Bukankah cinta pertama mampu hadir kapan saja bahkan dalam situasi tak terduga sekalipun. Pencuri terhebat yang mampu menghilangkan hati tanpa jejak, tanpa suara bahkan tanpa disadari sebut saja itu cinta. Tak mengenal usia, jabatan bahkan juga kadang kala cinta mampu jatuh pada tempat yang tidak kita harapkan sekalipun.
Selayaknya kaum kapitalis lainnya, berangkat tanpa melihat mentari terbangun dan pulang tak jarang setelah senja menguasai cakrawala. Lelah berkutat dengan tumpukan pekerjaan, akhirnya duduk pada kursi angkutan kota -angkot- menuju rumah adalah surga kecil bagi sepasang kakiku yang telah tertopang stiletto merah selama sepuluh jam terakhir.
Angkot ini hanya memuat delapan orang penumpang, lima pada bangku dengan ukuran lebih panjang dan tiga lainnya termaksud aku pada bangku berukuran pendek. Jok hitam pudar nampak beberapa bagian terkoyak hingga busa tipis menyembul keluar. Sebenarnya untuk sebuah alas duduk bisa dibilang kurang nyaman. Gelegar suara knalpotnya lebih bising dari pengamen lampu merah.
Aku tidak hidup di zaman dongeng peri yang mudah mengayunkan tongkat untuk mewujudkan impiannya, tapi sore ini bak mimpi karena aku bersama dia cinta pertamaku. Aroma bvlgari aqua pada kemeja biru langit yang digulung hingga siku memanjakan indera penciumanku. Dia, lelaki berleher jenjang menopang rahang yang kokoh duduk tepat di hadapanku. Sesekali ku lepaskan senyum ke arahnya.
Baru kali ini ada lelaki yang mampu menggetarkan rongga dada. Layaknya kuntum sakura, pelangi dan keteduhan seorang lelaki terkemas menjadi satu. Sungguh tak kuasa menepis pesonanya. Dengan penuh kekaguman terus ku perhatikan setiap lekuk bibir sexynya dan dibalas dengan tatapan matanya yang berhasil menembus pertahanan hati. Bilik-bilik asmara mendobrak kencang pada jantungku.
” Ryan aku gugup ”
” Tenanglah, ibu pasti akan menyetujui pertunangan kita ”
” Wajarkan seorang wanita pasti akan gugup bertemu dengan calon mertua ”
” Ada aku sayang ” dia tersenyum ” Kiri depan pak ” lanjutnya memberi komando supir angkot.
Bagai ditampar dan dihujani halilintar. Supir angkot menghentikan kemudinya dan mereka berdua keluar dari angkot seraya bergandengan tangan. Cinta pertamakubjatuh pada seorang lelaki yang baru saja aku trmui di angkot ternyata bernama Ryan. Cinta pertamaku ternyata calon tunangan dari seorang wanita yang sedari tadi duduk di sisi ku.
Yah, mau bagaimana lagi cinta pertama tak semuanya berhasil seperti cinderella. Sang pangeran jatuh cinta pada pandangan pertama dan akan mencarinya hingga penjuru negeri. Andaikan saja saat itu aku turun terlebih dahulu dari angkot (bukan arena dansa) dan meninggalkan stiletto merah ini, mungkin tetap saja Ryan tidak akan mencariku hingga ujung bantar gebang, karena aku bukan cinderella. Tapi lebih tepatnya mungkin karena pangeran cinta pertamaku sudah ada yang memiliki.