Aku tulis surat ini untuk kalian.
Jangan heran jika aku meminjam tangan aufa untuk mengutarakan semuanya. Agar kalian mengerti atas segala hal yang selama ini aku simpan.
Apa kabar kalian yang kini sudah menyebut sebagai dewasa?. Aku tidak mengerti konteks dewasa menurut kalian tapi menurutku kalian kini begitu rumit hingga banyak hal yang terlalu sepele untuk diperdebatkan.
Salah satunya mengenai cinta! Tau apa kalian tentang cinta?, cinta yang dulu kalian puja kini justru kalian tertawakan. Bukan itu juga yang ingin aku ceritakan namun mengenai cinta yang kalian sebut sebagai cinta monyet.
Aneh sekali, aku tidak ikut andil dalam kisah kalian. Jadi mengapa tidak kalian sebut sebagai cinta ingusan atau cinta muda. Ada apa dengan monyet? Tau apa tentang cinta seorang monyet?
Kalian seolah mengkambing hitamkan aku, ah maaf bukan maksud aku membawa kambing yang masih satu kingdom denganku, tapi bukankah kambing memang ada yang hitam. Sedangkan monyet jatuh cinta dengan memberikan pisang bukan coklat yang seperti kalian lakukan.
Siapapun itu yang memulai, aku hanya ingin kalian tau untuk tidak meremehkan cinta monyet seperti kami tidak pernah melewatkan pisang untuk kami miliki. Tapi cinta kalian bukan seperti pisang yang selalu habis dimakan bukan?.
Ingin rasanya ketika aku jatuh cinta diusia muda juga menyebut cinta kami sebagai cinta manusia tapi apalah daya sesungguhnya jatuh cinta kami adalah kepada pisang.
Atau karena kami menggemaskan, sama halnya seperti cinta kalian diusia menggemaskan. Lain kali cobalah jatuh cinta pada seekor monyet agar lebih memahami cinta monyet.
Salam rindu untuk cinta monyet kalian, juga kepada nenek moyang kalian.
Dariku monyet. (Bukan aufa karena dia hanya ku pinjam untuk menuliskan ini).