sebuah ruangan yang tak asing bagi ku, ku tatap lambang garuda di dinding yang putih serta diapit sepasang foto yang sering aku temui di media massa, kami berkumpul di sini ruangan yang hanya sebesar 4 x 6 meter, sofa hitam nampak kusam menjadi alas kami dan berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini terasa amat sepi dan senyap.
” seharusnya ini bisa kita antisipasi ” ku dengarkan suara Pembantu Dekan Tiga kampus ku yang berjalan dari kursi kerjanya mendekat ke arah kami.
” semua prosedur sudah kami laksanakan pa, dari surat kesehatan dokter bahkan surat izin dari orang tua pun kami terima lengkap beserta materainya ” jawab daniel ketua pelaksana orientasi mahasiswa baru yang masih mengenakan almamater universitas
sesekali ku usap air mata yang mengalir dari pipi ku.
seraya meletakkan penanya di atas meja, joko mahasiswa yang berasal dari jawa menambahkan ” saya kebetulan satu regu, sudah mencoba menasehati pa, tapi korban bersikeras untuk mengambil jalan pintas melewati tepian jurang ”
Terasa sangat sesak di dada, seperti menahan beban puluhan ton baja yang tak mampu ku abaikan begitu saja, hari ini tak banyak yang bisa aku sampaikan, tidak seperti hari – hari sebelumnya sebagai seorang pimpinan tertinggi Badan Eksekutif Mahasiswa kali ini aku tidak menginginkan adanya perdebatan karna kejadian jatuhnya mahasiswa ke jurang tersebut adalah murni kelalaian sang korban kemarin.
” Pa, saya kerumah duka kita seleseikan ini setelah pemakaman ” dengan langkah gontai aku membuka pintu ruangan diikuti dengan daniel dan joko yang mengikuti ku dari belakang.