Parade kematian

Senja, jingga penuh tanya

Iringan tandu kematian sudah di ujung cakrawala

Senyap tanpa lisik yang berisik
Hujan, tanpa petir di sudut mata

Gemuruh perih, redam dalam dekapan sesak

Percuma, senja datang terlalu dini.
Lelah, menyerah.

Malaikat maut tertawa riang.

Ajal sudah dalam rencana manismu, sayang.

Usai sudah langkah tegar Juliet.

Bibirnya bersabda “atas nama cinta”.
Soneta-soneta bernyanyikan duka.

Bukan aku, resahku yang bersenandung.

Parade kematian menutup cerita.

Tak hanya hati, jiwapun turut tenggelam,

Dalam kematian paksa.
Kokohkan saja tajakan nisan.

Kemudian semesta akan menuliskan

“Telah bersemayam hati yang pernah mencintaimu dengan tulus layaknya seorang Juliet”

This entry was posted in Poetry.

6 thoughts on “Parade kematian

    • Menakutkan dari sisi mana 🙂 itu memang puisi menceritakan patah hati.
      Jadi kudu sesuaikan aksaranya.
      Makasih yaaa dah mampir 😁

Leave a Reply to Aufa Garis Keras Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *