“ Ko, ga mau lihat ke arah aku sih “
sore itu, suara Andi memecah kesunyian dalam ketegangan ketika aku baru saja menapakkan kaki ku di Adi Sucipto, sejak tiga tahun lalu kepindahan keluarga ku menuju kota tambang, baru kali ini aku kembali ke Jogja. Lelah setelah dari subuh aku mengejar penerbangan dan menyelesaikan beberapa urusan kantor dan berakhir di sini, satu mobil bersama Andi, teman semasa kecil yang kini menjadi kekasih ku, perjumpaan kami tengah tahun lalu melalui jejaring Facebook menjadi awal dari cerita.
Andi, tampil dengan kesederhanaannya yang selalu tak pernah lepas dari pandanganku senyumnya yang manis dan selalu terkesan wangi khas parfum yang selalu dia pakai, itu membuatku merasa tenang dengan kharismanya untuk berada di dekatnya dalam waktu yang cukup lama seperti saat ini.
Aku tidak begitu yakin dengan cinta, karna beberapa kali menjatuhkan hati dan berakhir dengan situasi yang tidak menyenangkan bagi ku tidak memiliki kesan yang mendalam, biasa saja seperti film romance india setelah menangis dan kembali tersenyum tanpa harus ku ceritakan kebanggaan ku memiliki cinta tersebut. Namun pengalaman kegagalan tersebut yang menjadikan aku memilih untuk menjalin hubungan dengan Andi . ini kali pertama perjumpaan ku dengan Andi setelah beberapa bulan kami menjalin hubungan Long Distance Relatioship dan mengandalkan social media. Namun selama itu pula Andi dan aku selalu menjaga komunikasi bahkan melebihi dosis karena asupan rindu berhalang jarak menjadikan Andi terasa begitu dekat.
Kembali ke jogja dengan berbagai pertanyaan tentang hati, untuk Andi untuk hatiku sendiri apa benar ada cinta atau hanya sekedar persinggahan saja. Pastilah Andi tidak menyadari jika saat itu bakat karbitan ku sebagai intel tiba-tiba muncul hanya untuk mencuri pandang kepada Andi di balik kemudi mobil. Apa ini cinta ? akupun tak begitu yakin, yang aku tau jika aku menyayangi Andi yang selalu bisa membuatku tertawa dengan segala hal yang dia ceritakan atau candanya ketika aku berada pada posisi titik terendah.
“ Kita makan dulu ya, sebelum ku anter ke hotel “ senyum Andi melempar pertanyaan ke arah ku
“ eeemm… boleh, sekalian keliling bentar ke kota ya, kangen sama Jogja “ aku menjawab dan melihat matanya. DEGG… mata Andi begitu teduh….
“ Mau makan apa ? di hutan jarang makan enak kan ya haha… biasanya kan kamu makan batu bara “ tawa Andi
“ Iya jarang makan enak kecuali kondangan.. “ menimpal tawa Andi, begitulah kami yang selalu tak pernah kehabisan ide untuk saling membikin guyon ringan. Aku suka melihat Andi mengiringi lagu boyzone yang terputar di DVD player, namun masih saja belum ada hal yang membuatku yakin jika benar aku mencintai Andi.
Menyusuri Malioboro, masih terlihat sebagai kota romantic dengan lampu kota yang temaram dan jalanannya yang padat oleh pasangan muda mudi. Andi menceritakan banyak hal mengenai pekerjaannya yang memang cukup padat bahkan mulai mengatur jadwal untuk mengajak ku keliling ke beberapa tempat wisata esok hari. Mulai terasa hangat pembicaraan dengan Andi, mulai terasa seperti Andi yang aku kenal semasa kecil ku, Andi yang melempar mangga di pagi hari ketika aku bermain di jalanan komplek, dan mulai menarik perhatian ku hingga menjadi teman sebelum kepindahan ku ke Borneo.
Kadang cinta justru hadir pada saat yang tidak kita sadari, namun untuk meyakini itu cinta tidak semudah membaikkan telapak tangan. Yang aku tau cinta ketulusan, cinta bukan obsesi dengan egoisme keinginan memilikinya saja. Perempatan malioboro, portal lintasan jalur kereta api tertutup, Andi memberhentikan laju mobilnya, antusias ku melihat kerlip merah trafic lamp, gerimis membasahi temaram lampu dengan beberapa pengamen jalanan yang tampak asik melantunkan lagu, dan sejenak itu mulai terdengar deru kereta api melintas. Pandangan ku nanar ke depan teriring Love Me For The Reason nya boyzone. Sedetik kemudian terasa hangat pada pipi kanan ku, terasa wangi parfum Dolce and Gabbana semakin kuat membuyarkan lamunan ku, tak lama setelah itu aku rasakan getaran sayap kupu – kupu pada rongga dada, aku rasakan kedamaian seperti gerimis yang memberi kesejukan pada rel cadas kereta api, aku rasakan ruakan bunga pada kebun hati dan tentu saja aku sangat merasakan kecupan dari Andi. Ku sentuh pipi kanan ku setelah Andi melepas kecupannya, dengan berjuta detak jantung mengisi gendang telinga, ku palingkan pandangan ke arah Andi, ku lihat dia tersenyum dan mengalihkan pandangan pada kemudinya seiring merah menjadi hijau di sudut kanan portal. Aku tetap tertegun memandangnya….
Untuk mu Andi, kecupan itu adalah jawaban, kecupan yang menyadarkan hati yang tertidur sekian lama, dan seperti inikah cinta. Aku belajar dari setiap tawa kita, aku belajar dari kehangatan dan aku menemukan keyakinan untuk sebuah cinta di sini, ketika kecupan mu adalah hal sederhana mengisi relung hati, menjadikan abu-abu terkalahkan oleh merah jambu.
Terimakasih Andi, kau mengenalkan ku dengan hal luar biasa yang mampu merubah keegoisan ku luluh lantah dan menerima proses indahnya cinta, karna cinta adalah tentang cara melihat mu bahagia seperti senyum mu malam itu, cinta terkuat ku…. Adalah kau Andi, terimakasih sudah menjadi alasan utamaku untuk datang ke kota Jogja Istimewa.
Alhamdulillah klo adekku dah menemukan yg dicari hehehe…….