Sejuta bulir air mata

Tuhan menyelamatkan sebagian hatimu dengan memutuskan hubungan percintaan, agar tak seluruhnya terluka “ (Anonimus)

Hati …  tidak dapat dipaksakan, aku menyelami hati namun aku lupa jika aku tidak bisa berenang, ketika cinta terhantam badai, dan tenggelam juga bersamanya jauh pada palung terdalam. Bagian mana lagi yang terselamatkan, jika sebagian sudah terluka dan bagian lainnya terpatahkan.

Efek yang tidak jauh beda dengan jatuh cinta ketika aku susah tidur, susah makan bahkan enggan melakukan segala hal. Bukan pertama jatuh cinta yang kemudian berakhir, namun hanya beberapa yang membawa kisah jika akhirnya harus menangis berhari-hari, berasa sesak di dada dan bagaikan tak ada kehidupan di  jiwa.

Segala pesakitan yang diciptakan pasti ada penawarnya, gitu juga dengan patah hati, Tuhan menciptakan teman sebagai penawar luka hati, dan Tuhan pun menciptakan tangan Ibu untuk memeluk dan mengusap air mata seraya berkata “ Kamu pasti bisa lewati ini sayang “

Tak hanya melukai hati, namun melukai tepat pada hidupku. Lupa akan namanya tawa, tak seceria dulu dan bahkan hanya diam juga enggan mengusap air mata, biarlah.

Di tepian pilu, aku hanya mampu merindu,

Di tepian luka, aku hanya bisa berduka.

Aahh…. Entahlah, banyak hal di kepala ku, namun sangat susah untuk ku tuangkan

Jemari yang menari menggoreskan kisah bertintakan darah dari luka, hingga habispun aku tak peduli dan mungkin tidak akan pernah habis, terlalu dalam luka ku terlalu indah kenangan yang harus ku kubur. Mengenangnya mungkin nanti aku akan membinarkan mata ku menceritakan hal yang indah-indah yang pernah kami lalui bersama. Tak perlu kawatir mengenai air mata yang mengalir pada pelangi bola mata ku, karna aku pasti akan tersenyum pada saat itu pula.

Aku tak menyesal kita berbeda jalan, aku fikir sesak di dadaku adalah karna masuk angin, namun berkali-kali aku coba menelan obat masuk angin tetap saja terasa sesak, dan baru ku sadari jika itu adalah karna tidak ada lagi hadirmu, seharusnya lebih leluasa, seharusnya lebih terasa longgar karna kini tak ada penghuni lagi di dada ku, namun tetap saja sangat terasa kosong.

Yang terindah itu kala dengan lembut menyentuh hatiku, yang terindah itu adalah nada romantis selalu ku miliki ketika bersamamu, kemarin. Dan aku enggan menyebutnya “dulu” karna bagiku tak pernah kakimu beranjak dari hatiku selama itu.

Aku hanya bisa memandangmu tertawa bahagia dari sini, aku hanya bisa mengutuk segala kekuranganku hingga tak mampu menahan mu di hatiku. Tuhan menunjukkan jalannya, namun aku yang terlalu mencintai hingga masih berada pada poros kerinduanku.

Iya, ini hanya cerita… ini hanya hati yang dengan mudah bisa ditinggalkan, tapi ini aku, ini hatiku dan ini aku yang pernah kau puja dan kau rindu. Pergilah secepat kilat tanpa menyentuh lagi apa yang pernah kita lalui. Akan ku ceritakan pada dunia kebanggaan ku pernah memiliki mu.

Sejuta luka dengan bulir air mata sama ketika aku menulis balada patah hati ini, mematikan seluruh hatiku.

“ Cinta ku ini terlanjur mencintai terlanjur menyayangi, diri mu seorang. Cinta ku ini terlanjur memilihmu terlanjur memujamu dengan atau tanpa mu di sisiku… kasih…” (Jimmy – Dengan atau tanpa mu)

2 thoughts on “Sejuta bulir air mata

Leave a Reply to fulan Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *