Sebanyak apapun hujan yang pernah jatuh di bumi, tapi hujan kali ini cerita hujan dalam cemburu.
Berkali-kali aku mengucapkan kalimat yang sama “ kenapa sih tadi kita ga bawa payung aja “ dan berkali-kali pula kau jawab hanya dengan senyuman.
Jarak antara kost ke resto sunda itu tidak jauh, hanya dengan jalan kaki tidak mengurangi rasa bahagiaku, bagaimana tidak jika harus ku habiskan bersama orang yang sangat aku cintai.
Walaupun tinggal dalam satu kota namun kesibukanku di kampus menuju semester akhir menyita banyak waktu hingga jarang sekali bagi kami menemukan moment berharga sekedar saling tatap mata atau bersandar di bahumu. Entah karena rasa cinta yang teramat besar atau karena rasa takut kehilangan tapi hanya kau lah yang pertama kali aku pinta untuk menjalin hidup bersama, mereka sering menyebut ini menikah.
“ hujan “ katamu.
Aku melihat ke angkasa dan benar tetes bening itu tanpa ragu mencurahkan butir besarnya tanpa ragu. Tanganmu menarik pinggangku agar ikut berbagi emperan kecil kios rokok untuk berteduh. Aku rasa bertahanpun tidak ada salahnya karena sudah setengah perjalanan dengan kondisi perut lapar terutama hasrat untuk mengecap pindang patin makin menggebu walaupun baru terlihat ujung atap restonya saja di pelupuk mataku.
Kamu pemalu, tapi tidak denganku yang merasa bebas dan asik bahkan memainkan jemari tanganku pada lenganmu. aku tidak pernah tau sebelumnya jika hanya dengan memandangmu frekuensi getaran sayap kupu di rongga dada begitu hebat mendobrak-dobrak labirin hati.
Hujan menjinak sudah dari liarnya, apa kau pernah tau jika saat kau lepas sweater hanya untuk menutupi bagian kepalaku agar tidak bersentuhan langsung dengan dingin hujan itu hal yang sangat manis. Dan tentunya walaupun aku tak pernah menyampaikan tapi ketika mengusap kakiku dengan tissue yang masih sempat kau beli sebelum memasuki resto adalah seluluh-luluhnya hatiku.
” sini kakinya bersihin pake tissue dulu, supaya ga malu masuk resto masa kakinya kotor “ entahlah kata apa lagi yang bisa aku ucapkan untuk menggambarkan betapa bahagianya aku memilikimu, bukan karena membersihkan kakiku tapi karena hal sekecil itupun kamu selalu mengingatkan kepadaku.
Sayang, masih ku ingat saat di resto aku tidak menghabiskan makan yang aku pesan dan selalu saja kamu menertawakan expresi menahan pedasku.
Seperti tidak ada jarak di antara kita, termaksud segala hal tersembunyipun selalu dapat kita bagi, mungkin itu juga cara kita saling memiliki.
Apa kau tau kerutan di keningku ketika lagi-lagi kau mulai membicarakan dia yang tak pernah berhenti menggodamu.
Cemburu membakar hatiku sayang ketika aku membaca beberapa sms dari dia yang sengaja kau tunjukkan kepadaku, namun tetap ku redam hingga keluar dari resto dalam hujan aku tak peduli. Bergegas ku tinggalkan resto tak peduli kondisi hujan aku tetap berjalan sampai kau tarik tanganku
“ kenapa sih ga berani bilang kalo kita jadian “
“ siapa yang ga berani bilaaaang…. ”
“ aku tuh tau gimana dia, dia ga kan pernah berhenti ngejar kamu kalo ga tau sekarang kita udah jadian!!! Suka juga ya sama dia?!! Sayang ya sama dia ?!! “ jawabku lagi dan tetap berjalan di pinggir jalan raya, tanganmu selalu menarik lenganku agar langkah kakiku terhindar dari aliran air pada tepi jalan minus drainase.
Satu persatu kendaraan bermotor berpapasan dengan tubuh setengah basahku, tapi seakan aku tak peduli. Kala hujan dengan dinginnya menusuk sendi, kala itupula bara api cemburu panasnya membakar hati.
“ iya aku bakal bilang malam ini sama dia “ genggaman tanganmu semakin erat meremas jemariku, “ aku ga pernah suka atau member harapan sama dia, aku cumin mau kamu “ suaramu melemah saat pendangan tak ku arahkan pada kedua bola matamu, aku membuangnya jauh dari sorot mata sendu itu.
Tak ku hiraukan lagi saat kau coba menutup kepalaku dengan jaketmu, aku hanya terdiam meredam seluruh kecemburuan.
“ Aaahh, nanti juga boong! “
“ Mana pernah aku bohong.. aku pasti bilang ke dia “
“ Dari kemaren-kemaren masih aja ditanggapin, mangkanya dia masih sms terus kan “ tanyaku sedikit menuduh.
“ Kamu tidak akan pernah kehilangan aku, dengerin aku dulu mau dia atau siapapun yang aku sayang tetap kamu, cuman kamu “
***
Kita, adalah aku yang selalu menghangat atas cemburu, dan kamu yang selalu berusaha menenangkan hangatnya dan mengganti dengan hangat pelukan.
Perdebatan kecil yang selalu saja meneteskan air mata ku, bukan aku terluka tapi hanya saja aku tak menyukai jika kita saling beradu ego.
Kamu yang menjadikan savana gersang seperti rimbun belantara dengan segala kesejukannya.
Kamu mengerti cara memotong taring singa di balik selimut cemburu dengan indah dan tanpa melukai.
Kamu tau kapan memelukku erat ataupun kapan harus menghunus belati untuk menikam curiga.
Itu lah kamu yang selalu berhasil membuatku tersipu ketika cemburu tak lagi beradu hanya dengan “ aku suka ko melihat kamu cemburu, itu artinya kamu cinta dan takut kehilangan aku “
Lelap tidur tak lain dari vibra pita suara kepunyaanmu yang selalu merasuk dalam gendang telinga menarik malam, agar tetap menyelimuti mimpi hingga pagi esok hanya kamu lagi orang pertama ku rindukan.
Aku memberikan hal yang paling berharga yang selalu ku jaga, sebut saja itu hati dan aku mendapatkan sesuatu yang lebih berharga lagi yaitu hatimu.
Takkan pernah berhasil ku tepaki 24 jam tanpa kehadiran mu di pagi menyingsing, karna aku selalu menghabiskan 31 jam ku dan bukan 24 jam lagi dalam sehari hanya untuk merindukan dan bermanja manis di hamparan gula-gula putih.
Mungkin seperti perangko yang enggan lepas dari amplop pada era gadget terlihat kuno pada bingarnya teknologi namun aku selalu mempunyai cara sendiri untuk melukiskan kisah hati.
Belajar untuk mengerti adalah jalan yang tak pernah habis ku susuri, karena hanya dengan itu pula aku ingin setiap batu sandungan bukan sesuatu yang bisa meleburkan terpautnya hati.
Aku ingin menjadi hal yang selalu kamu banggakan, aku ingin menjadi hati yang tak pernah akan dilepaskan dan aku ingin membunuh cemburu yang lepas pada jalur batas agar tak pernah lagi menyakiti.
Ajari aku untuk memangkasnya, karna akupun sering kali tak mampu mengontrol cemburu yang berlebih sungguh.
Benar, aku sangat mencintaimu dan ini hanyalah cerita tentang dia yang ku cintai.
4 Januari 2014, 2nd editing 03:45 AM