Senja, jingga penuh tanya
Iringan tandu kematian sudah di ujung cakrawala
Senyap tanpa lisik yang berisik
Hujan, tanpa petir di sudut mata
Gemuruh perih, redam dalam dekapan sesak
Percuma, senja datang terlalu dini.
Lelah, menyerah.
Malaikat maut tertawa riang.
Ajal sudah dalam rencana manismu, sayang.
Usai sudah langkah tegar Juliet.
Bibirnya bersabda “atas nama cinta”.
Soneta-soneta bernyanyikan duka.
Bukan aku, resahku yang bersenandung.
Parade kematian menutup cerita.
Tak hanya hati, jiwapun turut tenggelam,
Dalam kematian paksa.
Kokohkan saja tajakan nisan.
Kemudian semesta akan menuliskan
“Telah bersemayam hati yang pernah mencintaimu dengan tulus layaknya seorang Juliet”
Kenapa mbaknya menulis puisi menakutkan begini? Masih patah hati ya?
Menakutkan dari sisi mana 🙂 itu memang puisi menceritakan patah hati.
Jadi kudu sesuaikan aksaranya.
Makasih yaaa dah mampir 😁
Kapan nerbitin buku lagi?
Eeemm akhir tahun, semogaaa…. 🙏🏻
Thx mas Bams 😁
Olah katanya makin oke ya kamu..
Terus berkarya, tetap rendah hati yes..
Ahahahaha makasih banyaaaakk…,,
Akhirnya nongol di sini jugaaa