Malam itu

Pesisir sungai Martapura dalam lamunanku perihal rindu, padanya.


‪Aku pernah merindukannya hingga sangat dalam,‬‪Aku kerap menahan dan tak ku sampaikan rasa rinduku.‬

‪Hanya karena aku tak ingin terlihat rapuh‬.

Pada satu titik, aku menyadari jika aku begitu menggilainya. Aku tak ingin menyampaikannya juga. Sebab aku hanya bisa membiarkannya tumbuh begitu saja.

Hingga malam pada batas puncaknya, aku hanya mampu bercerita pada sepi jika hatiku yang sudah memilih pemiliknya, tanpa ku minta. Tanpa ku ajak bicara terlebih dahulu.

Sembunyi dalam pelukan malam, setiap doa baik selalu ku titipkan pada semesta, semoga bahagia selalu bersamanya, selalu.

Aku menyukai malam, seperti aku menyukai segala hal tentangnya.

Dialah Renjanaku

Pic from google


“Cinta bukan hadiah, cinta bukan pula barang yang ditemukan. Namun, cinta adalah rasa yang lahir dari hati”
Begitu! Wacana yang pernah saya tulis dalam linimasa.

Terkadang memang lebih gampang menulisnya daripada menjalani. Namun, terkadang kita tidak akan pernah tau jika tidak membaca dari tulisan seseorang.
Ada yang mudah jatuh cinta, bagai membalik telapak tangan.

Ada yang mudah mengucap cinta, bagai gombalan basi yang kerap diberikan kepada dia, dia dan dia yang lain.
Sayangnya, untuk satu ini saya tidak mudah melakukannya.

Bagaimana bisa saya berusaha untuk tidak jatuh cinta sebab ketakutan atas luka lama kerap membayangi, lagi dan lagi.

Untuk yang satu itu, saya sudah pernah berada di sana. Caranya adalah kebodohan saya untuk mengenalkannya dengan orang lain yang memang “pantas” untuknya.

Bahagia? Eeemm…. ntahlah. Sebab satu bagian dari saya merasa begitu sesak akan tetapi sisi lain saya tersenyum melihanya begitu antusias untuk mencoba.

Kedua kalinya saya meragu. Sebab saya tak ingin membiarkan cinta terjatuh pada hati yang tak utuh. Saya hanya menginginkan ia tersenyum, ia bahagia dengan orang yang lagi-lagi memang “pantas”.

Dan, saat itu dia hadir dengan satu pertanyaan “Kenapa aku harus dengan orang lain jika aku maunya sama kamu”, saya hanya tersenyum.

Masih seperti hal yang terdengar sebagai suatu kalimat saja. Tidak ada isi sama sekali.

Saya hanya mengutarakan bagaimana luka pernah menghancurkan rasa percaya diri saya, bagaimana luka pernah mencabik saya hingga buas. Luka hadir tidak hany dengan pengkhianatan namun juga dusta serta kemasan janji manis seolah ia memang diciptakan untuk mempermainkan tulusnya cinta.

Lagi, dia hadir tidak hanya dengan kalimat kosong, tapi dia “Aku tuh sayangnya sama kamu, aku tau bahkan kamu gak pernah bilang sayang jika tidak aku yang mulai. Aku tidak memaksa jika harus dengan cara yang pelan ya kita jalani dan aku akan tunjukan itu”.


Runtuh, tembok tinggi yang selama ini saya bangun.

Hangat, caranya mendekap untuk  gigil nyeriku.

Lembut, menutup lubang-lubang hati.

Riuh, tawanya mengisi kekosongan yang selama ini hanya terbelenggu ego untuk tidak mengakui sebuah rasa.

Ia hadir tepat di tengah keraguan saya. Ia berdiri di sana merentangkan tangan dan menyebut nama Tuhan untuk mensyukuri pertemuan.


Untuk pertanyaan “kenapa dia?”
Karena

Dia menunjukkan, tidak hanya mengatakan.
Dia berjuang, dia meyakinkan, dia penuh kesabaran dan semoga dia 

Dialah Renjanaku

Kado untukku dihari ulang tahunnya


Wohooo ternyata hari ini tanggal 12, kirain 11 masih.
Ada kesalahan di almanak pasti, harusnya memang 11 ko.
Tapi… ehe ehe ehe…

Tetap saja hari yang spesial, dia ulangtahun.
Dia yang membuat segalanya berubah. Dia yang hadir dan memberi ruang nyaman.
Tidak, dia tidak mencuri yang namanya hati. Tapi dia membawa pengobatan untuk hati. Dia yang memberi keyakinan untuk tetap bernafas hingga merasakan lega.
Benar, himpitan trauma terlalu berat dan menyesakan. Tapi dia berhasil menyapu bersih.

Dia tidak datang dengan memberi hal manis dan menceritakan jika dia adalah sebuah keindahan.

Dia hadir justru dengan segala hal yang penuh dengan kecamuk. Tak ada yang abu-abu bahkan hingga dasar rahasia terdalam ia tak segan untuk membagi.

Takut? Tentu tidak.
Justru aku mulai merasakan nyaman ketika tak ada lagi yang harus ku takutkan dari sebuah kemunafikan. Sebab ia berbeda, ia telah utuh dan membuka semua kepadaku.

Aku telah menjatuhkan hati padanya. Kepada dia yang terus menunjukan bahwa seluruh dirinya sudah tertambat padaku.
Kedewasaan serta caranya meredamkan gejolak emosiku adalah sebaik-baiknya kelembutan yang membuatku bertekuk lutut.

Caranya menghawatirkan aku melebihi dirinya sendiri bahkan sebelum aku terbesit niat untuk mengenalnya jauh lebih dari itu.

Dia datang dengan tidak tergesa, baginya adalah kenyamananku yang utama.

Dia tidak pernah berhenti membuatku tertawa, membuatku merindukannya.
Dia yang tak pernah ingin ada batasan untuk saling mencintai. Dia yang lebih tenang dalam melewati banyak riuh. Dia yang bahkan jauh lebih dewasa dari yang ku bayangkan.
Dia yang selalu “Sepertinya sudah ada teknologi yang namanya google deh bae”
Dia juga yang selalu memintaku untuk berhenti posting hal berbau mesum di twiter 🙂

Hari ini adalah hari spesialnya. Bukan dia, tapi justru aku yang mendapatkan kado dari semesta. Mendapatkan hatinya juga segala tentangnya.

Hari ini, ku ucap banyak doa ketika  wajahku menyentuh sajadah. Kebaikan dan perlindungan dari pencipta agar selalu mengiringi setiap langkahnya.

Selamat ulang tahun bee…

Dari kekasihmu yang selalu jatuh cinta lagi dan lagi setiap hari, setiap detik hanya kepadamu.

Sama-sama berhenti

Terimakasih, sudah dengan sabar tidak memaksakan apapun. Justru memberi jalan dan waktu untuk merasakan kenyaman perihal “cinta”.

Terimakasih, sudah datang dengan cara yang berbeda. Menunjukan dan mengatakan jika rindu serta tak ingin kehilangan adalah bagian dari rasa sayang.

Terimakasih, sudah menumbuhkan helai demi helai mimpi untuk nanti bisa kita petik satu demi satu. Seolah cerita dari kisah kita tak cukup hanya sampai di sini.

Terimakasih, sudah belajar mengerti. Tentang kepercayaan yang pernah terinjak-injak. Tentang trauma yang membekas dalam hingga menyisakan kepercayaan diri yang begitu rapuh.

Terimakasih, selalu menjadi apa adanya kamu. Hadir secara utuh tanpa menutupi bagian yang tersembunyi. Tanpa melebihkan apa yang indah.

Ada yang pernah rusak dan terimaksih telah membantuku untuk memperbaiki satu demi satu.

Ada yang kosong dan terimakasih telah berusaha untuk mengisinya perlahan.

Aku yang pernah terluka dan menyadari jika semesta begitu sempurna untuk menjadikan cinta datang lagi.
Aku yang pernah sendiri tak memungkiri jika berdua, denganmu adalah keinginan yang tak bisa ku tunggu lagi.

Kedewasaanmu, kesabaranmu serta perjuangan yang membuatku tak lagi ingin berubah arah.
Kamu, adalah hal yang ingin ku segerakan untuk melengkapi kita.

[45] Desember Stars


Judul: Domba Tersesat

Terbit: Desember 2016
Tema besar yang diusung adalah Desember. Tulisan yang saya kirim untuk mengikuti lomba Ellunar kali ini berjul Domba tersesat.


Saya memadukan antara Desember tentunya pada tanggal 1 Desember yang diperingati sebagai hari AIDS sedunia, dengan 25 Desember sebagai hari Natal.
Tidak ada twist yang unik sepeti yang lain. Hanya mengalir sebagai cerita pendek. Cerpen ini terpilih sebagai kontributor yang dibukukan dengan penulis-penulis lainnya. Masih di Ellunar Publisher.

[44] Renjana


Alhamdulillah, buku ke 44 yang merupakan buku kumcer solo ke 2. Buku yang dalam prosesnya memakan banyak energi karena saya selalu ingin memiliki buku yang tidak sekeder berisi roman, tidak sekedar sebuah cerita namun juga memiliki isi yang berbobot.


So far, seperti inilah buku ini hadir. Dengan menyuguhkan judul-judul yang unik, serta memberi info-info kecil mengenai peristiwa, tempat ataupun istilah-istilah yang tidak semua orang tau.

Buku ini pernah menjadi pemenang favorit lomba yang diadakan Ellunar Publisher kategori novel bertema bebas di November 2016. Di bulan yang sama juga saya menerbitkan buku ini dengan voucer penerbitan gratis.

Tentu saja saya merasa bangga karena untuk kelasan penerbit Indi saya bisa menerbitkan gratis dan mendapatkan beberapa keuntungan seperti kover, layouting dan editing.

Sebagai seorang penulis saya sangat mengetahui kekurangan buku ini. Sering kali berandai-andai bagaimana jadinya jika saya mendapatkan seorang editor pendamping yang sekaligus mengkoreksi logika penulisan. Sebab, sampai sejauh ini saya tidak pernah mendapatkan fasilitas itu, dan memang tidak ada fasilitas tersebut di penerbit indi ini.

Ada beberapa nama yang saya masukan karena saya mengenal dengan baik nama itu. Ada beberapa peristiwa yang saya tulis karena saya mendengar, saya menerima juga saya tuangkan dalam sepotong kecil cerpennya.

Saya menyuguhkan nuansa berbeda dari kumcer sebelumnya. Semoga buku ini bisa menyampaikan kesan baik kepada setiap pembacanya. Semoga dengan adanya buku ini bisa menjadi rindu untuk karya-karya selanjutnya.

Terimakasih sudah membeli bahkan membaca #Renjana . Terimakasih sudah membantu saya dalam menyelesaikan buku kumcer ini.

Singkat cerita #Renjana (1)

SERENDIPITY

Saya menulis cerita ini dengan latar sungai Seine Paris. Tentu saja banyak yang mengetahui mitos menggantungkan gembok di jembatan port de akan mengekalkan cinta mereka.

Namun, beberapa kisah lain jika membuang kunci di dasar sungai Seine adalah bentuk dari perlambang mengunci rapat rahasia hati.
Kisah yang saya tulis adalah pertemuan tak terduga yang melahirkan cinta di antara mereka. Cinta yang harus diuraikan dari perempuan yang rumit.
Menyambangi Paris entah untuk melanjutkan atau bahkan memutuskan cinta yang tumbuh benih-benih cemburu.
FICTOPHILIA

The fault in our stars karya Jhon Green, jika pernah membaca ataupun melihat filmnya tentu tidak asing dengan Augustus Waters (Gus), tokoh fiksi dalam novel tersebut.

Diceritakan jika Gus adalah pemuda yang romantis. Dia selalu mampu memberi support kepada setiap orang yang berada dalam kondisi kehilangan kepercayaan diri. Perlakuan Gus kepada Hazel kekasihnya membuat banyak perempuan terpana.

Tapi, bagaimana jika ada seorang gadis remaja yang mencintai Gus. Sebut saja gadis itu jatuh cinta pada Gus.

Bagaimana kekawatiran dari orang tuanya mendapati anak gadis mereka jatuh cinta pada tokoh fiksi?

Bagaimana cara mereka menarik keluar si gadis dari dunia khayalnya?

Saya menulis cerpen dengan nuansa kasih sayang seorang ibu kepada anak gadisnya yang mereka menduga sebagai fictophilia.

NAE SAIAN LUUME

Bukankah cinta itu hadir tanpa diminta, cinta juga bukan hal yang dipaksakan. Ia bisa saja diam-diam kemudian menguasai akal sehat atau juga karena cinta justru mampu menghancurkan akal sehat.

Murakami, Tolkien, cherry blossoms, elf, wine, ataupun hal-hal lain yang menjadi saksi atas nama cinta.

Mereka jatuh cinta, memperjuangkan, kalah, juga ada yang tetap bertahan untuk mengejar ketidakmungkinan.

Lanne, cintanya sekuat karang. Ia adalah pecinta dengan segala keinginan untuk tetap mempertahankan apa yang ia inginkan.

Mary, bukankah terkadang cinta harus kalah dengan keadaan? Sebab cinta yang sudah ia mulai bukan cerita yang wajar.

Darel, kepercayaan sepenuhnya adalah untuk orang yang ia cintai. Sebab dengan begitu membuatnya merasa memberi kebebasan yang bertanggungjawab.

Bagas, bagaimana jika ketulusan yang ia miliki adalah senjatanya untuk menaklukan hati kekasih. Apapun itu, yang jelas ia hanya ingin melindungi seseorang yang ia cintai.

Ada airmata, ada pengorbanan dan ada cerita yang tak terduga. It’s been too long hanya untuk menunggu “aku mencintaimu”.

BAJAPUIK

Sumbar memiliki 19 kota/kabupaten namun hanya satu yang menjalani adat Bajapuik.

Aku mencintai Benny pemuda yang berasal dari Pariaman. Mengiringi Benny hingga lulus kuliah.

Seketika hubungan kami menjadi berjarak, sebab aku harus kembali ke kota asal.

Tak pernah sedikitpun aku mencoba berpaling dari hubungan kami. Bahkan aku selalu memperbaiki diri agar nampak lebih cantik.

Agar menjadi seorang yang pantas mendampingi Benny menua bersama. Namun, bagaimana bisa aku terima jika Benny secara tiba-tiba mengucapkan “Ryan, aku sudah menjalani ritual adat Bajapuik dengan perempuan lain.”

Doa yang baik, penawar luka.

Bagaimana cara manusia melindungi hatinya ketika ia pernah hancur oleh kepercayaan yang disia-siakan?

Tidak lain lagi dengan cara membangun benteng yang cukup tinggi dan kokoh.

Seolah itulah cara teraman untuk menjaga hatinya agar tidak terluka kembali.

Menjauh sejauh-jauhnya dari hal sama yang bisa membuat kenangan tentang rasa perih dan pahit kembali lahir.

Begitulah dan wajar adanya.
Yang dia lakukan hanya menunggu, yang dia inginkan hanya mencari seseorang yang bisa membuat keyakinanya kembali hadir untuk bisa seperti sedia kala.
Walaupun ternyata, kejujuran dan kesetiaan itu mahal harganya.

Jika membuka sedikit celah untuk kepercayaan namun kembali terhempas oleh kepalsuan, kebohongan yang entah untuk apa sengaja diberikan.
Tidak harus menjerit, tidak harus merintih. Sebab kembali terdustai cukup membuatnya mengerti mana yang pantas dijaga dan mana yang kembali harus dibentangkan benteng yang kokoh juga tinggi.
Menyimpan rapat dan melangkah pergi.

Semoga kebahagian-kebahagiaan bisa abadi bersama kebohongan-kebohongan yang sudah diberikan. Sebab doa baik adalah penawar luka.

Aku dan penerbit indi

Karir menulis…

Emmm... saya akui saya belum bisa dikategorikan seorang penulis. Sebab saya memulai menulis baru di tahun 2013 dan benar-benar menulis fiksi dalam bentuk cerpen di tahun 2014.

Saya termasuk orang yang mudah bosan dan bisa dibilang tidak terlalu fokus dalam menulis. Itu sebabnya saya tidak pernah menulis novel.

Saya sempat sering mengikuti beberapa lomba menulis. Hal tersebut semata saya lakukan hanya karena ingin melihat kualitas karya yang saya bikin jika dibandingkan dengan tulisan lain.
Pengalaman saya masih terlalu sedikit dan saya hanya seperti newbie yang masih terlalu hijau dalam menguasai teknik menulis.
Saya juga sangat menyadari jika tulisan saya banyak sekali kekurangan. Namun, entah kenapa beberapa tulisan saya justru menjadi juara utama. Saya rasa juri memiliki penilaian sendiri. Dan lomba tersebut diselenggarakan secara nasional.

Baik #Kamandrah ataupun #Renjana memang diterbitkan dari penulis indi yang keduanya merupakan hadiah dari memenangkan lomba.
Iya, tidak semua mengenal penerbit indi tapi untuk para penulis yang mengawali karir malang melintang di dunia lomba nulis seperti saya pasti akan mengenal kedua penerbit tersebut.
Kalah lomba? Sering! Bahkan sering sekali.

Namun, hal tersebut membuat saya selalu ingin tau apa yang membuat tulisan saya tidak terpilih bahkan untuk menjadi kontributor sekalipun.
Lain lagi cerita saat #Renjana terpilih menjadi salah satu novel (saya masukan kategori novel walaupun sebenarnya kumcer) favorit. Sedangkan cerpennya menjadi juara 1 dari ratusan cerpen lain. Lagi-lagi saya merasa minder sekaligus bangga. Sebab saya tau banyak tulisan lain yang jauh lebih pantas untuk dimenangkan.

Yah.., kembali lagi pada juri yang memang mempunyai penilain lain. Yang jelas saya menciptakan #Renjana dengan cara yang berbeda. Agar nampak tak seperti kumcer biasa.
Saya selalu terbuka dengan banyak masukan, jika saya anggap itu sesuai ya akan saya terapkan namun jika tidak ya saya hanya akan mendengar. Barangkali nantinya memang bagus untuk saya gunakan.

Ketika banyak yang bertanya “Kenapa tidak ada di Gramedia?”

Sayapun tersenyum dan meminta doa agar nantinya ada karya saya yang bisa diterbitkan oleh Gramedia :). Amiiin…
Untuk saat ini saya sangat bersyukur karya saya bisa mendapatkan fasilitas penerbitan gratis. Sangat-sangat berterimakasih karena orang sehijau saya sudah bisa berada pada level ini.

Terimakasih banyak untuk doa, dukungan serta sudah membeli karya-karya saya.
Terimakasih banyak.
Aufa.

Tentang isi


Sebelumnya, aku tidak pernah menulis cerita melulu tentang cinta dalam bentuk cerpen.
Namun, hari itu adalah hari yang berbeda. Aku ingin menulis tentang cinta tapi masih tak melulu hanya cinta.

Sebab linimasa twiter ataupun goresan blog seolah aku memiliki kemahiran untuk menuangkan cinta. Walaupun memang tidak begitu ahli dibidangnya.
Kemudian aku mencoba menulis 1 cerpen yang tak biasa, cerpen yang keluar dari zona nyamanku. Apalagi jika bukan bertema cinta.
 Cerpen pertama berjudul 17:43 hanya dari inspirasi melihat seorang Dokter yang menyebutkan jam meninggalnya pasien.
Aku sempat berfikir untuk menulis cinta namun memiliki banyak informasi lain dalam tulisan tersebut. Tidak melulu hanya sebatas kisah cinta biasa.

Kemudian aku menyimpan dan mengendapkannya cukup lama.
Selebihnya aku menulisa satu per satu tanpa ada maksud untuk bisa menerbitkan sebuah buku (lagi).

Aku tidak pernah terobsesi untuk selalu membukukan karyaku. Dan akupun tak pernah mendorong terlalu keras diriku untuk menulis. Jika aku ingin maka aku akan menulis. Namun, jika dalam kondisi isi kepala sedang tak baik, maka tak kurang dari 63 hari aku tidak akan menulis.
Sebab menulis adalah kesenangan, dan menulis adalah hobi yang tak harus ku jalani dengan begitu keras.
Aku menyelesaikan #Renjana dalam waktu lebih dari 1 tahun. Itupun harus ku kumpulkan satu demi satu ketika mendapatkan kabar jika aku memenangkan hadiah untuk penerbitan gratis.

Kesempatan untuk menerbitkan?, kenapa tidak 🙂

Tidak ada Yogol ataupun Rombok di #Renjana, yang ada hanyalah serpihan dari ku, sedikit bumbu masa lalu juga harapan untuk masa depan.

Akhirnya, aku menyatukan #Renjana dan sempat merubah banyak isi dari setiap cerpennya. Cerpen yang memiliki judul unik, dikemas dengan kemampuan isi kepala seorang pemula sepertiku juga setulus doa semoga menjadi karya yang bisa memperbaiki karya-karya selanjutnya.

#Renjana berisi 14 cerpen. Aku menulis cukup panjang disetiap cerpennya. Sebab dengan begitu aku mampu memasukan isi-isi kepala yang berbeda.

Ada banyak hal berbeda yang bukan kebiasaanku dalam menulis cerpen. Ada cerita yang ku sisipkan perihal rindu pada kekasih (kala itu) juga ada luka yang jelas ku bagi.

Lain kali aku akan menulis sinopsis setiap cerpennya.