Early morning, Kampar Tapung. Mendekati Pekanbaru.
“Aku kangen, kamu harus balik malam ini kalo ga besok ga bisa ketemu. Aku dinas malam lagi besok.”
“Ada gitu travel malam?”
“Ada, aku kirim nomernya nanti, lagian besok juga bakal macet.”
Tanpa mikir panjang langsung mengikuti instruksinya. Memasan travel keberangkatan selepas senja ternyata justru berangkat pada jam 11 malam. Sebelumnya driver travel memberikan informasi jika keterlbatan tersebut dikarenakan harus menjemput benerapa penumpang dari luar kota. Saya yakinkan kepada beliau jika tidak masalah menjadi masalah besar untuk saya. Lagi pula Bey juga dinas malam.
Bagaimana bisa seorang perempuan berani mengambil resiko untuk kembali dari Bukittinggi ke Pekanbaru di malam hari, menggunakan travel yang sama sekali tidak ia kenal, jika tidak ada pendorong kuat untuk melakukan hal itu. Bagian ini saya tidak perlu jelaskan detail bukan? 🙂
“Jadi pesen seat depan?”
“Iya”
“Baguslah, hati-hati ya”
Sepanjang perjalanan dalam satu mobil travel berisi 6 orang dan 2 orang perempuan (saya salah satunya). Perjalanan tidak lancar, dimulai dari kemacetan di Bukittinggi adanya razia. Hingga kerusakan pada mobil (over heat) di jam 1 dini hari dengan terpaksa mobil harus dibongkar. Untung saja masih ada bengkel yang bersedia melayani di sekitar Payakumbuh.
Tidah henti-hentinya Bey selalu menanyakan kabar dan posisi saya. Sebegitu kawatirnya dia membiarkan saya seorang diri pulang di malam hari. Saya tidak merasa kesepian sebab berbincang dengan sesama penumpang travel begitu menyenangkan. Terlebih ketika mereka mengetahui saya datang dari Borneo. Bahkan ada salah satu penumpang yang bermaksud datang ke Borneo untuk mencari ilmu Hipnotis. Entahlah 🙂 selama hidup di Borneo saya tidak pernah mendengar tempat yang ia maksud. Akan tetapi ia selalu berkeras jika Borneo terkenal dengan ilmu hipnotis.
Tak kurang dari dua jam kami menunggu perbaikan mobil. Sementara penumpang yang lain merasa resah dan emosi mulai nampak. Saya justru tetap anteng sembari chating bersama Bey dan bercanda bersama abang bengkel. Salah seorang penumpang memberi saya kue bernama pukis, rasanya unik tercampur dengan kelapa muda. Pukis di Borneo tidak pernah memiliki rasa seunik itu.
Da Khairul, nama pengemudi travel. Membawa mobil sangat nyaman dan tidak bau ketek (hal penting!). Da Khairul dulunya memiliki pertokoan di kawasan Sudirman Pekanbaru. Namun, semenjak toko tersebut terbakar Da Khairul memutuskan untuk beralih usaha. Da Khairul menawarkan jika suatu saat saya kembali ia bersedia mengantar kemanapun tujuan yang saya mau hanya dengan 450k selama 24 jam exclude BBM.
Saya memang jenis orang yang jarang bisa terlelap dalam perjalanan. Sepanjang perjalanan hanya saling bertukar cerita dengan Da Khairul. Ia juga mengajarkan saya bahasa Minang. Bercerita mengenai budaya Minang serta kehidupannya sebelum menjadi driver travel.
Melewati kelok 9 malam hari. Berjajar pondokan kecil menjual jagung bakar serta berderet mobil-mobil parkir. Da Khairul menawarkan kepada saya untuk berhenti sejenak namun saya menolak, sebab tidak memiliki kamera yang bagus untuk malam hari. Selain itu nampak hampir sebagian besar penumpang terlihat sangat lelah dan ingin bersegera tiba di Pekanbaru. Sayapun demikian, mengambil resiko untuk kembali malam hari.
Ketika dikawatirkan oleh seseorang menjadi menyenangkan,
Ketika merasa dimiliki adalah kebahagiaan besar,
Ketika dijadikan yang utama dari segalanya.
Adalah perjalanan yang menyenangkan, perjalanan penuh cinta. Kenangan yang tak akan pernah terganti walaupun menepaki tempat yang sama dikemudian hari.
Adalah Bukittinggi menjadi saksi atas akhir yang tak pernah ku ingikan.
Terimakasih Bukittinggi.