“ Haaaiii skater girl ku…. “
“ Haaiiii IPDA ku…. “
Samsudinnoor airport pagi itu, aku peluk erat lelaki ku Arifin Bintang Yunanda yang baru saja menyelesaikan pendidikan akpol nya, karena urusan kantor yang tidak bisa aku tinggalkan memaksa ku untuk tidak dapat mendampingi wisuda kelulusan perwira akpolnya di Semarang. Saat ini memang banyak hal yang menyita waktu ku karna workholic, setelah lulus kuliah satu tahun lalu akhirnya aku menemukan pekerjaan yang sangat sesuai dengan hobby ku, bekerja sambil traveling walaupun masih seputaran pulau Kalimantan juga. Dan tak jarang bahkan setiap kali ka Arif libur pendidikan kami jarang bertemu karna posisi ku di luar kota. Lain dengan hari ini aku masih bisa memeluk calon suami ku dan mendengarkan detak jantung seperti nada paling indah sejak terakhir kali tiga bulan lalu aku memeluknya, karna posisi telinga ku tepat menempel di dadanya hingga aroma parfume Casablanca di baju PDH nya masih tercium kuat. Dengan lembut kedua tangannya memegang pipi ku dan mencium kening ku serta mengusap kepala ku “ miss you much sayang “ katanya.
Skater girl ku…, dia selalu menyebut ku begitu, karna pertemuan kami lima tahun silam ketika aku mencoba extrim sport dengan papan seluncur skater, bahkan aku lah pionner skater girl di kota ku, dan dua tahun berikutnya kami meresmikan hubungan sebagai sepasang kekasih. Ceritanya cukup panjang, mungkin lain kali aku akan bercerita kisah indah ini dan banyak hal yang kami alami semasa menjalin asmara atas nama pacaran seperti pasangan muda lainnya.
“ sampe sejauh mana persiapannya neng ? “
“ katering udah fix, gedung juga sudah, souvenir sore tadi sampe rumah, tinggal undangan yang belum siap pak “ jawab ku tersenyum sambil menggandeng tangannya yang tersemat cicin bertuliskan nama Aufa Vicka pada sisi dalamnya, kami menuju parkiran bandara pagi itu.
“ kita mampir di percetakan ya sayang, harusnya hari ini undangan sudah bisa diambil “
“ ga capek memang? Kenapa ga malam aja sekalian kita dinner di café biasanya ka, jadi bisa istirahat dulu. Besok pagi kan aku kudu berangkat ke Kaltim ka “ Aku memang mandiri, selama beberapa bulan terakhir aku mempersiapkan pernikahan kami sendiri tanpa kehadirannya, dan kedatangannya kali ini untuk fitting baju pernikahan kami.
“ nanti malam teman-teman satu angkatan dari markas sini ngajak main billiard sayang, ga enak aku ga temui mereka, kita bisa dinner bareng sama mereka. Lagian ko masih ambil jadwal ke luar kota sih sayang, bukannya pernikahan kita tinggal dua bulan lagi “ nada bicaranya aga ketus
“ namanya juga kerja ka, ga bisa di tolak “ jawab ku sambil memalingkan wajah ke arah sisi lain memandang kosong jalanan kota, memalingkan wajah darinya. Dia tau, aku sangat tidak menyukai setiap kali kami membahas kerjaan ku yang selalu keluar kota. Tangannya menyentuh jemari ku dan menggenggamnya, aahh dia selalu tau cara menenangkan, ku sandarkan kepala ku di pundaknya. Aku tau jika aku sangat mencintai lelaki ini, lelaki yang selalu menghabiskan waktunya selalu dengan ku dulu sewaktu kami masih kuliah, namun semenjak dia pendidikan di Semarang banyak hal yang berubah dari kami, aku fikir itu adalah pendewasaan dari hubungan kami yang komunikasi menjadi sangat terbatas, apa lagi Banjarmasin bagi dia hanyalah tempat untuk menyelesaikan gelar sarjana dan ada aku juga. Untuk setiap cuti yang diberikan akademi tempat dia pendidikan setelah menamatkan gelar sarjana di Banjarmasin, dia harus membagi waktu antara menemui ku atau berkumpul dengan keluarganya di Jakarta. Tak jarang ketika dia berada di Banjarmasin dan aku yang disibukkan dengan urusan kantor di luar kota, dari 7 hari yang dia punya aku hanya memiliki 2 sampai 3 hari saja bersama dengannya.
Workaholic pun tercipta sebagai salah satu pelarian mengisi waktu yang biasa aku habiskan dengan dia harus aku isi dengan kesibukan lain tanpa kehadirannya selama dia pendidikan, tapi aku cukup bahagia melihatnya berhasil melampaui berbagai test demi mencapai cita-citanya menjadi perwira polisi, garis keturunan keluarganya tentu saja.
***
Malam ini, aku kenakan dress berwarna putih motif bunga pada bagian bawah berwarna kuning dan alur berbentuk bunga di dada atas samping kanan, aku menghabiskan waktu tak kurang dari dua jam untuk mempersiapkan malam ini dinner spcial bersama ka arif dan teman-temannya, tentu saja aku harus tampil beda dengan tambahan sedikit rona warna di bagian wajah ku.
Ponsel ku berbunyi terpampang nama Arifin Bintang Yunanda memanggil, sejak dulu nama lengkap dia aku tulis di kontak handphone karna aku lebih menyukainya dari pada menyimpan dengan karakter “sayang” “cinta” atau “bebeb”. Aku suka menciptakan sesuatu hal kecil yang berbeda untuknya, berbeda dari perempuan-perempuan lain yang selalu berusaha mendapatkan hatinya juga yang pasti. Aku menghargainya sebagai pria Arif dan aku mencintai seorang Arif dengan sepenuh hati ku. Seperti nama itu juga yang terlukis di dasar hati ku. 4 tahun tentunya bukan hubungan yang cukup singkat untuk saling mengenal bukan.
“ Assalamualaikum ka… “ suara ku mengawali panggilan ka arif
“ Waalaikumsalam, aku sudah di luar pagar mess ya sayang”
Malam ini ketika bulan tampak malu hanya menunjukkan sebagian senyumnya namun jutaan bintang mendampingi hingga terlihat begitu besar kuasa penciptanya. Seperti kuasaku terhadap cinta untuk ka arif, seperti ketika aku membukakan pintu pagar sama seperti aku menyambut sebagian hati ku yang ku lihat berwujud seorang Arifin.
“kaa… kk baik-baik aja?” sambil aku elus punggungnya “kk capek?, kk kenapa?”
Kebingungan menyelimuti rasa kawatir ku ketika melihat wajah ka arif yang ternyata tak seindah taburan bintang malam, ka arif bepelangi pada kelopak matanya, ka arif tampak lusuh dengan baju kaos biru rambut berantakan. Sebelum duduk di kursi depan kamar mess ka arif mencium kening ku namun kali ini terasa seperti kecupan kosong. Ku tatap lembut wajah ka arif, ku usap rambut depan kepalanya dan ku peluk ka arif duduk di kursi dengan posisi ku tetap berdiri. Terasa hangat dan basah air mata ka arif menyentuh dress ku. Ku usap lembut pundaknya membiarkannya menangis sejadi-jadinya, walaupun aku tak tau apa yang terjadi tapi hati ku terasa begitu sesak mendengar tangisnya, merasakan betapa kalutnya dia saat ini.
Ka arif menggenggam tangan ku dengan erat terasa dingin, melebihi dingin angin malam ini dan memulai membuka kata dari bibirnya “sayang.. aku sangat mencintai mu, cuman kamu satu-satunya cewe yang bisa merubah dunia ku menjadi berwarna, aku suka keceriaan mu, aku suka keusilan mu, aku sangat mencintai mu fa, sejak pertama kita bertemu dan kemudian aku memintamu untuk menjadi pendamping hidup ku, tak pernah ada keraguan sedikitpun di hati ku untuk memiliki mu”
Ku dekatkan wajahku dan ku kecup lembut bibir ka arif “aku tau itu ka, makasih ya sudah sabar menghadapi seorang Aufa, aufa pun sangat mencintai kk, kalo ga, ga akan Aufa tunggu kk sampai selama ini ka, ka…… boleh aufa tau ada apa dengan kk ? “ namun ka arif kembali menangis di hadapan ku.
Ka arif mengusap air matanya dengan jemari tangannya “ Sayang… maaf… maafin kk Fa “ wajah ka Arif berubah menjadi pucat pasi, jantung ku berdetak begitu kencang mengalirkan hawa dingin ke sekujur kaki dan tangan ku, dengan terbata aku menjawab “ ka.. aa.. ada aa apa kaa…?? “
Malam kelam semakin membisu, detik jam terdengar mengeluarkan bunyi sehebat dentang jam gadang, aku menunggu kata yang disuguhkan ka Arif, menelan ludah terasa seperti sekam terbakar bara panas.
“ Sayang… Revi hamil, dan dia minta pertanggung jawaban ku “
PLAAKKK !!!!
Dengan sekuat tenaga ku daratkan tamparan keras di pipi ka Arif.
***
“ yakin mau pulang sekarang fa? atau nunggu teduh dulu di sini ga papa ko“
Aku hanya membalas perkataan ka Dewi dengan senyuman
“ jangan lupa tidur ya fa, istirahatkan diri mu” ka dewi kembali berucap
Ku lepaskan ikat rambut yang sedari tadi menopang rambut panjang ku di posisi atas dan keluar dari ruang prakteknya sambil ku usap bulir air mata yang tak henti membasahi pipi ku. Sudah ke delapan kali dalam dua bulan ini aku mengunjungi tempat praktek ka dewi seorang psikolog yang dikenalkan teman baik ku. Dan kali ini di awali dengan tidak terpejamnya mata ku selama lebih dari 53 jam terjaga.
Hujan turun dengan begitu hebat tanpa ku minta, sederas-derasnya seolah dialah penguasa bumi, aku langkahkan kaki tanpa menghiraukan hiruk pikuk jalanan yang ramai dengan lalu lintas, aku tak peduli tatapan mata yang memandangku berjalan di trotoar merasakan curahan air yang berjatuhan menghujam tubuhku, biarlah tatapan mereka, setidaknya mereka tidak melihat air mataku. kaos converse hitam dan jeans biru tak ubah menjadi basah hari ini di hari ulang tahun ku. Mungkin aku salah satu dari sedikit orang di dunia yang sangat membenci hari ulang tahunnya sendiri. Baru tahun ini mungkin aku membencinya dan sangat menginginkan jika tanggal ini ditiadakan saja.
53 jam terjaga karena mimpi buruk yang selalu pada objek yang sama, yah ini mimpi tentang ka arif yang seharusnya bersanding di depan penghulu di sisi ku saat ini, lelaki yang kucintai selama empat tahun belakangan.
FUCK…!!!
Maaf, harusnya aku tidak mengucapkan kata sekasar itu ya, namun tak dapat ku bendung lagi seakan semua kata terburukpun masih tidak mampu menghilangkan luka hati ku. Aku memang sengaja tidak memejamkan mata ku karna setiap kali memasuki alam mimpi selalu saja aku terbangun dengan memanggil nama ka Arif, aku selalu melihatnya di mimpi melambaikan tangan dan tersenyum namun kemudian justru berlalu meninggalkan ku dengan wanita lain. Sesederhana itu mimpi namun sesakit belati yang tertusuk di hati seperti itu rasanya.
Aku tau, sudah puluhan meter aku berjalan namun tetap saja kaki ku tak terasa lelah melebihi hati ku. Melewati jejeran ruko, aku masih tidak berfikir untuk berteduh walau sejenak, seperti sepasang kekasih yang tertawa bahagia dan saling menggenggam tangan satu sama lain. Aku ingat aku pernah tertawa sebahagia itu ketika ka Arif melamar ku secara langsung, perempuan mana yang tidak bahagia dipinang kekasih yang selalu ingin dia jaga hatinya.
Namun semudah itu dia mengahncurkan semua mimpi yang telah kami bangun selama 4 tahun, iyaa.. aku memilih meninggalkan semuanya karna kecerobohan seorang Arif setelah party dengan beberapa orang teman prianya (seharusnya hanya pria saat itu) tapi berakhir dengan kehamilan Revi, tentu saja aku mengenal Revi tetangga satu komplek yang bekerja di night club itu. Entah apapun alasan ka Arif bagi ku memang seharusnya dia bertanggung jawab sebagai seorang pria, walaupun Revi berjanji akan menceraikan ka Arif begitu anaknya, maksud ku anak mereka lahir. Aku tak peduli
Seharusnya aku tidak mencintainya berlebih sungguh, hingga sedikitpun tak tersisa ruang untuk bisa ku pergi dari semua kenangan tentang kami, seharusnya aku tidak menjaga cintaku saja tapi juga menjaga orang yang ku cintai. Aku mengerti sekarang jika tak seharusnya aku menyia-nyiakan seseorang yang ku cintai dan memberi ruang gerak sangat luas hingga aku lalai jika dia lebih memerlukan kehadiran ku dibanding dengan passion ku terhadap kerjaan ku.
Cinta tak pernah mampu mendustai, sesakit apapun tetap saja bayangannya tak mampu ku hilangkan, bayangan ketakutan atas luka yang tak tertandingi perihnya. Doa di atas sajadah yang selalu basah dengan air mata belum juga mampu melepaskan semua memori ini.
Aku menangis sederas hujan sore ini, ketika langkah kaki ku terhenti di depan pagar rumah sahabat ku, yang kubutuhkan saat ini mungkin hanya pelukan erat saja dan mengucapkan bahwa semua akan baik-baik saja, walaupun ku tau takkan seperti itu.
aku menangis ketika jemariku mulai mencari aksara namanya, aku menangis dalam tidur dan terbangun setiap malam oleh mimpi yang indah namun memilukan saat ini. Aku tau seharusnya tidak cukup cinta saja, tapi menuju pernikahan begitu banyak penopang lain yang diperlukan, kehadiran salah satunya. Belum jodoh? Yah kata apa lagi yang harus ku ucap untuk menguatkan diri melihat kebaya kuning gading yang tak jadi ku pamerkan di hari ini, hari pernikahan ku seharusnya. Dan apa lagi yang aku kuatkan ketika membakar ratusan undangan pernikahan atau melempar cincin pertunangan. Lalu apa juga yang harus kugunakan untuk menahan segala hujaman pedang tepat di nadi hati ku ketika menerima undangan perkawinan atas nama ka Arif, tapi bukan aku yang di sampingnya nanti, bukan aku.
***
Di 15 juni 2012, aku gagal
What a sad end… Btw penulisanya cerita nya bagus sis (y).. Semangat..
Makasih yaaa kasih kritikan dunk hehe