Begitu banyak definisi cinta di dunia, literatur yang memaparkan kekhasanahan sebuah cinta ataupun makna cinta yang keluar dari bibir-bibir para pelaku.
Aku, tak mengambil banyak tentang makna cinta dari buku ataupun dari yang ku dengar. Aku hanya tau jika cinta adalah sesuatu yang ada di diriku dan ingin ku wujudkan dalam bentuk memilikinya.
Mencintai bukan berarti memiliki.
Benar, sebab cinta dan kepemilikan dia (yang kita cintai) tak selamanya selaras.
Mencintai ya cukup memberikan apa yang terbaik, apa yang membuatnya bahagia dan apa yang ia butuhkan.
Aku, bukan orang yang pandai untuk menggambarkan cinta juga bukan ahli dalam mengungkapkan rasa cinta. Tapi setidaknya aku pernah memiliki cinta yang benar-benar seperti yang ku butuhkan.
Alasan untuk mengapa mencintainya, sampai saat ini aku tak mampu menjawab dengan pasti. Yang aku tau, kehadirannya membuat lubang hatiku tertutup. Keberadaannya membuatku ingin selalu mewujudkan bahagia-bahagia bersama.
Bahkan pada titik, aku tak peduli atas apa-apa saja yang menjadi kekurangannya sebab aku mencintainya dengan utuh, dengan segala yang ada di dirinya.
Bagaimana dengan “Aku bahagia melihatnya bahagia walaupun tanpaku”
Suatu pernyataan yang sebenarnya lebih tepat jika berada dalam kondisi dia yang kita cintai merasa tertekan dengan konsep cinta yang kita berikan. Ia selalu mengeluh, selalu bertikai dan selalu menghadirkan sikap tak nyaman. Bukankan benar seharunya berada dalam kalimat bahagia asal ia bahagia walaupun tanpa aku.
My love for you bigger than my ego.
Aku tak pernah bisa memaksakan kehendak di hadapannya, aku tak pernah menunjukan sikap marah yang tarlampau kasar atas sedikit berdebat dengannya. Aku juga tak pernah menguatkan ego ketika menyampaikan apa yang harus dan apa yang tidak.
Aku mencintainya dengan segala rasa yang ada di hati. Aku bahagia melihatnya tertawa dan menunjukan jika sangat membutuhkanku.
Aku menyukai dia yang selalu memintaku untuk tetap berada di dekatnya. Caranya memberi perhatian, caranya mendengar setiap kesukaran-kesukaran pekerjaanku. Aku mengagumi segala tentangnya, kepandaian isi kepalanya, kehangatan interaksi bersama orang-orang sekelilingnya.
Tidak ada sedikitpun yang membuatku berpikir untuk tidak mencintainya.
Sampai pada ketika ku sadari jika langkanya semakin jauh dan aku tertampar pada kesadaran jika aku hanya mampu mencintainya dari jauh, tangan-tanganku terlalu pendek untuk dapat meraihnya. Ia jauh berada di langit dan berkelip bak gemintang.
Aku hanya mampu memandanginya dan tak untuk memilikinya.