Cupid dan kebodohanku

Gemerisik kepingan hati melebur dalam noktah luka.
Aku diam, hanya dengan itu aku mampu menyembunyikan setumpuk resah di dalam lemari ego.

Tempat yang sudah ku tata dan dengan berbagai kenyamanan ternyata tak jua membuatmu berlama-lama tertahan.
Sayangnya aku membenahi semua dengan hati, tepat seperti ketika jatuh cinta denganmu menyertakan hati. Hingga aku hanya diam atas pertanyaan ‘masih sayang?’.
Terpikir kadang kala akan beda cerita jika aku jatuh cinta menggunakan batu, bukan hati.

Kosong, aku meradang.

Hampa, aku luka.

Sekelebat cupid terkekeh, ia menertawakanku dengan kebodohan yang lekat bak karat menggerogoti turbin-turbin.

Antara luka dan cinta, antara logika dan keinginanku untuk merengkuh kembali sosok yang semu.

Jika aku tertatih dan menyeru pada semesta, akankah kembali kau campakkan dengan goresan belati-belati?

Ntah berapa banyak mimpi yang tak sempat ku ceritakan,

Ntah berapa besar rasa cinta yang tak pernah ku wujudkan.

Sebab berakhir terlalu cepat.
Bahkan kau pergi jauh lebih cepat dari jarak nestapa senja menyapa cakrawala.
Aku tak ingin membuktikan apapun sebab rapuh semakin menyelimuti langkah.

Aku tak ingin menulis tentang lara, lagi.

Biarkan esok adalah hari dimana aku mencintai senja dengan manis aksaraku

2 thoughts on “Cupid dan kebodohanku

Leave a Reply to ika Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *