kereta cinta (part 2)

“ Dia bukan Andi mu lagi lo….”

Pesan singkat terakhir yang ku terima dari sahabat ketika ku pandangi LCD Blackberry, terkagetkan dengan kata-kata yang selama beberapa hari tidak pernah aku bayangkan, tapi yaahh…. itulah pukulan pelan untuk meloncat dari zona nyaman. Hati yang terkoyak sangat tidak aku harapkan, tapi ini adalah kenyataan pahit yang harus mau aku telan hingga dasar. Mulai membiasakan diri tanpa sapaannya di pagi hari adalah semangat yang terkubur dan seolah enggan berlomba dengan matahari, aaaahh aku mulai membenci pagi. Pagi yang tak lagi ada semangat ketika menghidupkan Blackberry hanya untuk menunggu sapaan mu, atau pagi dengan suara mu dari seberang sana yang hanya untuk ciuman manis penyambut kumpulan nyawa ku.

Pagi yang sangat berbeda dengan kesamaan menepakkan kaki menuju sudut 6 x 7 meter dan menyandarkan tubuh ku pada dinding dengan melipat kedua kaki dan melingkarkan tangan ku pada lutut, sementara jamari ku masih menggenggam Blackberry tanpa pesan singkatnya lagi. Tiada yang salah dengan hati, karna hatipun tidak memilih untuk jatuh pada siapa, dan tiada yang patut dipertanyakan dengan kesedihan karna keikhlasan justru diajarkan pada kesabaran. Selalu saja ingat pada perjuangan terakhir untuk menggapai hati, aneh saja jika terjatuh cukup keras dengan sisa nafas jiwa yang masih tersisa apakah untuk bangkit berlari atau justru bangkit untuk terus mencoba.

Benar adanya bahwa suatu hubungan tidaklah ada yang mengetahui seberapa kuat dan rapuh hati pasangan mu selain dirimu sendiri. Ada banyak hal tentang dia yang hanya akan aku simpan sendiri, tentunya dialah pelangi mata yang akan selalu meluap ketika aku menceritakannya, menceritakan tentang keindahannya tentu saja. Karna Kristal air mata seharusnya sudah habis tadi malam menempel pada piyama biru bergaris kuning motif bunga yang aku suka serta pada bantal yang masih lembab pagi ini.

Aku yang pernah membakar hati dengan bara asmara yang ku sampaikan signalnya melalui comment pertama dan aku pula yang menenggelamkan hati dengan air mata seperti genggaman tangan melepas untuk menuju kebahagiaan, sejujurnya aku benci mendengar itu, bagi ku tetap sama jika seseorang mencintaimu maka dia akan berusaha mempertahankan mu, sesimple itu memang tapi pada kenyataannya sekedar cinta saja tidak cukup namun banyak hal lain yang menjadi unsur penting dan cinta memang pondasinya.

Tiada keindahan syukur selain ketika aku pernah memilikinya, merindukan gelak tawa, manjanya bahkan semua tentang dia yang entah selama apa aku mampu untuk tidak mencari taunya lagi. Mengalihkan pandanganku pada LCD Blacberry dan membuka social media hanya untuk mencari account sekedar memastikan jika jika baik-baik saja (sebenarnya lebih kepada kerinduan ku padanya) melalui lapak yang sudah lama tidak ku isi dengan “kicauan” lagi, seketika mengerutkan dahi hingga menyatukan kedua ujung alis mata, terperangah untuk kode failure account nya deactive, satu hembusan nafas panjang hingga terasa hangat pada lengan tangan ku. Meminta kepada semesta untuk menahan ku pun sudah aku lakukan namun ternyata horizon pada galaksi bima sakti tak kunjung menampakkan pada langit malam ku sebagai pertanda jika masih ada keindahan pada kelamnya.

Aku hanya ingin menulis, kemarin masih ku ingat tawanya ketika melihat kekonyolanku bermain dengan burung biru, eeemm… bukan karena karya ku abis hanya saja seluruh euphoria teralihkan pada dunianya yang menjadikan keindahan lebih dari sekedar karya ku. Hanya ingin bercerita tentang hati dan aku enggan mengakhiri tulisan ku saat ini, karna tentang kitapun seperti itu adanya, walaupun hanya sekedar pinta, biarkan tetap ku tebarkan pada langit hingga hembusan angin membawanya pada mu Andi.

Menegarkan hati untuk Andi bahkan pada detik terakhir ketika aku harus melepasnya pergi malam itu, malam dimana aku hanya menghabiskan seluruh cinta terbesarku. Parkiran Amplaz Jogjakarta menjadi saksi ketika harus memilih mengucapkan kata yang sangat tidak ingin aku keluarkan dari mulut ku. Lidah ku kelu, kata-kata ku terbata tanpa memandang mata andi yang berada di kemudi mobil, aku hanya mengarahkan pandanganku ke samping kiri tatapan kosong merasakan sesak di dada, seperti puluhan ton besi menimpa dada ku, aku tak mendengarkan keramaian di luar sana, hanya detak jantung tak sekuat ketika meraih cinta mu, yang aku tau saat itu hanya bulir lembut air mata membasahi pipi dan akupun merasakan hangat genggaman tangan Andi pada jemari tangan ku mencairkan geiser tapi justru membekukan seluruh perjuangan ku. Andaikan hati ku mampu berteriak mungkin tidak ada kata lain yang bisa aku rangkai memecahkan kesunyian selain kata cinta yang selalu ku tahan beberapa hari ini. Andaikan semesta tak memaksa untuk mendengar kata lain selain kerinduan ku pada mu Andi. Aku mengingat jelas kecupan terakhir mu di pipi ku. Aku pun masih mengingat jelas senyum terakhirmu untuk ku. Kisah kita mungkin berakhir sampai di sini, namun aku adalah seseorang yang tak akan pernah menyesali pernah mengenalmu, pernah dimiliki dan merasakan cinta dari mu, takdir sudah berbaik hati untuk mempertemukan kita dan takdir juga yang memberikan jarak jika cinta hanya akan lebih dalam menyakiti kita. Melepasmu untuk melihatmu bahagia adalah kekuatan ikhlas terbesarku. Waktu akan segera merubah semuanya, tapi satu yang aku tau jika ada hal yang tidak dapat berubah, perasaan ku terhadap mu barangkali.

Kamu dengan segala hal tentang mu adalah lotus merah di atas danau menjadikannya indah. Kau yang selalu ada di setiap tawa dan tangis ku, kau yang menjadikan malam dingin penuh kehangatan terhias gugusan bintang busur panah aprodithe pembunuh sepi. Menyayangi mu dari jauh, mencintai mu dalam diam tanpa kau ketahui, mencintaimu dalam kepingan hati yang telah hancur.

Benar adanya, rasa sayang ku bukan dengan cara bagaimana aku bisa memiliki mu lagi tapi bagaimana caranya agar mampu melihatmu bahagia. Bukan dengan cara bagaimana aku bisa selalu ada di sisi mu tapi lebih ke cara bagaimana aku bisa membuat mu nyaman terhadap ku. Serta bukan dengan cara bagaiman bisa menaklukan hati mu tapi lebih ke cara bagaimana menentramkan hati dan pikiran mu. Dan cara itu adalah dengan melepasmu pergi selamanya…..

Andi… tidak mudah melewati hari-hari tanpa hadir mu, kekosongan demi kekosongan aku belajar mengisinya dengan kenangan kita saja. Semuanya hilang seperti semangatku yang hanya berubah seperti pagi ini memandangi ponsel tanpa sapaan mu lagi, aku tau ini saatnya aku terbangun dari mimpi indah ku. Apapun itu ndi, aku lebih senang melihatmu tertawa untuk cinta yang kau cari dari pada harus membiarkan dunia melihat mu menangis. Keterpurukan ku bukanlah suatu cerita untuk menepis keindahannya, hanya saja inilah cara ku melepaskan semua melalui goresan karya. Jika suatu saat nanti ada cinta yang bertanya tentang mu, coba kasih jalan untuk menemuiku karna aku akan menceritakan tentang kebaikan mu saja dan itulah yang aku tau dari kamu. Dan sepertinya kali ini aku harus melewatkan kereta cinta kita, cukup sampai di sini saja.

 

“ Pada akhirnya, semoga tidak kamu lagi yang aku lihat sebagai satu-satunya cahaya di dalam pejamku sebelum pulas “ (Zarry Hendrik)

Kapan ??

Entahlah…

One thought on “kereta cinta (part 2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *