“Semesta: rahasia-rahasia di dada hawa”
Jelas saja saya memilih surat ini, bukan hanya pilihan aksaranya yang selalu saya puji namun juga karena nyawa sebuah tulisan yang mampu menghisap jiwa membaur di dalamnya.
Perkara hawa yang menyimpan semesta di dadanya. Saya pun begitu, ada banyak hal dan cerita membaur menjadi satu hingga tak mampu lagi untuk dikisahkan selain dipendam dengan harapan agar semua baik-baik saja. Iya, walaupun belum juga baik-baik saja.
“Hingga kelak langkahmu meragu pada banyak pintu” *
Sedang dalam kejadian tersebut, entahlah saya hanya berfikir surat kk benar-benar mewakili rahasia seorang hawa yang bahkan saya sendiripun tak memiliki kuasa untuk menuliskannya. Benar ka, keraguan itu selalu ada bahkan ketika dihadapkan pada sebuah pintu untuk masa depan. Keraguan adanya masa lalu yang melumat waktu, seperti terkutip dari surat kk.
“Perihal perih yang kau reguk sendiri, hingga menumpahkan apa-apa yang mereka sebut air mata.” *
Ada luka yang tak mampu lagi untuk diumbar, ada keingingan untuk menelan sendiri dan terlalu risih untuk mendengar kalimat ketegaran. Walaupun terkadang justru kalimat tersebut yang saya perlukan, hanya saja biarkan semuanya mengalir keluar bersama air mata dan biarkan hanya Tuhan yang tau.
“Kemudian kau akan menyelimuti dukamu dengan senyuman”*
Jika semesta adalah panggung sandiwara hidup maka sayalah seseorang yang dengan lihainya memainkan tokoh penuh tawa dan keriangan. Tak semua orang mengetahui perkara luka dan juga kerapuhan yang berada di baliknya. Tawa hanyalah perisai dari kerapuhan yang ringkih.
Surat dari mu sebenar-benarnya rahasia seorang hawa. Hal kecil yang enggan diakui oleh hawa (termaksud saya) tertuang jelas dalam balutan barisan aksara.
Ka iit, saya tidak bisa berkata-kata lagi selain ingin bertanya, kapan ka iit menjadikan semua karya dalam sebuah buku? Maka setelah itu percayalah akan ada seorang aufa menjadi pencari terdepan buku-buku dari ka iit.
Semua karya ka iit tak pernah gagal membuat saya berdecak kagum. Bolehkah suatu saat kita duduk satu meja untuk menimba ilmu dari kemampuan menulis kk, hanya sedikit jikapun itu pantas untuk saya.
Jangan bosan apa bila saya selalu mengunjungi ‘rumah’ ka iit, barang kali ada segelas teh panas menjadi suguhan (karena sinus harus mengurangi es) ☺️
Dari saya,
Aufa.
*dikutip dari “Semesta: Rahasia-rahasia di Dada Hawa” iitsibarani.wordpress.com