PHP VI (PHPin hati)

“ Ciiieee… tadi malam ada yang apelin ciieee…… “ tiba-tiba terdengar suara Hanna yang langsung hadir di hadapan saya siang itu yang tengah sibuk menikmati bubur kacang hijau, Hanna yang hari itu mengenakan batik merah, memegang sendok dan menyuap capcay yang hari itu adalah menu terenak menurut Ibu Mia, terlihat seketika hanna mengerutkan dahi sebagai pertanda jika santapannya siang ini sangat menyakiti indra kecapnya.

“ hehe… ko tau… “ saya hanya tersenyum

“ Yah siapa lagi CRV putih di depen rumah kamu, gimana hubungan mu sama Jimmy? “

“ yah begitulah.. kita bubar tadi malam “ dengan senyum tipis dan terasa berat saya mengucapkan kata-kata yang sebenernya sangat susah saya katakan

“ Loh… ko bisaaa… ??!!! bukannya kalian sudah rencanain lebih serius kan, faaa.. sayang banget sih, kamu kebiasaan deh, pasti kamu x##***@@!hjdopjamab%&*@$.. blab la bla…..”

Nasehat hanna yang hampir tidak saya dengarkan sama sekali, saya hanya disibukan dengan memutar-mutar sendok kecil pada mangkok bubur dan mencoba mereview lagi segala keputusan saya. Kadang saat seperti ini saya tidak perlu nasehat, saya tidak perlu dikhawatirkan yang saya perlu hanya pelukan dan tepukan dipundak saya yang memastikan bahwa semuanya akan baik-baik aja.

Terasa sakit harus membendung air mata saya agar tak melewati kelopak mata, ini hari ke dua saya masih merasakan kehilangan.

Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung

Pribahasa tersebut berlaku sangat untuk saya, apalagi dalam urusan percintaan yah kalo saya sih mengartikannya dengan dimana saya bekerja di situ harus dapet pacar hehe….. eh tapi ga harus-harus juga sih yaaa…, * eemmm… binun *

Okeh balik lagi tentang mas Jimmy, doi karyawan dari Grup perusahaan saya juga yang saya kenal sekitar empat bulan lalu, kebetulan kita ketemu saat family gathering perusahaan induk yang dihadiri oleh 9 anak perusahaan. Yah kebetulan saja saya menjadi coordinator utama untuk perusahaan saya dan mas jimmy handle untuk perusahaan dia. Intensitas pertemuan kami akhirnya berkelanjutan hingga sampai pada saat ini saya sudah menjali hubungan selama tiga bulan dengan mas Jimmy.

Mas jimmy tidak selalu ada di kantor utama seperti saya karna doi memang penempatan untuk coal mining site yang hanya mendapatkan day off sebanyak 5 hari dalam sebulan. Kualitas hubungan kami ditentukan oleh kualitas cuaca serta bersahabat dekat dengan provider berjaringan kuat di mining site. Jelas saja yang namanya site pasti letaknya jauh di dalam hamparan hutan dengan jaringan yang hanya setipis buih di permukaan laut. Bulan pertama sama mas Jimmy berasa dunia milik kami berdua dan tak pernah henti-hentinya komunikasi via BB ataupun skype.

Setiap kali day off juga mas Jimmy selalu nyamperin kerumah dari sore saya pulang ngantor sampe malam baru keluar dari rumah saya. Saya bukan orang yang terlalu senang “ heiii ini loh pacar gw “ dan saya lebih memilih mencintai dengan cara saya sendiri dan tidak terlalu blow up juga. Yang penting keluarga saya tau siapa dia. Mas Jimmy bisa menarik perhatian saya dengan cara dia memperlakukan saya dan kami sama-sama workholic dengan bahan obrolan dari berat samapai ringan yang selalu menghadirkan tawa kecil atau sekedar cubitan sebel yang saya luncurkan ke pinggangnya.

Memasuki bulan ketiga seperti ada hal yang semakin membuat kami jauh, selain karena lokasi tambang baru yang tidak ada jaringan ponsel dan saya yang sibukan dengan hobby saya yang cukup menyita waktu juga. Pertengkaran karna hal kecil hingga cemburu yang sering mas Jimmy lontarkan menurut saya tidak masuk akal sama sekali, seperti hal kecil ketika saya harus berangkat ke radio karna urusan kecil dank arena kondisi badan yang terlalu capek akhirnya saya menerima tawaran teman untuk menjemput saya di rumah. Hal tersebut menyebabkan pertengkaran besar, yah logikanya sih saya tidak akan menerima tawaran teman jika mas Jimmy bisa jemput atau bahkan saya bisa berangkat sendiri andaikan kondisi tubuh saya tidak dalam kondisi kurang fit. Dan puncaknya terjadi ketika semalam di ponsel mas Jimmy saya temukan beberapa sms yang ditujukan untuk mantannya. Ada beberapa hal yang tidak mampu saya tolelir lagi, dan akhirnya mungkin sendiri bagi kami itu jauh lebih baik.

“ Sudah mbak ndak usah sedih, cari yang baru aja.. yang bener-bener cocok di hati mbak “ sentuhan Bu Mia di pundak saya, saya hanya membalasnya dengan tatapan senyum tipis. Pasti ini karena sandal kotor yang dipake Ibu Mia mengakibatkan debu kecil hinggap di mata saya dan seketika mata saya merah mengeluarkan air, tapi suer saya ga nangis ko….

“ Tuh, jodohin aja deh bu sama anak ibu, supaya aufanya bisa belajar masak seenak ini sama ibu “ lirikan hanna ke arah saya ternyata bisa menghadirkan senyum cekikan di wajahnya.

“ Anak saya jarang pulang mbak, padahal sudah saya suruh juga nyari jodoh supaya ada yang urus, anak saya baik mbak nurut sama orang tua dan ndak pernah marah, ndak pernah juga nyakitin cewe apa lagi sampe buat nangis gitu, dia jarang pacaran mbak mau langsung nikah aja katanya “

“ noh fa, Ibu nya sudah merestui gitu, secara ponakan owner masa sih lu gak mau fa… “ nampaknya di sisi kanan Hanna terdapat tabung LPG 12 kg terasa semakin panas kompornya.

“ Mbak aufa kalau sama anak saya pasti dijagain terus deh “ Ibu Mia pun mengangkat botol saos kosong di atas meja sebelah kami dan berlalu meninggalkan kami. Saya hanya membalas dengan kebiasaan nenek moyang jaman purba yaitu garuk-garuk kepala dan membiarkan Ibu Mia dengan kesibukannya.

“ Han, pliizz deh lamasa iya sama anak ibu mia, apa kata dunia secara aku musuh besar sama beliau dalam hal cita rasa masa aku pacaran sama anaknya, duuhhh… jangan sampe deh, bisa jadi bahan bullyan setahun di kantor “

Gelak tawa Hanna sangat melengking di telinga saya, memecahkan candela-cendela kaca dan meluluh lantahkan seisi pantry melebur menjadi satu dalam kawah, iyaa tentu aja ga gitu juga sih, itu kan cuman halusinasi saya aja. -___-

“ Ibu Mia nafsu banget nawarin anaknya, kek anaknya paling cakep n baik aja, sapa sih dia.. gak pernah liat aku deh pasti sama aja sikapnya sama Ibu Mia “ tiba-tiba konsentrasi saya berubah seratus delapan puluh derajat mengganti topic utama bahasan kami.

“ eciiiee penasaran juga yah, nah setau aku dia di site kerjanya, cakep ko fa, beda jauh sama ibunya dong, dia tinggi n rapi gitu, aku pernah ketemu waktu dinikahan anak big bos kemaren, banyak yang ngejar-ngejar lagi “

“ ya tetap aja bagi ku anak Ibu Mia mah bakal jadi black list utama “ jawab saya sambil menaikan alis.

“ Kalo ga salah namanya Daffa… Tanya deh sama Jimmy kenal ga tuh …. “ Hanna meletakkan sendoknya di atas piring yang memang tidak dihabiskan santapan siang itu.

“ Hah… seriusan?? Najmi sapa … ?? nama asli Jimmy itu Daffa Najmy, cuman aku aja sih yang manggil dia Jimmy “ mata saya menatap tajam ke arah Hanna dan mengeluarkan hp dari saku saya memencet keypad yang kemudian saya lihatkan ke arah Hanna foto pemuda yang berasa di samping saya dengan latar puncak pegunungan.

Wajah Hanna memerah “ NAH…!!! Sumpah ga salah lagi itu anaknya Ibu Mia….!! HAHAHAHA…. Aufaaaa…. HAHAHA….. “ tawa Hanna terasa bagai malaikat maut sedang berdansa menarik darah di tubuh saya, o emji saya pacaran sama anak ibu Mia….

Dengan cepat menutup mulut Hanna dengan tangan saya “ heh awas ya bilang sama yang lain kalo Jimmy aku itu ya Daffa nya Ibu Mia… apanya tipe ga nyakitin cewe, harapan palsu ibu Miiiaaa… sama aja kek anaknya“ sayapun tertawa bersama Hanna #DalamHatiMenjerit

6 thoughts on “PHP VI (PHPin hati)

  1. Ceritanya keren,dr serius, sedih dan berakhir dengan ketawa 🙂
    Dan anak ga jauh2 dr orang tua yak hihi.. Kayak kamu sm mommy tuh,sama2 suka iseng :p

  2. Sebenarnya sih simpati ma kamu fa…. Cuman maaf ngakak nya gak bisa ke tahan wakakakaka…. Ups….wakakaka…..*tutup mulut*
    Sabar ya neng…. Belum jodoh aja. Tuhan sudah menyiapkan yg terbaik buat kamu hanya belum saatnya

Leave a Reply to aufa Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *