Melawan ketakutan

Surat yang ku tulis untuk ntah siapa. Sebab aku hanya ingin menulis.

Beberapa penulis mampu menghasilkan karya saat hatinya terluka. Seolah pena imajinasi menjadi lebih liar. Jelas bukan kerena lukanya. Tapi penulis itu memiliki banyak waktu untuk mencari kesibukan lain. Katakan saja ketika kita terluka itulah waktu yang tepat untuk lebih peka dan dekat dengan hati. Berkubang luka dan menghasilkan karya, tidak ada salahnya. Semua memiliki caranya masing-masing untuk masa penyembuhan, recovery.

Aku memang bukan penulis. Sebab karya yang ku hasilkan masih tidak pantas untuk disebut dalam jajaran penulis. Anggap saja aku seseorang yang belajar menulis. Masih banyak ilmu yang ingin ku dapatkan dari proses menghasilkan sebuah karya. Saat bahagia, aku tidak dapat menggerakan pena, seolah bahagia memiliki kekasih memerlukan waktu yang lebih banyak. Ketika terluka, ah tentu saja bukan pertama kali aku terjatuh dan terluka oleh cinta.

Aku sebut ini sebagai luka yang jauh lebih sakit. Walaupun setiap luka tentu saja menyakitkan. Aku tak mampu menghasilkan karya, karna untuk menulis aku butuh cinta yang tenang. Gejolak rindu awal jatuh cinta mengusik penaku, pun dengan gemerisik perih kala hati terbelah. Aku tau jika aku benar-benar kepayahan. Luka di hati ibarat hantu yang terus menggelayut tiada kenal rotasi waktu.

Luka memang butuh obat. Sejatinya obat tak selalu masis seperti sirup. Jika memang ada yang manis dan tidak merusak luka jauh lebih dalam kenapa harus diabaikan. Sebagian menunggu luka itu kering sendiri. Sampai kapan? Entahlah. Waktu tidak bisa ditebak. Ia bergulir semaunya tanpa mengenal ampun. Sebuah lirik lagu “They say that times supposed to heal yeah but I aint done much healing”. Adel dalam Hello. Tidak semua waktu mampu menjadi penawar luka. Ingin ku pilih jalan menunggu luka itu sendiri yang pergi. Mungkin saja luka pun memiliki batas lelah.

Aku menulis begitu lancar mengenai cara move on taupun kisah fiksi perjuangan move on yang sempat dibukukan. Quotes dari cerpen itu menjadi tagline khusus. Aku begitu mahir merangkai kata demi katanya. Barang kali ini saatnya aku menggunakan life guide dari tulisanku sendiri. Dan memang benar aku berhenti menangis, karena luka terlalu dalam hingga tak mampu ku basuh lagi.

Mengobati luka untuk melawan ketakutan. Agar mampu menghasilkan karya baru. Sebuah cinta, cinta yang sehat.

2 thoughts on “Melawan ketakutan

Leave a Reply to aufa Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *