orang yang kau cintai.
Tidak ada yang salah dengan berjuang untuk meluluhkan hati seseorang, akan menjadi salah jika kau tidak tau batasan. Hingga dirimu sendiri yang hancur hanya karena hal yang sudah tidak mungkin dimiliki.
Kadang kita lupa perihal mengejar orang yang bisa menjadikan kita lebih baik lagi atau hanya sebatas obsesi sampai pada akhirnya menjadi tak peduli atas kebahagiaan sendiri. Seolah memiliki ia sudah cukup, hal-hal menyakitkan lainnya bisa tersapu.
Adalah salah jika mendekap hati seseorang hanya untuk mempertahankan ego atas keinginan memilikinya.
Memiliki, berjuang ataupun terpuruk semua ada batasannya.
Pernah juga (seorang bankir) ada yang memilih melepaskan cinta yang sudah lama ia miliki dan memilih menata kembali kehidupan dengan yang lain, ia berucap: aku tau sampai kapanpun aku gak akan pernah bisa bersatu di dunia ini. Dia yang sangat ku cintai namun semesta berkata lain. Aku memilih menghabiskan sisa usiaku bersama orang lain yang lebih bisa menjagaku.
Ketika saya bertanya bagaimana dengan cinta, apakah ia sanggup melepas orang yang sangat ia cintai dan memulai dengan orang baru yang tidak begitu besar ia cintai, ia menjawab: cinta itu bisa ditumbuhkan perlahan, tapi memaksakan diri untuk mengejar orang yang tak bisa dimiliki jauh lebih tidak mungkin. Apa salahnya menjalani dengan orang yang sebegitu inginnya membahagiakanku dan aku tau ia mampu menjadikanku lebih baik lagi.
Tidak LC ataupun bankir itu, sayapun akan memilih untuk menjalani cinta yang bisa memberikan kenyamanan. Ya, saya sudah cukup lelah menepaki jalan-jalan yang tak memberikan kepastian.
Bukankah menyenangkan jika hubungan penuh tawa, hangat dan tak perlu menanam curiga atau menyimpan amarah.
Pada batas saya berdiri dengan segala upaya, adalah logika yang menggiring untuk meminta kepastian atas pengakuan sebuah hubungan.
Sebelum terlanjur dalam, sebelum terlanjur hancur.
Suatu saat akan ada jemari-jemari tangan yang menyisip di sekat-sekat jemari saya. Ada debar cinta di sana, ada rasa untuk saling memiliki dan membahagiakan tanpa ada keinginan untuk saling melukai. Dengan nyaman, dengan tenang dan dengan sebenar-benarnya hubungan.