Wait and see

Ini cerita mengenai suka duka menjadi marketing. Banyak pelajaran yang saya dapat di dalamnya sebagai marketing baru. Saya hanya ingin menuliskan agar ketika saya membacanya, maka saya akan tersenyum.

Pengalaman-pengalaman yang saya dapat sebagai seorang newbie di dunia marketing sebuah manufacture.

Beberapa minggu terakhir saya menawarkan kerjasama di salah satu perusahaan besar. Kerjasama yang bersifat mutualisme karna sama-sama menguntungkan.

Biasanya untuk memudahkan dalam pemasaran saya akan support total kebutuhan klien kami. Salah satunya perusahan YYY ini yang sudah saya keluarkan trik dari A sampai X.

Biasanya untuk perusahaan lain saya hanya berhenti di G dan mereka sudah mampu running sendiri. Ya memang tidak sebesar perusahaan YYY.

Hingga sampai trik ke W perusahaan YYY tak kunjung merespon dan mulai menjalankan step-step yang saya berikan. Semacam mereka tidak ada pergerakan. Kasus (saya sebut ini kasus) seperti ini saya coba sampaikan ke atasan saya selaku direktur marketing. Berikut obrolan kami:

Saya sudah sampai W pak tapi ya begitu masih slow respon

Ya sudah, jika begitu hentikan.

Maaf maksud bapak?

Iya, hentikan semua. Menjalin kerjasama bisnis buat saya bukan sekedar omset gede tapi juga kenyamanan kerjasama. Relasi kita itu sama dengan kekasih kita. Jika kita sudah berjuang habis-habisan ya sudah tinggal jalan di X wait and see, Y keputusan akhir dari reaksi mereka setelah kita diamkan dan Z eksekusi yang berarti kita jalan atau mundur.

Mundur? Nyerah dong pak?

Bukan nyerah karna gak mampu tapi nyerah karna ya memang sudah ga ada yang bisa kita lakukan lagi selain menunggu hasil.

Bapak gak takut ngelepas omset besar gitu aja?

Saya lebih takut jika team saya kehilangan semangat untuk mengejar omset lain. Percuma besar jika mereka tak juga sejalan dengan kita, lebih baik yang kecil tapi nyaman. Kita sudah semaksimal mungkin memberikan support.

Jika itu kekasih bapak apa bapak juga akan melepas semudah itu?

Why not? Kita sudah pada titik terendah dan habis upaya. Apa lagi yang mau diciptakan, apa lagi yang mau ditunjukkan. Kembalikan semua kepada dia, dan cukup diam untuk mengatur napas. Untuk apa berjuang jika hanya sendirian. Baik cinta ataupun bisnis jangan lupa sama batasan diri sendiri.

Ya, atas obrolan singkat itu banyak hal yang saya dapat. Termasuk memilih jalan wait and see terhadap perusahaan YYY.

2 thoughts on “Wait and see

  1. “Untuk apa berjuang jika hanya sendirian. Baik cinta ataupun bisnis jangan lupa sama batasan diri sendiri.”

    Kalimat sederhana, namun dpt memotivasi 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *