Pak pos surat cintaku, apa kabarmu? Lelahkah?
Pak pos biarkan kali ini aku menulis surat untuk mu, mungkin hanya ini caraku mengutarakan ‘tak sengaja terhenti’. Klise memang tapi sungguh hanya ingin ku ceritakan sedikit.
Sebelum ini aku memang pernah berhenti selama beberapa hari menulis surat, bukan berisik di kepala yang sudah sepi bukan pula ujung pena yang tak lagi bergerak tapi karena hatiku terpatahkan. Jangan tanya siapa yang menjadikannya hancur bukan jarak atau cinta sebelah pihak tapi karena maut menjemput ayahku di minggu sore kemarin.
Pak pos, aku terluka lebih meraja di saat harus ku tahan isak tangis karena proses pengobatan sinus yang memaksa agar jangan sampai kembali cairan mengalir di hidung untuk sementara.
Hanya lewat kata, hanya bermain surat adalah caraku mengalihkan kesedihan ini terlebih ketika ibu menangis mengenang ayah. Keterbatasan sebagai manusia di luar kuasa adalah takdir bukan? Tak sengaja berhenti menulis surat cinta karena kesedihan menusuk kreatifku.
Pak pos, rangkaian kata adalah duniaku. Perlahan aku akan menatanya kembali. Bermain dengan tumpukan surat yang nanti akan ku titipkan lewat kamu.
Pak pos, terimakasih sudah dengan sabar membaca dan menyampaikan lembaran yang aku tulis. Jangan pernah bosan untuk membantuku berkarya, semoga kelak akan banyak kebahagiaan untuk mu
Dari aku di Borneo
Sebut saja Aufa