Dari tiga sudut

Seorang teman pernah bertanya, saya mendapatkan inspirasi menulis dari mana. Saya bingung menjawab pertanyaannya, sebab inspirasi itu terkadang datang begitu saja. Kerap untuk hal-hal tertentu yang saya temui ataupun saya lihat menumbuhkan banyak pertanyaan di kepala saya, itu membuat isi kepala saya terlalu riuh hingga memerlukan media untuk mengalihkannya. Saya menyukai mendengar cerita banyak orang. Dari belajar menulis juga saya selalu mencoba menempatkan diri saya di posisi orang yang sedang curhat. Sebab seorang penulis tidak boleh memiliki keangkuhan untuk menuangkan suatu kisah. Ia harus mampu merasakan menjadi tokoh-tokoh lain, selain tokoh utama yang ia bangun.

PEMBERI

Kemarin, saya mendengar kisah dari seorang teman jika ia sudah tidak lagi bersama kekasihnya. Singkatnya ia merasa begitu terpukul dengan kekasihnya yang pergi bersama lelaki lain. Kehidupan teman saya (kita sebut saja Tawon) diberi banyak keisitimewaan perihal rezeki yang melimpah, hingga ia selalu menghadiahkan barang apapun yang kekasihnya inginkan. Bahkan, sebelum kekasihnya meminta, Tawon sudah membelikan barang-barang mewah tersebut. Tidak ada yang salah dengan alibi Tawon yang mengatakan jika ia melakukan itu karena ia menyayangi kekasihnya. Tawon ingin membahagiakan kekasihnya, salah satunya dengan cara mencukupi kebutuhan dari kekasihnya yang seorang pekerja medis di rumah sakit swasta.

Setiap manusia memiliki keunikan, antara satu dan yang lainnya bisa menilai hal yang sama dengan berbeda persepsi. Cara manusia mencintai juga terluka pastinya memiliki kadar rasa berbeda. Beginilah cara Tawon untuk merebut hati kekasih yang sangat ia cintai. Tawon terluka, dan ia masih tidak bisa menerima kenyataan jika kekasihnya memilih lelaki lain yang bahkan tak akan pernah bisa memberi barang-barang yang bisa Tawon berikan kepada kekasihnya.

Saya tidak pernah menanyakan apakah dia ikhlas atau tidak, sebab sebaik apapun ketulusan yang pernah kita berikan jika hati mengalami luka pastilah secara tidak sengaja (mungkin untuk beberapa orang) akan menceritakan kepada orang lain. Tentu saja bukan dengan maksud mengungkit kembali pemberian, pasti hanya sekedar ingin bercerita sampai sejauh itu ia membuktikan pengorbanan cinta.

Satu hal yang masih saya ingat ketika Tawon berkata “Aku bahkan ga punya satupun benda yang dikasih dia, saat ini aku bingung mau mengingat dia dari apa. Banyak pasangan yang ingat mantan karena diberi tas atau sebagainya, aku ga punya itu. Selain itu juga aku menjadi cepet move on karena selama ini aku terus yang selalu kasih-kasih, dianya ga pernah.”

Sampai sebatas itu saja saya menceritakan Tawon dan luka hatinya. Lalu isi kepala saya menjadi riuh dan ingin bertanya kepada Tawon apakah selama ini ia mendekati seluruh perempuan dengan memberikan harta? Bagaimana jika ternnyata kekasihnya hanya mencintai hartanya saja. Pertanyaan yang tak pernah saya utarakan kepada Tawon.

PENERIMA

Kisah lain yang tiba-tiba saya pernah ingat adalah cerita tentang (sebut saja Kenanga). Kenanga memiliki banyak potensi untuk mampu menaklukan hati lelaki. Selain wajahnya yang cantik, ia juga memiliki sifat lembut serta selalu menjadi kekasih yang baik, hingga ia juga menyandang gelar seorang istri di usianya yang baru memasuki kepala dua, awal. Cerita tentang Kenanga lebih dahulu ada sebelum cerita Tawon. Antara Kenanga dan Tawon tidak ada hubungan apapun. Saya hanya mencoba menuangkan benang merahnya saja pada tulisan ini.

Kenanga selama menjadi seorang istri ia tidak bekerja karena tidak sampai menamatkan kuliahnya. Kenanga menjadi istri yang selalu berusaha memenuhi apa-apa saja kebutuhan suami. Kenanga merasa tercukupi hidupnya sebab suaminya selalu memberikan apapun yang ia kehendaki. Perhiasan, baju-baju mahal juga tentengan elektronik berharga mahal. Kenanga bangga bisa memiliki itu semua. Tak peduli beberapa orang sering mengejeknya jika ia tak pantas memiliki suami yang tidak tampan. Urusan fisik bagi beberapa orang sangat penting memang, begitu juga dengan urusan materi.

Kenanga tidak pernah merasa risih dnegan suaminya yang bak  langit dan bumi ketika bersanding dengan dirinya. Kenanga merasa nyaman tas kemanjaan harta yang kemudian justru merasa terperalat oleh harta. Kenanga menjadi sangat tergantung akan kucuran materi untuk hidupnya juga sebagian kecil yang kerap ia kirimkan kepada orang tuanya.

Dibalik kebanggaan akan kekayaannya, Kenanga justru merasa tidak bahagia. Kebahagiaan yang ia duga mampu ia dapatkan dengan harta yang berlimpah. Kenanga ternyata kerap mendapati suaminya bersama perempuan lain dan tetap menerima atas perlakuan-perlakuan kasar suaminya. Kenanga ingin pergi meninggalkan pernikahan mereka. Namun, lagi-lagi ia terpaksa bertahan mengingaat selama ini yang mencukupi kebutuhan Kenanga dan orangtuanya adalah suaminya.

Atas Kenanga, banyak pertanyaan berawalan ‘kenapa’ ingin saya utarakan. Salah satunya adalah kenapa ia memilih menikah dengan suaminya dari semula, apakah semata karena harta atau benar-benar cinta. Serta kenapa-kenapa yang lain dan tak juga saya utarakan.

PENGAMAT

Bagian ini sempet saya tuliskan di what app stories pembicaraan yang terjadi dengan salah satu perempuan yang bisa kita sebut dengan Lalat. Pembicaraan yang bahkan sudah terjadi berbulan-bulan lamanya. Saya tidak ingat jelas atas apa yang pernah menjadi bahasan kami sebelumnya. Saya hanya mengingat bagian Lalat berkata “Kaa.. banyak orang selalu lihat dari apa yang kita terima tanpa peduli bagaimana caranya sesuatu itu bisa sampai ke kita.

“Misalnya ya ka, ada yang kasih berlian karena ia anak seorang pengusaha. Itu biasa saja ko, mudah aja dia dapetin tinggal minta ortunya, atau Cuma bagian kecil banget dari salarynya. Tapi beda sama orang yang kasih barang murah ratusan ribu aja tapi untuk dapetin itu dia kudu nabung. Dia kudu nahan-nahan bahkan untuk keperluan dia sendiri. Perjuangan untuk bisa kasih itu ga mudah loh”.

Ini adalah salah satu cara saya mendapatkan ide tulisan yang kadang saya gabungkan dari tiga unsur. Cara saya untuk memperkaya warna cerpen-cerpen saya. Jika dari contoh tersebut maka tema besar yang akan saya ambil adalah mengenai “hadiah untuk seorang kekasih”.

Beberapa kalimat yang muncul dari isi kepala biasanya saya tulis di twitter hingga untuk proses penulisan cerpen, saya akan membuka kembali twit tersebut. Begitulah salah satu cara saya menemukan ide tulisan. Banyaknya cerpen yang saya tulis, sebisa mungkin tidak mengulang cerita yang pernah saya tulis sebelumnya.

Ribet? Bisa jadi sebab saya sangat mengutamakan kualitas dari observasi.

[47] Kasih Tak Sampai


Judul: Spotlight

Terbit: September 2017
Ehee…. sudah jarang ikutan lomba menulis, tapi saat melihat lomba menulis yang diadakan Kinomedia, langsung kirim stok cerpen yang ada. Judulnya Spotlight dan berhasil masuk dalam tulisan Yang terpilih untuk dibukukan.

Spotlight adalah cerita sederhana mengenai ketertarikan seseorang terhadap rekan kerjanya. Seolah ia mengalami fenomena spotlihgt. Cerpen yang penuh unsur romance dan ditutup dengan ending twist. Cerpen yang akan masuk dalam solo kumcer saya juga. 

Surat untuk kamu

Pernah terbesit dalam benakku untuk jatuh cinta kepada orang yang begitu memperjuangkan hatiku dengan bersungguh-sungguh. Luluhnya hati seorang perempuan bisa jadi bukan hanya karena cinta tapi juga karena kesabaran yang mampu membuahkan cinta.

Ada beberapa hati yang pernah ku singgahi dan menetap sebelum akhirnya hubungan kami kandas. Pernah terluka teramat sangat hingga tak berada pada diriku sebenarnya, sebab dicintai hanya untuk sebuah ‘pelarian’ itu sungguh menyakitkan. Hingga ia tak pernah tau bagaimana caraku menyembuhkan luka, yang ia tau hanya suatu kepantasan jika meninggalkan seseorang demi orang lain yang masih ada di hatinya.

Lelah?

Iya, dan sangat.

Aku juga pernah menyia-nyiakan orang yang begitu menginginkanku hanya karena aku masih berada dalam fase gamang. Ketika aku sudah yakin akan dirinya, ketika mulai buka hatiku untuknya, seketika itu pula ia berbalik arah dan meninggalkan aku dengan kekecewaan yang mendalam. Ada banyak penyesalan, ada banyak rasa ingin mengeluarkan banyak kata maaf. Sudah ku lakukan, dan di sinilah aku saat ini menuliskan surat ini untukmu.

Kamu, kamu yang tak tau siapa, yang jelas kamulah masa depanku kelak. Orang yang bisa jadi belum ku kenal saat ini. Kamu yang akan ku cintai dengan tanpa keraguan lagi. Kamu yang akan membuatku merasakan dicintai dan dimiliki sepenuhnya.

Dan aku ingin kamu atau aku menemukan dengan cara yang tak begitu rumit, seperti halnya isi hatiku. Banyak impian yang ku inginkan untuk menjalani hubungan yang menyenangkan, hubungan yang tidak selalu membuat aku harus mengerutkan dahi, menahan sesak di dada ataupun seperti yang sering orang sebut dengan makan hati.

Setidaknya kamu nanti yang akan membuatku selalu nyaman dengan penampilanku. Tidak harus aku berusaha sekuat mungkin untuk tampil sempurna di hadapanmu. Seburuk-buruknya hariku, engkau akan tetap menggandeng tanganku dan tersenyum melihat penampilanku yang tidak mewah.

Aku tidak harus mengikuti berbagai program diet hanya karena engkau selalu mengeluhkan berat badanku yang tak setara dengan model-model majalah. Aku juga tak harus kawatir jika satu atau dua jerawat tumbuh di wajahku. Sebab engkau akan selalu menganggap itu semua hanya hal kecil yang tak perlu untuk dijadikan masalah.Tapi bukan berarti aku tidak menjaga penampilan untuk membuatmu nyaman menjadi milikku.

Aku tak perlu menghabiskan waktu untuk cemburu dan bertanya mengenai keberadaan hatimu, sebab caramu mencintaiku sudah cukup menunjukan bagaimana kita saling memiliki dan saling menjaga hati sendiri. Bukan hanya hal kecil saja tapi juga hal-hal besar yang tak perlu lagi ku tanyakan akan selalu kau bagi, sebab kita adalah satu yang akan saling berbagi.

Akan ada ketidaksepahaman, akan ada masalah yang membuat kita saling meninggikan ego dan saling berusaha memenangkan pertengkaran, tapi mau kah kau ingatkan aku jika semua hal masih bisa dipecahkan bersama tanpa harus mendahulukan emosi. Percayalah, akupun tau bagaiman rasanya terluka dan disakiti, sebab itu sebisa mungkin aku akan berusaha untuk tidak melakukannya padamu. Jika harus terus mencari kesalahan satu sama lain, akan habis waktu kita termakan oleh nyeri hati. Seharusnya kita ada untuk menambah kebahagiaan.

Aku tidak bisa menawarkan jika kamu akan selalu baik-baik saja bersamaku, aku hanya mampu menjanjikan apapun yang kan kita lewati kelak, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku juga hanya mampu berusaha untuk dapat membuatmu bahagia. Kesabaranku lebih luas dari egoku, setiaku tak usah kau pertanyakan lagi. Sebab yang ku inginkan hanya menjalani cinta tanpa ada lagi kerumitan.

Cinta yang mungkin saja ada di dirimu yang sedang membaca suratku ini. Smapai bertemu, kamu yang akan menjadi belahan hatiku.

 

Salam sayang,

Aufa.

Bicara luka (KATARSIS)


Luka…

Kali ini mungkin saya ingin bercerita tentang luka.

Setiap orang memiliki kemampuan berbeda untuk merasakan luka. Terlebih luka yang tak nampak oleh mata, luka hati. Luka yang menurutmu kecil belum tentu orang lain merasakan sekecil yang kamu rasa. Sebab itu sebagai keunikan dari manusia yang memiliki rasa berbeda antara satu dan yang lainnya.

Sebagian orang memilih hidup dalam luka dan menemukan sedikit kebahagiaan di dalamnya. Muncul pertanyaan “kenapa ada kebahagiaan di balik luka?” Tidak ada yang tidak mungkin kan?.

Ada juga luka yang sengaja dibuat hanya untuk melihat orang yang kita cintai bahagia. Salah satu contohnya melepas kekasih bersama selingkuhannya.

Sebagian orang mengekpresikan luka cukup jelas dan sebagian lagi menutupnya rapat dan menelan hingga habis.

Menyembuhkan luka bisa dengan berbagai cara, ada titik dimana seseorang akan berada pada nadir terendah menerima luka tersebut. Nangis meraung, berhenti melakukan apapun, juga bahkan ada yang menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan kebahagiaan dari trveling atau shopping.

Lakukan, apapun itu tapi yang jelas jangan sampai semakin membuatmu menghancurkan diri sendiri. Menangislah, hancurlah hanya untuk hari itu saja, jangan sampai berlarut. Sebab jika bukan dirimu sendiri siapa lagi yang mampu menyembuhkan luka itu.

Kerap terjadi menjalani hubungan yang selalu menggoreskan luka, kecil memang. Namun, ketika luka tersebut nyaris kering oleh kata “maaf” tapi tak bertahan lama karna kemudian menerima luka lain lagi. Terluka kecil tapi sering adalah hal yang sangat menyakitkan dan melelahkan.

Terkadang pilihan lain adalah benar-benar menghentikan luka itu dengan cara keluar dari lingkungannya, keluar dari kehidupannya juga dari cerita-ceritanya. Luka juga, berat dan sangat hebat. Namun, jauh lebih baik sebab menyembuhkan luka karna tak ingin terluka lagi.

Mengobati luka bukan perkara BISA atau TIDAK BISA, tapi perkara MAU atau TIDAK MAU.

Melangkahlah jauh, melangkahlah untuk mendapatkan ruang agar mampu bernapas lega. Mendapatkan kesembuhan untuk hatimu sendiri yang sudah terlalu berat kau paksakan untuk tetap bertahan.

Jika sudah jauh, jika sudah mampu tersenyum. Adalah pilihanmu untuk kembali ke dalam arena masa lalu yang sudah pasti kau pernah merasakan berada dalam kondisi itu atau memilih tetap melangkah pergi mencari kebahagiaan baru.

Sebelum kau memilih melangkah pergi, pastikan jika kau sudah melakukan segala cara untuk memperbaikinya. Pastikan kau sudah kehabisan ide untuk mampu menyulam perkara-perkara. Pastikan kau sudah menggunakan cara terakhir dari senjata yang kau punya.

Sulit?

Iya! Sebab tidak ada yang mudah untuk keluar dari zona nyaman. Niat hanyalah wacana basi jika tidak diiringi dengan tindakan.

Bergerak tapi pelan jauh lebih baik daripada diam dan tak memiliki progres apapun

Hanya kamu yang tau bagaimana caranya menuntaskan. Hanya kamu yang harus mengambil jalan ketika kondisi tak memberikan pilihan baik. Setidaknya semesta masih terbuka lebar untuk orang-orang yang berupaya menyembuhkan luka.

Jadi, apa yang akan kau pilih? Tetap berada di zona nyaman berselimut luka atau memilih luka dalam untuk mengakhiri.

Sama-sama berupaya menyembuhkan, bedanya zona nyaman menyembuhkan untuk kembali terluka dengan kondisi yang sama atau melangkah ke jalan lain, menyembuhkan untuk menyudahi luka.

Saya akan menceritakan bagaimana orang-orang mengentaskan lukanya, dalam KATARSIS.

Wait and see

Ini cerita mengenai suka duka menjadi marketing. Banyak pelajaran yang saya dapat di dalamnya sebagai marketing baru. Saya hanya ingin menuliskan agar ketika saya membacanya, maka saya akan tersenyum.

Pengalaman-pengalaman yang saya dapat sebagai seorang newbie di dunia marketing sebuah manufacture.

Beberapa minggu terakhir saya menawarkan kerjasama di salah satu perusahaan besar. Kerjasama yang bersifat mutualisme karna sama-sama menguntungkan.

Biasanya untuk memudahkan dalam pemasaran saya akan support total kebutuhan klien kami. Salah satunya perusahan YYY ini yang sudah saya keluarkan trik dari A sampai X.

Biasanya untuk perusahaan lain saya hanya berhenti di G dan mereka sudah mampu running sendiri. Ya memang tidak sebesar perusahaan YYY.

Hingga sampai trik ke W perusahaan YYY tak kunjung merespon dan mulai menjalankan step-step yang saya berikan. Semacam mereka tidak ada pergerakan. Kasus (saya sebut ini kasus) seperti ini saya coba sampaikan ke atasan saya selaku direktur marketing. Berikut obrolan kami:

Saya sudah sampai W pak tapi ya begitu masih slow respon

Ya sudah, jika begitu hentikan.

Maaf maksud bapak?

Iya, hentikan semua. Menjalin kerjasama bisnis buat saya bukan sekedar omset gede tapi juga kenyamanan kerjasama. Relasi kita itu sama dengan kekasih kita. Jika kita sudah berjuang habis-habisan ya sudah tinggal jalan di X wait and see, Y keputusan akhir dari reaksi mereka setelah kita diamkan dan Z eksekusi yang berarti kita jalan atau mundur.

Mundur? Nyerah dong pak?

Bukan nyerah karna gak mampu tapi nyerah karna ya memang sudah ga ada yang bisa kita lakukan lagi selain menunggu hasil.

Bapak gak takut ngelepas omset besar gitu aja?

Saya lebih takut jika team saya kehilangan semangat untuk mengejar omset lain. Percuma besar jika mereka tak juga sejalan dengan kita, lebih baik yang kecil tapi nyaman. Kita sudah semaksimal mungkin memberikan support.

Jika itu kekasih bapak apa bapak juga akan melepas semudah itu?

Why not? Kita sudah pada titik terendah dan habis upaya. Apa lagi yang mau diciptakan, apa lagi yang mau ditunjukkan. Kembalikan semua kepada dia, dan cukup diam untuk mengatur napas. Untuk apa berjuang jika hanya sendirian. Baik cinta ataupun bisnis jangan lupa sama batasan diri sendiri.

Ya, atas obrolan singkat itu banyak hal yang saya dapat. Termasuk memilih jalan wait and see terhadap perusahaan YYY.

Mengenali sebuah perjuangan


Yang membuat tersadar adalah bukan ketakutan untuk kehilangan, tapi rasa takut jika tak cukup mampu membahagiakan.

Bahkan jika ia lebih bahagia tanpa kehadiranmu, tanpa banyak pertimbangan sebaiknya bersiap untuk pergi dengan kesadaran tanpa satu alasan untuk bertahan.

Percayalah, melihat seseorang yang kita cintai tidak bahagia dengan orang lain itu sangat menyakitkan tapi akan lebih menyakitkan jika mendapati kenyataan ia tidak bahagia bersama kita.

Jika benar cinta itu perihal memberi tanpa menuntut untuk menerima, lantas bagaimana seorang Romeo memilih menenggak racun ketika Juliet sudah tak bernyawa. Lantas bagaimana pula seorang Rahwana menunggu hingga 12 purnama demi mendapatkan sebuah jawaban balasan cinta dari Shinta.

Bukankah Romeo ataupun Rahwana telah memberikan segala yang ia punya, tetap saja untuk sebagian orang (atau bahkan raksasa) memerlukan balasan cinta dan keberadaan orang yang ia cintai.

Sebuah kesabaran untuk meluluhkan hati seseorang dengan ketulusan cinta, dengan apa yang disebut sebagai perjuangan kadang menjadi rancu dengan anggapan hanya sebatas obsesi.

Mengapa harus takut dikatakan sebuah obsesi jika yang kamu perjuangkan adalah perihal ketulusan cintamu, perihal keinginanmu untuk memiliki orang yang kamu cintai.

Selama caramu tidak mengusik, selama yang kau berikan tidak untuk memaksakan dan selama tidak membuatnya terluka. Dan tidak menggunakan arogansi.

Jika memulai dengan cara yang baik dan tanpa sedikitpun niat untuk melulai maka pencipta semesta akan memberikan banyak kebaikan. Begitu juga sebaliknya, jika menyimpan niat ataupun hal yang tak baik maka pencipta semesta akan mengutus karma untuk menamparmu lebih keras. Jangan menantang karma, sebab ia mampu menjelma sebagai hal yang jauh lebih menyakitkan.

Jika ia tak mampu merasakan getaran cinta, jika ia tak selalu mencarimu, jika ia tak sebahagia itu, jika ia kerap merasa jenuh, jika ia masih tak pernah merindukanmu. Jika hubungan yang kalian miliki lebih pantas hanya sebagai pertemanan biasa. Cinta itu berupa letupan-letupan kecil, kegemasan-kegemasan yang alami, greget-greget yang hanya bisa didefinisikan dalam kedekatan hubungan.

Bukan ia, tapi kamulah yang salah. Kamu yang harus kembali menyadari jika keberadaanmu tak bisa mampu membuatnya merasa nyaman.

Menyerah sebab kecewa, itu wajar. Menjadi tidak wajar jika kamu terus memaksanya untuk tetap bersama denganmu.

Cinta bukan sekedar “memberi tanpa menuntut menerima” tapi cinta juga memiliki esensi perjuangan untuk memiliki dan membahagiakan orang yang kita cintai.

Sedangkan perjuangan memiliki batasan waktu. Bukan untuk membatasi sebuah pembuktian namun untuk menyadarkan jika mungkin bukan kamu orangnya.

Sampai kamu sendiri yang merasa lelah, sampai kamu sendiri yang berjanji pada hatimu untuk tidak lagi mencoba pada lintasan yang sama. Sampai habis dayamu. Sampai tak peduli lagi semua tentang dia, perjuangan yang sudah ataupun tentang kekalahan.

Ketika aku bersedia melakukan apapun untuk membuatnya bahagia. Ketika itu pula tetaplah berdiri di sana selama ia tak memintamu untuk pergi. Selama ia masih ingin kau berada di dekatnya. Barangkali ia hanya butuh waktu, selain butuh kamu.

Selebihnya kenali hatimu jauh lebih dalam. Jika bukan dirimu siapa lagi yang mampu mengerti hatimu sendiri.

Berapa lama, hingga akhirnya memutuskan untuk menikah?

Momen Lebaran, bertemu teman lama. Terkadang justru membuat kami saling bercerita hal privasi. Yah maklum saja terkadang jarak dan kesibukan membatasi untuk komunikasi yang intim.

Saya malam itu duduk bersebelahan dengan teman yang bernama Jasmin (sebut saja begitu, seorang perempuan yang kini bekerja di BUMN).

Jasmin teman dekat saya sewaktu kami masih duduk di bangku SMA, ia aktif dalam olahraga basket sedangkan saya diseni drama teater.

Jasmin memiliki seorang kekasih (sebut saja Bisma) sejak mereka duduk di bangku kelas 1 SMA. Pasangan yang selalu dianggap sebagai couple romantis dan bertahan hingga kami duduk di bangku kuliah.

Sejak di SMA Jasmin memang populer dan memiliki banyak teman lelaki. Hubungan asmara Jasmin dan Bisma kerap up and down. Bahkan sampai pada pertengkaran-pertengkaran. Mereka terus bertahan mengingat lamanya hubungan.

Di bangku kuliah ada lelaki lain yang kita sebut dengan Roy berusaha dekat kepada Jasmin. Tapi Jasmin tak sedikitpun menggubris Roy dan hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat. Roy berusaha menunjukan kepada Jasmin jika ia bisa melindungi Jasmin jauh lebih baik daripada Bisma yang kerap memberikan perlakuan tidak menyenangkan, termasuk ringan tangan.

Jasmin selalu menolak Roy, sampai pada ketika Roy memilih perempuan lain yang secara fisik mirip dengan Jasmin, sayangnya hubungan mereka hanya bertahan 2 bulan.

Tepat di 10 tahun hubungan Jasmin dan Bisma, mereka memutuskan untuk menikah. Mengikat hubungan lebih kuat. Sayapun hadir pada pernikahan mereka. Beberapa teman sebelumnya sudah mengingatkan Jasmin untuk berfikir ulang perihal pernikahan mereka tapi Jasmin menolak. Ia berpikir tidak ada yang lebih mengenal Bisma selain dirinya dan ia beranggapan jika Bisma akan bisa berubah menjadi lebih baik ketika mereka menikah. Perlakukan kasar Bisma hanya dikarenakan ketakutannya kehilangan dirinya, begitu penuturan Jasmin.

Tepat tiga minggu setelah mereka menikah, saya menjemput Jasmin dalam kondisi terisak dari jalan pinggir komplek rumah Bisma dan mengantar Jasmin pulang ke rumah orang tuanya.

Singkat cerita Jasmin divorce setelah ia mendapati Bisma yang selama ini ia kenal setia ternyata bercumbu bersama perempuan lain justru setelah mereka mengingat janji suci.

Recovery Jasmin cukup lama, kami yang selalu membantunya untuk bangkit, juga Roy yang selalu ada walaupun ia sempat berantakan saat Jasmin menikah.

Roy tetap tidak pernah meninggalkan Jasmin, ia selalu sabar mengikuti mood Jasmin yang tak menentu setelah kekacauan pernikahan.

Saya sempat bertanya jauh sebelum ini (dua bulan lalu, 3 bulan setelah ia divorce) mengenai kelanjutan hubungan Jasmin dan Roy,

“Kamu tidak berkeinginan untuk serius bersama Roy?”

“Aku gak tau gimana nantinya hubungan kami, tapi aku nyaman sekarang dengan Roy, aku gak mau dia jauh dari aku”

“Roy yang pernah berkali-kali kamu tolak”

“Iya, Roy yang selalu ada dan tidak pernah memaksakan perasaanku untuk menerimanya. Aku masih ingin meyakinkan diriku sendiri sebelum berani menentukan sikap untuk menggandeng Roy di depan umum. Apa lagi masih ada luka masa lalu yang harus ku sembuhkan.”

“Kamu tidak takut kehilangan orang sebaik Roy? Bagaimana jika tiba-tiba ia lelah menunggu dan menemukan perempuan lain?”

“Banyak orang yang berusaha mendekatiku dan Roy tau itu, tapi Roy juga tau jika satu-satunya orang yang dekat denganku hanya dia. Jika Roy menemukan perempuan lain berarti dia bukan jodohku”

“Kau tidak mencintai Roy?”

“Sejak semula cintaku hanya pada Bisma, tapi aku terus berusaha untuk menyudahi cinta itu serta perlahan memasukan Roy di hidupku”

“Tak ingin mencoba dengan orang lain?”

“Untuk apa, jika yang ada didekatku adalah orang yang sudah terbukti baik cintanya maupun kesabarannya”

Pembicaraan kami yang lalu.

Dan pembicaraan kami semalam, diawali dengan Jasmin yang berucap

“Tahun depan kami akan menikah” sembari menggenggam tangan Roy.

“Alhamdulillah akhirnya….”

“Iya, penantian yang penuh kesabaran” ucap Roy.

Haaahh… yang saya temukan dari cerita itu jika lamanya hubungan tidak menjamin dia adalah jodoh kita sebenarnya. Dan lamanya hubungan bukan berarti kita mengenal dia seutuhnya. Karna manusia bisa berubah karna hati kerap menjadi dominan dari logika hingga kita yang terjerat di dalam ‘rasa’.

Kesabaran Roy untuk menunggu dan membuktikan cintanya. Keteguhan Roy untuk selalu ada di dekat Jasmin mengobati luka-lukanya.

Jasmin nampak bahagia dengan Roy yang bisa menjaganya dengan baik. 10 tahun dengan Bisma kandas tergantikan dengan orang baru yang tiba-tiba hadir di hadapan Jasmin. Mungkin itu yang disebut dengan jodoh.

Sebuah kesadaran


— tulisan yang saya rangkai sembari mendengarkan lagu Ed Sheeran, DIVE —

Banyak yang bilang ketika hati patah harusnya bersyukur, karna dengan begitu ada banyak pelajaran baru yang bisa didapat.

Banyak yang bilang seorang perempuan akan menemukan tambatan hatinya yang terakhir setelah ia benar-benar merasakan luka dalam.

Banyak yang bilang berkali-kali jatuh dan terluka justru akan menguatkan hati itu sendiri.

Ya, banyak yang bilang.

Perkara jatuh hati ataupun jatuh terluka setiap orang memiliki pandangan berbeda. Terkadang apa yang disebut dalam motivasi-motivasi hanya berupa saran basi belaka.

Yang jelas beberapa orang hanya mendapatkan hasil (setelah terluka dan mampu bangkit lagi) jika sudah cukup malas untuk memulai cinta baru yang penuh kerumitan. Malas memulai hubungan dengan pengharapan yang tak pasti. Juga malas jika diiringi dengan drama-drama tidak jelas.

Salah satu teman baik saya pernah berujar (sebut saja dia LC, seorang penulis): gw sudah cukup tua Fa, gw gak mau memulai cinta dengan menghabiskan banyak energi tanpa kepastian. Tapi sekali gw memiliki dia maka gw akan benar-benar pegang komitmen untuk membahagiakannya dan menjaga hatinya baik-baik.

Menjaga hati, tidak akan menjadi sebuah usaha yang berat jika ia adalah orang yang kau cintai. Sedangkan menjaga hati sendiri jauh lebih penting, juga tidak akan menjadi urusan sulit jika benar hatimu sudah kau serahkan pada orang yang kau cintai.

Tidak ada yang salah dengan berjuang untuk meluluhkan hati seseorang, akan menjadi salah jika kau tidak tau batasan. Hingga dirimu sendiri yang hancur hanya karena hal yang sudah tidak mungkin dimiliki.

Kadang kita lupa perihal mengejar orang yang bisa menjadikan kita lebih baik lagi atau hanya sebatas obsesi sampai pada akhirnya menjadi tak peduli atas kebahagiaan sendiri. Seolah memiliki ia sudah cukup, hal-hal menyakitkan lainnya bisa tersapu.

Adalah salah jika mendekap hati seseorang hanya untuk mempertahankan ego atas keinginan memilikinya.

Memiliki, berjuang ataupun terpuruk semua ada batasannya.

Pernah juga (seorang bankir) ada yang memilih melepaskan cinta yang sudah lama ia miliki dan memilih menata kembali kehidupan dengan yang lain, ia berucap: aku tau sampai kapanpun aku gak akan pernah bisa bersatu di dunia ini. Dia yang sangat ku cintai namun semesta berkata lain. Aku memilih menghabiskan sisa usiaku bersama orang lain yang lebih bisa menjagaku.

Ketika saya bertanya bagaimana dengan cinta, apakah ia sanggup melepas orang yang sangat ia cintai dan memulai dengan orang baru yang tidak begitu besar ia cintai, ia menjawab: cinta itu bisa ditumbuhkan perlahan, tapi memaksakan diri untuk mengejar orang yang tak bisa dimiliki jauh lebih tidak mungkin. Apa salahnya menjalani dengan orang yang sebegitu inginnya membahagiakanku dan aku tau ia mampu menjadikanku lebih baik lagi.

Tidak LC ataupun bankir itu, sayapun akan memilih untuk menjalani cinta yang bisa memberikan kenyamanan. Ya, saya sudah cukup lelah menepaki jalan-jalan yang tak memberikan kepastian.

Bukankah menyenangkan jika hubungan penuh tawa, hangat dan tak perlu menanam curiga atau menyimpan amarah.

Pada batas saya berdiri dengan segala upaya, adalah logika yang menggiring untuk meminta kepastian atas pengakuan sebuah hubungan.

Sebelum terlanjur dalam, sebelum terlanjur hancur.

Suatu saat akan ada jemari-jemari tangan yang menyisip di sekat-sekat jemari saya. Ada debar cinta di sana, ada rasa untuk saling memiliki dan membahagiakan tanpa ada keinginan untuk saling melukai. Dengan nyaman, dengan tenang dan dengan sebenar-benarnya hubungan.

Jadi, kapan bisa kita mulai?


Hai,

Apa kabar hatimu hari ini? Masih dengan berbagai kesibukan-kesibukanmu bukan?

Sepagi ini aku menuliskan surat yang hanya bisa ku simpan di blog, sebab ku tau aku takkan pernah bisa menyampaikan secara langsung padamu.

Sudah lama sekali ingin ku tuangkan dalam sebuah cerita, namun mimpi semalam ketika bibirku bersujud dalam kecupanmu menjadikan aku begitu bersemangat untuk menuangkan sebuah isi hati dari kepala yang terlalu riuh.

Aku masih dengan aku yang selalu mengagumimu. Aku masih dengan aku yang masih tak pernah lelah ingin menjaga hatimu.

Apa yang bisa ku janjikan dari seorang yang hanya kaya dengan aksara (itupun setengahnya sudah ku patri dalam manuskrip fiksi tentang caraku mencintaimu).

Jika nanti engkau ingin bersamaku, ketahuilah jika aku tak mampu menjanjikan untuk dapat membahagiakanmu. Namun, aku bisa berjanji untuk terus berusaha membuatmu bahagia. Aku juga akan selalu ada dalam kondisi bahagia ataupun tidak, untuk terus menggenggam tanganmu.

Aku bukan sesorang yang hidup dalam belantara glamour kehidupan kota, tapi aku bisa hidup setiap waktu setiap detik hanya pada satu hati, yaitu hatimu.

Aku memiliki banyak kesibukan yang bisa menyertakanmu tapi ada juga yang harus ku tinggalkan pesan singkat “kangen” di sela-sela kesibukanku.

Aku bukan seseorang yang penuh kejutan-kejutan ketika kita sedang tak dalam kesepakatan yang sama, tapi yakinlah aku bukan orang yang rumit untuk kita saling menyatukan pikiran-pikiran. Sebab untukku dari dua perbedaan pasti akan selalu ada jalan tengah. Di situlah kita akan tetap saling berbagi hal nyaman dan mengerti hal yang memang harus sedikit dikalahkan.

Aku adalah orang yang tidak akan melarangmu untuk bersosialisasi menjadi dirimu sendiri ketika hal tersebut tidak membahayakan hubungan kita. Justru aku adalah orang yang akan setia menahan kantuk dan menunggumu pulang.

Kau bisa manjadikanku sahabat untuk bercerita banyak hal, saudara untuk mengisahkan mengenai keluarga, rekan kerja yang selalu ingin banyak tau pekerjaan serta kerumitan di dalamnya bahkan juga musuh untuk saling menbangkan pada kesempatan berbeda. Namun, aku tetaplah bagian darimu yang selalu haus oleh cinta dan kasih sayangmu.

Jangan risih ketika aku sesekali merengek untuk sebuah rindu, sebab setegar-tegarnya aku tetap akan butuh pelukanmu untuk mengatakan jika kau tetap bersamaku.

Akupun akan butuh segala hal tentangmu. Sebab aku ingin selalu hidup di antara kesibukan hari-harimu.

Aku ingin kau tau jika semua tentangmu adalah keutuhan lengkap yang akan ku dekap.

Sebagian dari semua yang bisa ku tuliskan untukmu.

Jadi, kapan bisa kita mulai?

Banjarbaru 16 Juni 2017

Dari aku, yang penuh rindu.

150617

Bertambah lagi satu tahun dari jumlah usia. Semenjak beberapa hari yang lalu sudah sedikit membuat keriuhan bertebaran ucapan doa dan semua saya terima dengan mengucap ‘Amiiin’.

Alhamdulillah punya banyak orang-orang baik yang selalu ada kapanpun saya butuhkan. Punya orang-orang yang dengan tulusnya “mau dikasih kado apa?” Juga ada yang sengaja hunting hal yang saya sukai sebagai “buat hadiah kamu nanti”. Terlebih untuk orang-orang yang sampai dengan sengaja menahan kantuk agar tepat di pukul 00.00 mengucapkan doa.

Saya sangat bersyukur memiliki mereka-mereka yang tak pernah lelah untuk melindungi saya dari luka, mereka yang sanggup memperbaiki hal-hal buruk di saya.

Tidak hanya itu, saya juga bersyukur atas beberapa orang yang sudah mute linimasa saya juga blok akun saya. Awalnya merasa gelisah dan berakhir dengan ketidakpedulian. Ya, semacam masa bodo untuk mereka-mereka yang tidak saya kenal.

“Semoga harapan dan doa yang diucapkan hari ini terkabul semua” subuh tadi, seseorang membisikan ini kepada saya.

Harapan dan doa, ntahlah. Sepertinya dua hal tersebut sudah luruh bersama tangis yang saya simpan rapat semenjak subuh dan tumpah begitu saya berada di kantor.

Seolah tidak ada hari lain untuk menangis.

Bukan cara yang indah untuk mengawali perayaan hari ulang tahun, memang. Tapi bukan cara yang salah jika air mata tersebut mampu menjadikan saya lebih dewasa.

Terimakasih untuk semua doa, terimakasih untuk yang sudah sebegitunya peduli dengan saya. Semoga pemilik semesta mengabulkan doa-doa.

Bahkan untuk diri sendiri, saya masih belum menyiapkan kado istimewa.