Sudah ketiga kalinya hari ini mereka menyuntikan cairan berwarna kuning di selang kecil yang menusuk lengannya, dengan hati-hati sembari melihat kearah pergelangan tangannya memfocuskan pada jam yang melingkar, lelaki berbaju putih lewat stetoskopnya seolah menambah keingintahuanku tentang keadaan mu. Tapi seolah tak memiliki kuasa untuk ku agar bisa mendampinginya melewati proses mendebarkan seperti itu. Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan entah ketakutan macam apa ini, hanya saja yang aku tau aku tak berani mendengarkan setiap vonis buruk tentangnya. Tampak dua orang wanita yang juga mengenakan seragam putih menyerahkan berlembar kertas dan si pria stetoskop menarik nafas panjang.
“tolong hubungi anggota keluarganya secepatnya” cetus si pria yang di isyaratkan dengan jawaban anggukan kepala dari seorang wanita berseragam . Tanpa memberikan kode apapun pria stetoskop itu meninggalkan dia yang diikuti oleh dua wanita tersebut, mereka bertiga melintasi ku tanpa melihat ke arahku sedikitpun yang padahal aku sudah menyiapkan senyum terbaik untuk mereka. Ketika benar-benar ku pastikan mereka keluar ruangan dengan menutup kembali kenop pintu seketika hawa dingin mendesir diantara tubuhku bahkan lebih dingin dari ruangan tersebut yang terpasang 4 air conditioner memiliki tiga ranjang dan hanya ada satu ranjang terpakai itupun oleh gadis itu.
Category Archives: Short Fiction
cerita fiksi pendek
Kereta cinta ( Part 1 )
“ Ko, ga mau lihat ke arah aku sih “
sore itu, suara Andi memecah kesunyian dalam ketegangan ketika aku baru saja menapakkan kaki ku di Adi Sucipto, sejak tiga tahun lalu kepindahan keluarga ku menuju kota tambang, baru kali ini aku kembali ke Jogja. Lelah setelah dari subuh aku mengejar penerbangan dan menyelesaikan beberapa urusan kantor dan berakhir di sini, satu mobil bersama Andi, teman semasa kecil yang kini menjadi kekasih ku, perjumpaan kami tengah tahun lalu melalui jejaring Facebook menjadi awal dari cerita.
Andi, tampil dengan kesederhanaannya yang selalu tak pernah lepas dari pandanganku senyumnya yang manis dan selalu terkesan wangi khas parfum yang selalu dia pakai, itu membuatku merasa tenang dengan kharismanya untuk berada di dekatnya dalam waktu yang cukup lama seperti saat ini.
Aku tidak begitu yakin dengan cinta, karna beberapa kali menjatuhkan hati dan berakhir dengan situasi yang tidak menyenangkan bagi ku tidak memiliki kesan yang mendalam, biasa saja seperti film romance india setelah menangis dan kembali tersenyum tanpa harus ku ceritakan kebanggaan ku memiliki cinta tersebut. Namun pengalaman kegagalan tersebut yang menjadikan aku memilih untuk menjalin hubungan dengan Andi . ini kali pertama perjumpaan ku dengan Andi setelah beberapa bulan kami menjalin hubungan Long Distance Relatioship dan mengandalkan social media. Namun selama itu pula Andi dan aku selalu menjaga komunikasi bahkan melebihi dosis karena asupan rindu berhalang jarak menjadikan Andi terasa begitu dekat.
Sejuta bulir air mata
“ Tuhan menyelamatkan sebagian hatimu dengan memutuskan hubungan percintaan, agar tak seluruhnya terluka “ (Anonimus)
Hati … tidak dapat dipaksakan, aku menyelami hati namun aku lupa jika aku tidak bisa berenang, ketika cinta terhantam badai, dan tenggelam juga bersamanya jauh pada palung terdalam. Bagian mana lagi yang terselamatkan, jika sebagian sudah terluka dan bagian lainnya terpatahkan.
Selamat jalan
sebuah ruangan yang tak asing bagi ku, ku tatap lambang garuda di dinding yang putih serta diapit sepasang foto yang sering aku temui di media massa, kami berkumpul di sini ruangan yang hanya sebesar 4 x 6 meter, sofa hitam nampak kusam menjadi alas kami dan berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini terasa amat sepi dan senyap.
” seharusnya ini bisa kita antisipasi ” ku dengarkan suara Pembantu Dekan Tiga kampus ku yang berjalan dari kursi kerjanya mendekat ke arah kami.